BANTENRAYA.COM – Pernah melihat pengendara Mitsubishi Pajero atau Toyota Fortuner melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol?
Mungkin sebagian dari kita pernah menyaksikannya. Bahkan mungkin Anda malah pernah melakukannya sendiri.
Kebut-kebutan menggunakan salah satu jenis mobil itu bahkan sampai merenggut merenggut nyawa Vanessa Angel dan Bibi Andriansyah setelah Mitsubishi Pajero mereka mengalami kecelakaan.
Baca Juga: Ekonomi Banten Masih Bisa Tumbuh 4,62 Persen di Tengah Pandemi
Sang sopir Tubagus Joddy mengaku jika saat kejadian Ia menggeber mobil SUV tersebut pada kecepatan 120 km per jam.
Dikutip Bantenraya.com dari berita Pikiran-rakyat.com dengan judul “Pengemudi Wajib Tahu, Simak Sebab Mengapa Pajero-Fortuner Tak Boleh Dipakai Kebut-Kebutan“, kecepatan mobil maut tersebut terungkap setelah polisi melakukan interogasi.
“Kalau dari interogasi awal dari sopir mengaku 120 kilometer per jam,” kata asi Laka Subdit Gakkum Ditlantas Polda Jatim Kompol Hendry Ferdinan Kennedy.
Baca Juga: Penjual Miras Berkedok Warung Jamu Digrebeg Polisi
Perlu diketahui, bahwa apa yang dilakukan oleh Tubagus Joddy dan segelintir pengemudi Mitsubishi Pajero dan Toyota Fortuner tersebut tidaklah benar.
Karena, meskipun mesin kedua SUV tersebut besar dan menghasilkan tenaga yang cukup tinggi, ada beberapa masalah yang menjadikan kedua mobil ini tak cocok dipakai kebut-kebutan.
Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Cartoq pada Minggu, 7 November 2021, alasan pertama yang membuat kedua mobil tersebut tak cocok digunakan kebut-kebutan adalah karena dimensi mobilnya.
Baca Juga: Gratis dan Terbatas! Ayo Ikuti Acara Pelatihan Kewirausahaan
Baik Pajero ataupun Fortuner sama-sama berjenis SUV, yang notabene adalah mobil-mobil dengan bentuk bodi yang tinggi.
Bentuk badan mobil yang tinggi tersebut membuat pusat gravitasinya menjadi lebih tinggi. Secara tidak langsung, hal ini akan membuat mobil menjadi lebih rentan untuk tidak stabil dibandingkan sedan yang memang dibuat untuk mengejar kecepatan lebih tinggi.
Jika SUV dengan kondisi seperti ini dipacu lebih kencang, maka hambatan angin yang menabrak bagian bodi juga bertambah besar. Hal ini bisa membuat mobil menjadi limbung dan tidak stabil.
Baca Juga: Digelar Besok, Pelantikan Kepala Desa Terpilih di Pandeglang Diprotes, Ada Apa?
Jangan lupakan juga masalah body roll yang bisa menyebabkan mobil langsung terguling jika sang sopir tak mampu mengontrol mobil dengan benar.
Ada lagi faktor lainnya yang ikut memperparah masalah di atas, yakni penggunaan sasis model Ladder Frame.
Sasis dengan bentuk ladder frame ini pada dasarnya adalah rangka yang disatukan dengan bagian bodi mobil secara terpisah.
Baca Juga: Syuting Bareng Film The Expandables 4, Iko Uwais dan Jason Statham Saling Puji di Instagram
Hal ini menyebabkan gejala body roll akan terasa lebih parah dibandingkan mobil dengan sasis monocoque.
Monocoque sendiri adalah mobil-mobil yang bagian bodi dan sasisnya menyatu. Hal ini membuat mobil dengan jenis sasis seperti ini akan lebih mudah untuk dikendalikan di berbagai kondisi jalan.*** (Alza Ahdira/Pikiran-rakyat.com)