BANTENRAYA.COM – Pemimpin Partai Komunis Indonesia terahir adalah DN Aidit sebelum dirinya tewas mengenaskan karena dianggap dalang kejadian 1965.
DN Aidit menjadikan PKI untuk merubah ideologi Pancasila menjadi Komunis.
PKI selama dipimpin DN Aidit telah menciptakan sejarah pilu bagi bangsa Indonesia terutama ditubuh Angkatan Darat waktu itu.
Baca Juga: 19 Tahun Berumah Tangga, Kang Dedi Mulyadi Digugat Cerai Bupati Purwakarta
Melansir berbagai sumber berikut searah singkat DN Aidit, nama asli penguasa PKI itu adalah Achmad Aidit yang lahir pada 30 Juli 1923 Tanjung Pandan Belitung.
Amat (nama kecil Aidit) memilki ayah yang bernama Abdullah Bin Ismail dan menjadi mantri kehutanan sekaligus tokoh agama di wilayah Belitung.
Semasa hidupnya, ayah Achmad pernah memimpin pergerakan melawan penjajahan Belanda dan ikut mendirikan organisasi ‘Nurul Islam’.
Baca Juga: Publik Kaitkan Dewan Kolonel Ide Johan Budi dengan Dewan Jenderal, Sunggung Soal G30S
Untuk ibu dari ketua PKI itu bernama Ayu Mailan anak dari ki Agus Haji Abdul Rahman sekaligus tuan tanah di daerahnya.
Waktu kecil Amat pernah menempuh pendidikan Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang merupakan sekolahan Belanda.
Sorenya setelah Achmad bersekolah langsung bergegas menuntut ilmu agama kepada Abdurarachim yang tidak lain adalah pamannya sendiri.
Baca Juga: Apa Itu Hernia, Sakit yang Buat Anak Rizky Billar dan Lesti Kejora Harus Operasi
“[…] Bang Amat (Achmad Aidit) tamat mengaji, khatam Alquran. Kami semua khatam Alquran,” ungkap Sobron Aidit, adik tiri Achmad, yang dituliskannya dalam buku berjudul Aidit: Abang, Sahabat, dan Guru di Masa Pergolakan (2003).
Achmad semasa kecilnya juga ternyata seorang Muadzin karena memiliki suara yang keras darn artikulasi yang jelas.
Dalam usia 13 Achmad sudah lulus dari HIS dan melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Laager Onderwijs) di Jakarta.
Setibanya di Jakarta ternyata pendaftaran MULO telah ditutup, yang membuat Achmad memilih sekolah dagang MHS (Middestand Handel School).
Ada kejadian unik dimana semasa dia mengenya pendidikan, pernah suatu ketika mengajak siswa lain untuk membolos secara masal demi mengikuti pemakaman pejuan Muhammad Husni Thamrin.
Bergabungnya Achmad dalam tokoh-tokoh Nasional.
Masuknya Jepang ke Indonesia waktu itu bebarengan dengan Achamd telah menjadi ketua Pertimu (Persatuan Timur Muda) sehingga membua langkahnya menjadi gampang untuk lebih dekat dengan Soekarno, Sukarni, Chaerul Saleh dan lain-lain.
Baca Juga: P2STRATEGIK Unsera Sarana Mencetak Generasi Kreatif
Dari situlah ia mulai mengganti nama dari Achmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit, semenjak bergabung dengan para tokoh nasional, Aidit bisa mengenyam bangku kuliah politik di Asram Menteng 31.
Di tempat tersebut untuk pertama kalinya dia bertemu MH Lukman. Sebagai informasi, Lukman sendiri adalah yang nantinya menjadi wakil ketua Cenrtal Commite PKI.
Singkat cerita, pasca Indonesia merdeka kedekata Aidit dengan tokoh nasional seperti Lukman dan Njoto semakin erat, yang ternyata dua kawan barunya itu adalah pengelola majalah Bintang Merah milik PKI.
Dari kedekatanya tersebut menghantarkan dirinya menjadi ketua faksi pada pertemua Komite Nasional Indonesia Pusat di tahun 1947.
Selang setahun Aidit, Njoto dan Lukman dipercayai untuk menerjemahkan Manifesto Komunis kedalam bahasa Indonesia, karena keberhasilannya ketiga tokoh tersebut diangkat menjadi anggota Central Commite PKI.
Kehairan Musso pada tahun 1948 menjadikan dirinya lebih percaya untuk melahirkan revolusi
Setelah tragedi pemberontakan PKI di Madiun 1948, nama Aidit sempat buron ada yang mengatakan di pergi ke Vietnam tetapi ada pula pendapat bahwa ia hanya mondar mandir saja dari Jakarta ke Medan.
Dua tahun setelah peristiwa di Madiun, kini sosok muncul kembali bersama kedua sahabatnya dan sukses mengembalikan kejayaan partai.
Baca Juga: Video Lawas Kembali Viral, Ini Jawaban Reza Arap Soal Perselingkuhan
Alimin dan Tan Ling Djie merupakan tokoh senior atau kelompok tua dalam tubuh PKI, kedudukan kedua berhasil diambil alih oleh Aidit di tahun 1954.
Keberhasilanya itu membuat dirinya menjadi lebih dekat dengan Soekarno dan berhasil membawa nama partai menjadi urutan ke empat terbesar dalam pemilu di tahun 1955.
Disisi lain Soekarno membutuhkan PKI untuk melancarkan pilar kekuasaanya yaitu NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis)
Ditangan DN Aidit-lah membawa nama PKI menjadi urutan ideologi komunis ketiga didunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok.
Baca Juga: Sesumbar Berani Duel, Didu Langsung Disergap dan Dipiting Remon Preman Pensiun 6 hingga Minta Ampun
Dia memilki keinganan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Komunis dengan berprinsip revoluis akan terjadi manakala dibantu Militer minmal 30 persen.
Namun cita-citanya kandas akibat kegagalan rencana di 30 September 1965 yang mengahantarkan dirinya tertangkap pada 22 November 1965 selang sehari langsung dtembak mati oleh militer.
Tahun 1965 ini menjadikan PKI bubar bersama pemimpinya yang terbunuh karena dicap sebagai penghianat bangsa. ***