BANTENRAYA.COM – Film Lima Pare garapan sineas muda asal Kabupaten Pandeglang, Fahmi Abdul Aziz dan Ilham Aulia Japra berhasil masuk nominasi Ethnoecology (nature and indigenous people).
Film Lima Pare masuk nominasi di XХVIII International Ecological TV Festival ‘To Save and Preserve’ di Rusia.
Lima Pare ikut meramaikan salah satu festival film bergengsi yang ada di Rusia dan memiliki fokus pembahasan ekologi, perubahan iklim dan penyelamatan lingkungan selama 4-7 Juni 2024.
Baca Juga: Harga Tiket Nonton Film Ipar Adalah Maut di Bioskop Bogor Hari ini, Mulai dari Rp30 Ribuan
Selain Rusia, setidak akan ada 5 negara yang akan menjadi tempat penayangan dari film tersebut.
Lima Pare sendiri merupakan sebuah karya film yang masuk dalam genre dokumenter.
Dalam film tersebut menceritakan kehidupan masyarakat Adat Baduy, khususnya dari sisi ketahanan pangan dan kaitannya dengan teknologi.
Fahmi menceritakan, film yang ia garap bersama rekannya tersebut tak secara tiba-tiba bisa melenggang ke berbagai belahan dunia.
Sejak Juli 2022, Fahmi mengirimkan ide film Lima Pare pada ajang Eagle Award Dokumentary Competition dan bersaing dengan ratusan proposal dari seluruh Indonesia.
“Ada lima ide cerita, salah satunya Lima Pare dan berhasil terpilih mewakili Banten. Empat lainnya dari Sumbawa, Kalimantan Utara, Depok, dan Gorontalo,” kata Fahmi, Sabtu, 15 Juni 2024.
Baca Juga: Link Download Bagan Pertandingan Euro 2024, Lengkap dengan Jadwal Laga Per Negara
Fahmi mengungkapkan, Film Lima Pare yang ia usung secara spesifik menggambarkan budaya masyarakat Baduy dalam menanam padi (ngaseuk).
“Ngaseuk merupakan ritual menanam padi yang wajib dilakukan oleh setiap masyarakat suku Baduy di akhir tahun,” ujarnya.
Sementara itu rekan Fahmi, Jafra menambahkan alasan memilih Suku Baduy sebagai setting dari ide cerita tersebut.
Baca Juga: Mr Dim Satu-satunya Bakal Calon Gubernur dari Banten Selatan yang Punya Banyak Prestasi
Ia mengungkapkan, secara sosiologis dan teologis mereka masih memegang teguh ajaran adat sunda baik agama, budaya dan hukum adat.
“Jadi oleh sebab itulah saya memilih suku baduy menjadi topik dalam film yang saya garap,” jelasnya.
Kemudian, dari banyaknya peristiwa menarik di setiap momen kehidupan masyarakat Baduy, dipilihnya kegiatan ngaseuk tersebut lantaran ia menilai hal tersebut merupakan sesuatu yang paling menarik.
Praktis, kegiatan menanam padi merupakan kegiatan dasar masyarakat pada umumnya. Sehingga, ia menganggap hal tersebut akan lebih mudah bisa dikonsumsi oleh publik.
“Padi merupakan solusi Masyarakat Baduy untuk mengatasi krisis pangan. Bahkan padi di Baduy bisa cukup untuk memenuhi pangan enam generasi masyarakat Baduy,” tuturnya.
Karya sineas kakak beradik tersebut, film dokumenter Lima Pare berhasil menyabet juara 3 pada ajang Eagle Award Documentary Competition.
Baca Juga: Idul Adha 2024, Alfamart Banten Tebar Hewan Kurban dan Resmikan Toko Baru
Di tahun 2023 lalu, film tersebut berhasil masuk Short list Festival Film Indonesia, serta menjadi special screening Festival Film Sumbawa.
Di tahun 2024 ini, film dokumenter “Lima Pare” berhasil melenggang di lima negara, diantaranya:
1. Nomine Best International Documentary di International Ecological TV Festival TO SAVE AND PRESERVE XXVIII 2024 (Rusia).
2. Nomine Best International Documentary at Bangladesh International Short and Independent Film Festival 2024 (Bangladesh).
Baca Juga: Vilmei Beri Barang Ini ke Rumsyah Gadis Cantik Asal Baduy Luar, Sang TikToker Banjir Hujatan
3. Official Selection Lift-Off Global Network (Inggris).
4. Galil Adventure and Human Nature 2024 (Israel, lolos seleksi tahap 1 (masih akan diperbarui keikutsertaannya).
5. KLIFA Awards 2024 (Kuala Lumpur).
Baca Juga: Nonton The Midnight Romance In Hagwon Episode 11 Sub Indo Full Movie Beserta Spoiler Bukan Bilibili
Meski sudah melenggang ke berbagai negara, nyatanya di daerah sendiri film tersebut minim apresiasi dan luput dari perhatian pemerintah dan masyarakat Banten. (aldi) ***


















