BANTENRAYA.COM – Oknum pimpinan ponpes di Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang berinisial MZ (60) dilaporkan ke Mapolres Serang lantaram diduga telah canuli 29 santriwati.
Pimpinam ponpes, pria beristri tiga itu dilaporkan oleh 3 orang santriwatinya yang masih berusia sekitar 13-17 tahun, pada Desember 2022. Namun diamankan pada awal Februari 2023 kemarin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Bantenraya.com, Senin 20 Februari 2023, kasus pencabulan oleh pimpinan ponpes itu terjadi di dalam lingkungan ponpes salafi.
Baca Juga: Hei ASN! Jangan Coba-coba Tak Netral di Pemilu 2024, Kalian Sedang Dipelototi Bawaslu Kota Serang
Kasus terungkap bermula dari curhatan seorang santriwati kepada rekannya.
Saat asik bercerita, salah satu keluarganya mendengar cerita korban.
Mengetahui adanya tindakan asusila oleh Pimpinan Pondok, korban kemudian diinterogasi dan mengakui telah dicabuli oleh MZ.
Baca Juga: Duo Samba Bawa Persib Naik Peringkat di Klasemen Sementara, tapi Belum Bisa Salip PSM di Puncak
Dalam pengakuannya, korban dicium dan dicabuli oleh MZ diarea kemaluannya. Namun tidak sampai terjadi persetubuhan anak.
Pelaku menjalankan aksinya saat kondisi sekitar ponpes sedang sepi, yaitu dilakukan setelah melaksanakan shalat dzuhur dan shalat azhar.
Kasat Reskrim Polres Serang AKP Dedi Mirza mengatakan jika adanya kasus dugaan pencabulan oleh oknum pimpinan pondok. Namun dirinya masih enggan berkomentar.
Baca Juga: Update Korban yang Terkena Dampak Ledakan Petasan di Blitar, Data BPBD Segini Jumlahnya
“Saat ini masih menunggu petunjuk pimpinan (akan diekspos ke awak media-red),” katanya kepada awak media, Senin 20 Februari 2023.
Dedi menjelaskan oknum pimpinan Pondok Pesantren beristri tiga itu, telah ditangkap pada Selasa 14 Februari 2023, di kediamannya di wilayah Kecamatan Tanara.
“Iya (diamankan unit PPA Polres Serang-red,” jelasnya.
Baca Juga: Fakta-fakta Kasus Ledakan Petasan di Blitar, Tubuh Korban Hancur Berkeping-keping
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Serang Nurlinawati mengaku telah menerima informasi tersebut.
Dari penelusuran yang dilakukannya, ada sekitar 29 santriwati yang menjadi korban.
“Jumlah korban ada 29 orang tapi hanya tiga yang buat laporan,” katanya. ***