BANTENRAYA.COM – Tingkat hunian atau okupansi hotel di Kabupaten Pandeglang selama libur Lebaran Idul Fitri tahun 2025 mengalami pertumbuhan yang positif. Tercatat tingkat okupansi hotel di selama libur lebaran tahun ini meningkat, jika dibandingkan dengan tahun 2024, hanya sekitar 80 persen.
“Tingkat okupansi sejak libur lebaran dari tanggal 1-5 April rata-rata diatas 90 persen. Bahkan beberapa ada yang 100 persen. Dan liburan saat ini lebih baik dari liburan akhir tahun baru lalu,” kata Widiasmanto, Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Pandeglang, Senin 7 April 2025.
Widi mengatakan, kunjungan wisata pasca Lebaran mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, tingkat kunjungan pada tahun ini sangat baik, sehingga banyak wisatawan yang berbondong-bondong mengunjungi wisata pantai. “Kunjungan hotel sangat maksimal, karena sebelum lebaran banyak wisatawan yang sudah pada pesan kamar,” ujarnya.
Dijelaskannya, mayoritas wisatawan yang menginap di hotel berasal dari Banten, Jabodetabek, dan Bandung. Hal itu karena banyak wisatawan luar daerah yang ingin berlibur di Pandeglang. “Yang berkunjung ada dari daerah, dan luar daerah. Perbaikan kunjungan wisatawan pada libur lebaran tahun ini, seiring dukungan cuaca yang baik serta infrastruktur yang lebih memadai,” jelasnya.
Baca Juga: Pemkab Pandeglang Sambut Baik Harga Serapan Gabah Capai Rp 6.500
Widi berharap, peningkatan kunjungan libur lebaran terus berlanjut hingga akhir tahun 2025. Semoga akhir tahun nanti kunjungan wisata lebih maksimal. “Ya, untuk target libur akhir tahun 100 persen, minimalnya 90 persen. Semoga libur akhir tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” harapnya.
Tidak hanya okupansi hotel, peningkatan juga dirasakan pada wisata pantai terbuka yang dipadati wisatawan. “Bukan hanya okupansi akomodasi, tingkat kunjungan wisatawan ke pantai terbuka juga sangat bagus dan ramai,” katanya.
Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, kata dia, menjadi berkah bagi para pelaku wisata karena dapat meningkatkan perekonomian. Sebab, jumlah kunjungan tersebut meningkat signifikan apabila dibandingkan dengan momentum libur Nataru. “Kami anggap masyarakat pelaku usaha pariwisata pantai ini sangat senang dengan tingkat kunjungan yang sangat tinggi, karena pada saat tahun baru kemarin kunjungan betul-betul anjlok,” terangnya.
Widi menyayangkan, dengan sikap pemerintah daerah yang menyebut sektor pariwisata yang dikelola swasta tidak memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Padahal, wisata yang memiliki izin sudah jelas ditarik pajak hingga restibusi oleh pemerintah untuk peningkatan PAD. “Pelaku wisata yang memiliki izin usaha sangat memberikan dampak PAD, dan ekonomi yang besar. Justru, kami sebagai pelaku usaha yang resmi kena pajak, tapi yang tidak resmi tidak dikenakan pajak,” katanya. (***)