BANTENRAYA.COM – Memasuki bulan Ramadan banyak tradisi yang ada di lingkungan pondok pesantren. Salah satunya adalah pasaran kitab kuning. Seperti apa pengajian pasaran kitab kuning, berikut laporannya.
Salah satu tradisi yang berlangsung sejak dulu di dunia pesantren setiap bulan Ramadan adalah ngaji pasaran atau juga yang menyebutnya ngaji pasanan. Ngaji pasaran adalah belajar atau mengaji kitab kuning dari awal hingga akhir (khatam) satu atau beberapa kitab yang dibaca selama bulan Ramadan.
Tradisi ini digelar bersamaan dengan masa libur pendidikan klasikal selama Ramadan. Selain santri pesantren setempat, ngaji pasaran juga diikuti oleh santri yang dari luar atau alumni pondok pesantren tersebut. Ada juga yang memilih Ngaji Pasaran di pesantren tertentu, karena alasan gurunya adalah alumni pesantren tersebut.
Baca Juga: Galaci Chapter Banten Gelar Bagi-Bagi 100 Takjil dan Buka Bersama di Bulan Ramadan
Salah satu pondok pesantren yang masih menjalankan tradisi ngaji pasaran adalah Pondok Pesantren Turus Pandeglang. Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Turus K.H Dahlani Idrus, sepanjang bulan Ramadan banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh santri Pondok Pesantren Turus, Pandeglang.
Dijelaskan Ka Haji Dadang sapaan akrabnya, Pondok Pesantren Turus Pandeglang memiliki program selama bulan Ramadan, yaitu Kegiatan Bulan Suci Ramadan (KBSR). Adapun isi kegiatannya antara lain, tadarus Alquran, hikmah Ramadan dan pasaran kitab kuning.
“Banyak kegiatan yang mengisi perjalanan spiritual santri Pondok Pesantren Turus Pandeglang, dari tadarus Alquran, ceramah hikmah ramadan sampai ngaji pasaran,” katanya, kemarin.
Baca Juga: Empat Ketua Panwascam Mengundurkan Diri Jelang PSU, Bawaslu Ungkap Penyebabnya
Terkait dengan pasaran kitab, lanjutnya, sedikitnya ada lima kitab kuning yang khatam untuk dikaji selama bulan Ramadan. Sedangkan untuk kitab kuning yang besar seperti Tafsir Munir, Riyadus Sholihin dan kitab besar lainnya butuh waktu dua sampai tiga kali Ramadan baru bisa ditamatkan.
Masih dijelaskan Ka Haji Dadang, ngaji pasaran adalah tren bagi kalangan pesantren yaitu ngaji khusus bulan puasa, dimana setelah puasanya selesai maka program ngaji ini pun ikut selesai. Sistem pengajiannya tidak seperti pengajian pesantren yang pada umumnya, yang ada di ruangan kelas dan ada setoran hafalan.
Senada disampaikan Ustaz Tubagus Didin Sirajudin, metode pembelajarannya seperti ngaji dimana ustaz yang mendapat mandat kyai membaca topik kajian kata per kata, kemudian menjelaskannya. Para santri menyimak secara seksama makna dari kalimat yang sedang diulas hingga memahami.
Baca Juga: Seru-seruan di Kapan Lagi Buka Bareng BRI Festival 2025 Digelar, Semua Meriah Semua Senang di GBK
Tidak ada tanya jawab dalam proses pengajian ini, tapi bukan berarti dilarang. Sebab ngaji pasaran biasanya penjelasannya singkat, cepat dan padat. Oleh karenanya ngaji jenis ini dikenal juga dengan istilah ngaji kilatan.
“Adapun ngaji pasaran biasanya dilakukan setelah salat subuh, dilanjutkan sampai Salat Dhuhur. Kemudian dilanjutkan sampai Salat Ashar. Setelah Salat Ashar tadarus Alquran sambil menunggu azan magrib,” ucapnya.
Kemudian, kata Ustaz Didin sapaan akrabnya, dilanjut Salat Isya dan Tarawih. Usai menyelesaikan Salat Tarawih dilanjutkan dengan pengajian pasaran kitab kinung sampai jam 12.
“Kegiatan ini diikuti oleh santri kelas satu dan dua aliyah dan stanawiyah, sedangkan kelas tiga sedang melaksanakan ujian sehingga tidak ikut KBSR,” ungkapnya.
Terpisah, aktivitas ngaji pasaran juga dilaksanakan di Pondok Pesantren Darush Solah Kelapa Gading Kota Serang Baru pimpinan Ustaz Refli Agustino yang mengaku khusus Ramadan tahun ini pondok pesantrenya fokus untuk menamatkan Kitab Tafsir Munir.
“Namun karena Kitab tafsir Munir tebal, maka untuk Ramadan tahun ini fokus untuk menamatkan satu juz,” imbuhnya.***


















