SERANG, BANTEN RAYA- Museum Sepeda Pramuka Keliling Dunia merupakan museum pribadi yang dikelola oleh Fauna Sukma Prayoga.
Dari museum ini kita bisa menangkap pesan bahwa bila kita memiliki impian besar maka jangan takut untuk mewujudkannya. Sebab Tuhan bisa saja mewujudkan mimpi itu melalui tangan-tangan orang lain yang bahkan tidak pernah kita kenal sebelumnya.
Fauna berpesan kepada para remaja dan anak muda saat ini untuk tidak takut bermimpi besar dan tinggi. Yang diperlukan hanyalah tekad kuat untuk berani mewujudkan mimpi besar itu dan berusaha sekuat tenaga dan sebaik-baiknya agar impian itu terwujud. Selebihnya berpasrah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang akan mentakdirkan sampai di mana kita meraih cita-cita itu.
Contoh untuk bisa bermimpi besar dan mewujudkannya ia buktikan sendiri dengan berkeliling dunia menggunakan sepeda selama lima tahun ketika masuk muda. Ia yang aktif di Pramuka kerap menggunakan keahliannya yang dia dapat dari Pramuka untuk bisa bertahan di luar negeri selama lima tahun itu.
Museum Sepeda buka setiap hari dari Senin sampai Sabtu dari pukul 08.00 sampai 18.00 WIB pada hari normal. Namun di saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini Museum Sepeda hanya akan menerima pengunjung dalam jumlah terbatas, di bawah 30 orang. Hal ini diberlakukan mengingat anjuran pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan di lokasi publik.
Fauna bercerita bahwa ia beruntung ketika berkeliling dunia menemukan banyak sekali orang orang baik yang membantunya selama dalam perjalanan. Bahkan ia pernah diberikan uang kontan dalam bentuk Ringgit, Real, dan Dollar dari seorang laki-laki yang mengaku merupakan warga kebangsaan Malaysia yang diutus oleh Allah.
Mata uang asing yang dikumpulkan Fauna saat berkeliling dunia.
Pria itu mengaku diutus untuk memberikan uang tersebut kepadanya secara cuma-cuma sebagai modal untuk keliling dunia. Jika dirupiahkan uang yang diberikan oleh warga Malaysia itu berkisar sekitar Rp18 juta.
Fauna mengaku selama puluhan tahun mendirikan dan menjaga Museum Sepeda semua biaya ia keluarkan dari kantong pribadinya. Tidak ada sedikit pun bantuan dari pemerintah. Ia mengaku miris dengan kondisi ini karena berbanding terbalik dengan yang terjadi di luar negeri di mana masyarakat dan pemerintah memperhatikan betul keberlangsungan museum. Sebab museum adalah sumber pengetahuan dan kebudayaan di negara-negara maju.
Untuk itu selama menjalankan Museum Sepeda, Fauna juga membuka penyewaan lahan yang bisa digunakan sebagai tempat kemah dan kegiatan lainnya baik oleh pelajar maupun mahasiswa. Dari hasil sewa tempat itulah kemudian yang mendapatkan uang untuk mengelola museum sepeda miliknya.
Sampai saat ini sudah banyak yang berkunjung ke Museum Sepeda, baik wisatawan lokal Indonesia maupun wisatawan dari luar negeri. Fauna tidak menerapkan karcis masuk untuk setiap pengunjung yang ingin memasuki Museum Sepeda.
BACA JUGA: Museum Multatuli Akhirnya Kembali Dibuka untuk Umum
Beberapa mata uang yang saat ini masih dikoleksi dan panjang merupakan uang pemberian dari orang-orang yang ditemuinya di sejumlah negara. Salah satu mata uang itu bila saat ini ditukar akan bisa bernilai belasan juta rupiah. Namun Fauna mengaku tidak akan menjual atau menukarkan uang tersebut karena akan tetap menjadi koleksi Museum Sepeda miliknya.
Fauna saat berada di bagian luar Museum Sepeda.
Sebelum berangkat ke luar negeri Fauna mengaku terlebih dahulu belajar bahasa asing secara otodidak, baik melalui buku maupun mendengarkan siaran radio Australia yang pada masa itu sangat mudah ditangkap. Dengan kemampuan berbahasa asing itu Fauna tidak menemui kendala komunikasi ketika berkomunikasi dengan orang asing di negara mereka.
Karena aksinya berkeliling dunia, Fauna mendapatkan banyak penghargaan, baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Fauna bahkan sering menjadi liputan media massa. Fauna juga pernah menjadi bintang tamu dalam acara Kick Andy yang diasuh oleh Andi F Noya di Metro TV. (tohir)