BANTENRAYA.COM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menanggapi pernyataan mantan Menkes Siti Fadilah Supari soal kasus gagal ginjal yang merebak belakangan ini.
Mantan Menkes itu mengatakan bahwa sangat mungkin vaksin Covid-19 berhubungan dengan gagal ginjal akut yang merenggut lebih dari 100 nyawa anak-anak di Indonesia.
Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril mengatakan, Kemenkes meyakini penyakit gagal ginjal akut yang terjadi pada anak-anak tidak ada kaitannya dengan vaksinasi maupun infeksi Covid-19.
Baca Juga: 3 Faktor yang Harus Dibenahi untuk Dongkrak Elektabilitas Parpol KIB
“Pada saat penelitian bersama IDAI kemudian ahli toksikologi, epidemilogi, salah satu yang diperiksa terkait kejadian gagal ginjal akut adalah infeksi. Termasuk infeksi Covid,” katanya melalui keterangan pers, Kamis, 27 Oktober 2022
“Dari data dan pemeriksaan yang kita lakukan semuanya menyingkirkan dugaan yang disebabkan oleh Covid maupun long Covid,” imbuhnya.
Menurutnya, pada Balita penderita gagal ginjal akut tidak didapati satupun yang pernah terinfeksi Covid-19.
“Tidak ada korelasi (antara gagal ginjal dan Covid) setelah kita melakukan kajian lebih dalam terhadap kasus-kasus gagal ginjal yang kita teliti,” ujar Mohammad Syahril.
Pernyataan itu seolah menolak pendapat Siti Fadilah Supari yang diungkapkan dalam kanal YouTube Siti Fadilah Supari Channel tertanggal 25 Oktober 2022.
Siti Fadilah Supari mengatakan, jika vaksin yang dibuat dari DNA bisa saja berhubungan dengan gagal ginjal akut.
Baca Juga: UPDATE Kode Redeem FF Free Fire 29 Oktober 2022, Banyak Hadiah Menarik Siap Menanti
“Ada penelitian dari barat, dimana vaksin yang dari DNA itu membutuhkan Adenovirus,” ujarnya.
“Adenovirus itu adalah virus yang dikembangkan di sel-sel ginjal manusia. Artinya, ginjal menjadi tempat atau medianya untuk berkembang disitu,” katanya.
Siti Fadilah Supari menuturkan, Adenovirus dipakai untuk mengantarkan virus Covid kedalam tubuh manusia.
Baca Juga: Ingin Magang di Perusahaan Besar Ternama? Yuk Simak Posisi yang Dibuka dan Penempatannya
Menurutnya, penggunaan Adenovirus juga belum pernah dipastikan aman bagi kesehatan manusia.
“Berbahaya atau tidaknya Adenovirus, itu belum pernah diadakan suatu penelitian. Hanya ada penelitian yang dilakukan menghilangkan sedikit protein virusnya terus dianggap aman,” ujarnya.
Tapi yang perlu diingat, lanjut Siti Fadilah Supari, Adenovirus itu tempatnya ada di ginjal manusia karena tempat tumbuhnya memang di ginjal dan mungkin saja bisa mempengaruhi fungsi ginjal.
Baca Juga: Nikita Mirzani Masuk Penjara, Para Rival Merayakan dengan Potong Nasi Tumpeng
Selain itu, Siti Fadilah mengungkapkan, ada juga vaksin mRNA yang tidak hanya membutuhkan nano partikel mRNA saja tapi juga membutuhkan tambahan-tambahan zat kimia seperti etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
“Kemungkinan ini ada meski ada pertanyaan kenapa yang terkena gagal ginjal akut akibat EG dan DEG adalah anak dibawah 6 tahun yang belum terpapar vaksin Covid?” tuturnya.
Siti Fadilah Supari memaparkan, meski tidak terpapar langsung oleh vaksin Covid tapi jika orang tua terutama ibunya mendapat suntikan vaksin Adenovirus maupun mRNA maka bisa saja menyebabkan anaknya terpapar virus mRNA dan yang mengandung Adenovirus.
“Seharusnya korban-korban itu (anak penderita gagal ginjal) diteliti apakah ibu-ibunya mendapatkan booster (vaksin mRNA dan Adenovirus) atau tidak mendapatkan booster. jadi kemungkinan besar ada hubungannya,” ucapnya.
Namun, Siti Fadilah Supari heran dengan pernyataan Kemenkes yang menyatakan dan memastikan gagal ginjal akut yang terjadi pada anak-anak tidak ada korelasinya dengan vaksin.
“Nah saya ingin tanya, apakah sudah diteliti?” Katanya.
“Sebetulnya, menelitinya (vaksin menyebabkan gagal ginjal) gampang sekali. Yaitu dengan mengambil spesimen korban dan spesimennya di tes PCR. Nnti dari hasilnya terlihat ada apa disitu?” sambungnya.
Kalau belum diteliti tapi sudah mengeluarkan pernyataan, Siti Fadilah Supari menganggap Kemenkes tidak fair karena menurutnya Kemenkes harus transparan.
“Jadi harus fair, tranparansi bahwa ada apa tidaknya pengaruh vaksin booster (mRNA dan Adenovirus) pas orang-orang di sekeliling korban,” katanya.
Baca Juga: 16 Kode Promo Gojek, GoFood, GoRide Dan GoCar, 30 Oktober 2022: Diskon Ongkir hingga 75 Persen
Siti Fadilah Supari ingin Kemenkes mengekspos secara transparan bahwa sudah ada penelitian tentang keterkaitan pasien dengan orangtua yang divaksin booster.
“Coba diteliti dari pasien gagal ginjal akut ini para ibu-ibunya mendapatkan vaksin apa saat booster,” tuturnya.
“Saya ingin tau itu karena ada teorinya yang memungkinkan bahwa bisa saja dikatakan (gagal ginjal akut) berhubungan dengan vaksin Covid baik secara langsung maupun tidak langsung,” ucapnya.
Baca Juga: 4 Perbedaan Kopi Arabica dan Robusta yang Perlu Kamu Tahu
Siti Fadilah berharap Kemenkes bisa menemukan penyebab pasti gagal ginjal akut.
Bukan mengikuti kasus yang terjadi di Gambia maupun negara lainnya karena menurutnya ada beberapa penyebab gagal ginjal akut yang bisa diteliti dan diungkap secara transparan. ***
 
			


















