BANTENRAYA.COM – Penjualan tempe di Pasar Badak Pandeglang alami penurunan. Penurunan omset penjualan tempe terdampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Iya jualan tempe sekarang agak sepi pembeli. Gak kayak dulu. Pas BBM naik jualan juga kurang,” kata Marta, salah satu penjual tempe di Pasar Badak, Rabu 19 Oktober 2022
Dikatakannya, untuk mengurangi biaya produksi tempe tidak terlalu mahal, para pengusaha tempe mensiasati ukuran tempe yang lebih kecil.
“Semenjak BBM naik, kami kewalahan memproduksi tempe. Iya ukuran tempe sekarang diperkecil biar tidak terlalu boros bahan,” ujarnya.
Baca Juga: Polisi Bongkar Prostitusi Rumahan di Kecamatan Banjar , Sudah Beroperasi 5 Tahun
Dia menyebut, dengan naiknya harga BBM telah membuat harga kedelai mengalami kenaikan signifikan. Sehingga membuat omset penjualan mengalami penurunan.
“Harga kedelai naik akibat dari imbas kenaikan BBM. Tentu saja kami sangat mengeluh dengan kondisi saat ini karena omset kami mengalami penurunan,” terangnya.
Dijelaskannya, harga kedelai saat ini tembus dengan harga Rp12.600 per kilogram. Dinilainya, harga itu sangat mahal dan tidak sebanding dengan harga jual tempe hasil produksinya.
“Harga kedelai sekarang mencapai Rp 12.600 ribu, bisanya harga normal itu hanya Rp 12.000 ribu. Harga yang sekarang tak sebanding dengan harga jual tempe,” katanya.
Baca Juga: Angkot Berpenumpang 13 Siswa Terjun ke Jurang di Kecamatan Pulosari, 2 Tewas
Dijelaskannya, harga tempe tidak ada kenaikan masih tetap Rp 5 ribu per batang. Meski BBM adanya kenaikan.
“Walaupun harga kedelai naik, sekarang harga tempe tetap stabil tidak ada kenaikan,” jelasnya. Amin penjual tempe lainnya menuturkan, harga jual tempe tidak ada kenaikan. Untuk mensiasati harga tempe tidak mengalami kerugian, kata dia, pengrajin tempe mengakalinya dengan mengecilkan ukuran tempe.
“Paling kita kecilkan ukuran saja, kan dinaikin gak bisa. Kalau ukurannya seperti biasannya kami akan rugi banyak,” tuturnya. ***