BANTENRAYA.COM – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan atau DPKP Kabupaten Pandeglang, Muhamad Nasir mengklaim bahwa pasokan beras Kabupaten Pandeglang aman hingga April 2024 meski harga beras di pasar tradisional melonjak.
Dikatakan Nasir, cadangan stok beras yang saat ini dimiliki Kabupaten Pandeglang merupakan jatah yang didapat dari Bulog dengan total 8 ribu ton.
Menurutnya, jumlah tersebut juga bisa menjadi cadangan sambil menunggu petani padi di Pandeglang melakukan panen raya pada Maret mendatang.
“Meski beras saat ini mahal, tapi dapat dipastikan ketersediaan stok beras di Pandeglang aman hingga April. Stok tersebut berasal dari Bulog sebanyak 8 ribu ton,” kata Nasir kepada Banten Raya, Rabu, 14 Februari 2024.
Baca Juga: Memasuki Babak Baru, Kasus Korupsi Desa Lontar Bakal Dibuka Kembali
Selain itu, Kata Nasir, Kabupaten Pandeglang juga mendapatkan bantuan beras dari pemerintah pusat. Hal tersebut kembali memantapkan kondisi beras di Pandeglang yang terbilang aman.
“Kita juga punya bantuan pangan dari pemerintah sampai bulan Juni nanti. Bahkan, ada sebanyak 113 ribu KPM masyarakat Pandeglang yang menerimanya,” ujarnya.
Dijelaskan Nasir, terkait alasan mahalnya harga beras di pasar tradisional Pandeglang, ia berdalih karena bantuan-bantuan yang ia jelaskan sebelumnya, khususnya pasokan yang berasal dari Bulog harus tertunda akibat penyelenggaraan pemilu.
Ia meyakinkan, harga beras akan kembali normal pasca penyelenggaraan pemilu 2024.
“Ya itu sesuai arahan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menyetop penyaluran beras. Nanti akan dilanjutkan setelah pemilu,” terangnya.
Melonjaknya harga beras ketika Pemerintah pusat menghentikan pasokan beras ke Kabupaten Pandeglang menandakan masih belum terwujudnya kemandirian pangan di Kabupaten Pandeglang.
Hal tersebut diperkuat dengan statement Nasir yang mengatakan bahwa sebagian besar hasil gabah petani Kabupaten Pandeglang harus dijual ke daerah lain.
Artinya, jelas Nasir, Pemkab Pandeglang masih belum bisa memanfaatkan nilai tambah hasil pertanian padi.
Baca Juga: Tak Pakai Helm 3 Bang Jago Pemotor di Kabupaten Serang Tewas Kecelakaan, 1 Luka-luka
“Petani kita panen gabah, tapi dijual ke daerah lain, ke Karawang misalnya. Ngejual gabah dari sini Rp 6 ribu. Dipotong biaya produksi jadi murah. Terus gabah itu diolah di sana, jadi beras, dikasih kemasan. Seminggu balik lagi ke sini dan beli harganya Rp 16 ribu,” jelasnya.
Nasir mengatakan bahwa salah satu cara untuk menangani persoalan siklus kenaikan harga beras adalah dengan memanfaatkan nilai tambah.
Artinya, petani dengan bantuan dari pemerintah harus bisa mengolah gabah itu sendiri menjadi beras.
Ia mengatakan salah satu langkah awal untuk bisa meningkatkan nilai tambah itu ialah dengan mendirikan area senter pengolahan gabah.
Baca Juga: UPDATE Quick Count Pilpres 2024, Prabowo-Gibran Terus Mendominasi dengan Persentase Telak
“Kalo pembangunan itu mungkin Pandeglang agak sulit karena fiskalnya rendah. Jadi haru ada campur tangan Pemprov Banten. Kalo gitu bukan gak mungkin Banten punya brand beras sendiri,” tandasnya.***
















