BANTENRAYA.COM – Bukan hanya sekolah SMP swasta saja yang ternyata mendapatkan efek buruk dari sistem zonasi PPDB, namun juga dirasakan MTs swasta atau setingkat SMP.
Sekarang, MTs swasta juga mendapatkan sedikit siswa karena efek dari PPDB yang melebihi kapasitas dari SMP negeri itu sendiri.
Salah seorang guru di MTs swasta Al Khairiyah yang enggan disebutkan namanya menyatakan, PPDB yang melebihi kuota pada akhirnya membuat siswa MTs-nya tergerus.
Baca Juga: Cilegon Ditunjuk Jadi Percontohan Makan Siang Gratis, Begini Kata Helldy Agustian
“Ya pastinya. Ini juga jadi pembahasan sejak berita SMP swasta mulai terdampak PPDB yang ugal-ugalan karena melebihi kapasitas,” katanya, Jumat 5 Juli 2024.
Ia menjelaskan, sekarang ada sekitar 40 an MTs swasta yang juga pada kondisi memprihatinkan.
Di mana, tentu saja butuh perhatian dari pemerintah tidak hanya urusan membangun sekolah negeri saja.
Baca Juga: Mulai Hari Ini! Deretan Fenomena Astronomi yang Terjadi Juli 2024, dari Aphelion hingga Hujan Meteor
“Dalihnya selalu MTs swasta itu urusan Kemenag. Tidak pernah ada solusi. Padahal harusnya dipikirkan juga solusinya oleh pemerintah,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Cilegon Muhammad Fitrullah mengungkapkan, saat ini dengan adanya zonasi siswa yang mendaftar ke SMP swasta hanya sebanyak satu rombongan belajar (rombel) alias satu kelas saja.
Biasanya ada tiga sampai empat kelas yang mendaftar. “Beberapa itu (SMP swasta) sudah gulung tikar. Beberapa hanya menerima 7 (siswa) saja,” tegasnya.
Baca Juga: Kapal Nelayan Muara Baru Tenggelam di Perairan Pulau Tunda, Begini Kondisi Para ABK
Menurutnya, kondisi tersebut terjadi karena penerapan sistem zonasi yang dipaksakan. SMP negeri menerima siswa melebihi kapasitas gedung atau ruang sekolah.
Misalnya di SMPN 12 Purwakarta, harusnya hanya 2 kelas saja yang diterima tapi pada praktiknya menerima hampir 5 kelas.
“Ini karena SMP Negeri menerima siswa di luar kapasitas gedung. Di SMPN 12 itu ada 5 kelas tapi gedung hanya dua, akhirnya sekolah pagi dan siang,” katanya.
Baca Juga: Muhadjir Effendy Dukung Mahasiswa Bayar Kuliah Pakai Pinjol, Begini Alasannya
“Padahal kami saja yang sekolah sampai jam 14.00 kurikulum itu tidak terkejar. Apalagi sekolah pagi dan siang,” ujarnya. ***