BANTENRAYA.COM – Pengamat Politik dari Citra Institut Yusa Fachran memberi pandangannya soal skenario pemasangan Capres Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto.
Menurutnya, jika pasanagn Ganjar-Airlangga terwujud akan memberi kepastian pada pemerintahan dalam jangka panjang.
“Kalau skenario memenangkan pemilu dengan paket Ganjar dan Airlangga, itu bisa membantu pemerintahan lebih kuat dan strong. Itu dimunculkan tersendiri.
Baca Juga: Isi dari Pembukaan Cupu Kyai Panjala 2022, Kepala Singa dan Wanita Berjubah Hadir
Makanya dalam skenario itu pilihan safety untuk PDIP bagaimana agar eksekutif dimenangkan dan legislatif dimenangkan,” jelas Yusa saat berbincang hari ini, Selasa 11 OKtober 2022.
Sebelumnya, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan duet Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merupakan pasangan capres-cawapres paling populer.
Ganjar-Airlangga meraih hasil 30 persen, mengalahkan duet Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan 22,8 persen.
Baca Juga: Tolak Preman Pensiun 6 Selesai, Penonton Belum Lega Sebelum Yayat Dihajar Didu
Kemudian juga pasangan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Ketua DPR RI Puan Maharani dengan 23,9 persen.
Ketum Golkar Airlangga sendiri telah bertemu dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani akhir pekan lalu. Isu tentang koalisi kedua partai besar ini menyeruak.
“Golkar dibutuhkan PDIP, ketimbang PDIP maju sendiri dengan bergabungnya Golkar, pemerintahan akan lebih stabil dan kuat,” kata Yusa.
Baca Juga: Bang Edi Bangkrut, Aris Nugraha Sebut Preman Pensiun 6 Malam Ini Selesai, Warganet: Penonton Kecewa!
Lalu jika nama Ganjar yang muncul ketimbang Puan, ini untuk menghadirkan capres yang populer.
Kemudian Puan, kata dia, bisa diposisikan untuk membidani Partai berlambang banteng itu menggantikan ibunya, Megawati.
“Puan bisa memanfaatkan atau didorong untuk mengambil alih atau estafet kepemimpinan Bu Mega di internal PDIP, sehingga Mbak Puan tidak kehilangan kapasitas kepemimpinan politik formalnya,“ tandas Yusa.
PDIP Gabung KIB
Sementara itu, Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana menilai ada peluang PDIP bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
“Menurut saya itu bukan suatu hal yang mustahil. Bisa dilakukan,” terangnya.
Aditya mengungkapkan opsi KIB mendukung Ganjar dalam Pilpres 2024 juga terbuka. KIB hanya perlu menyiapkan pendamping yang pas untuk Ganjar.
Baca Juga: Pemerintah Bersama FIFA Bentuk Tim Transformasi Sepakbola Indonesia, Tidak ada Nama PSSI
“Bisa jadi begitu, karena arahnya KIB dispekulasikan bahwa sebenarnya yang mau didorong adalah Ganjar. Sehingga pertanyaan kemudian adalah siapa cawapres yang dipersiapkan,” ungkapnya.
“Apakah dari tiga partai ini? Yang paling memungkinkan memang Airlangga. Karena dari sisi elektabilitas relatif tinggi,” terang Aditya.
Menurut Aditya, meski ada kemungkinan PDIP bergabung dengan KIB, ada problem lain yang menarik yakni penempatan Puan Maharani.
“Spekulasinya kemudian apakah memungkinkan terjadi koalisi PDIP bergabung dengan KIB? Saya menduga bisa juga demikian,” tuturnya.
“Cuma problemnya Puan ditaruh di mana? Apakah Puan mau dijadikan Ketum PDIP? Apakah Bu Mega punya keinginan untuk lengser di masa-masa kritis menjelang Pemilu 2024?” terusnya.
Aditya menekankan PDIP sebagai partai yang solid akan menunggu keputusan dari Ketum Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga: Inilah Formasi dan Skuad Timnas Qatar di Grup A Piala Dunia 2022, Ada Sosok Mantan Pelatih Barcelona
Menurutnya, Megawati bisa memilih strategi untuk mempertahankan elektabilitas Ganjar sekaligus memperkuat posisi Puan. Jika opsi itu dilakukan, PDIP punya kans besar memenangi Pemilu 2024.
“PDIP itu penentunya ada di Bu Mega. Tapi menurut saya Bu Mega punya insting yang positif, elektabilitas Ganjar tetap dipegang, tapi di sisi lain posisi Puan diperkuat, kalau itu memang opsi yang mau didorong,” katanya.
“Dan orientasi untuk tetap menjadi pemenang pemenang pemilu masih bisa kelihatan, ketimbang kalau memaksakan Puan sebagai capres. Itu yang agak berat,” pungkasnya. ***
















