BANTENRAYA.COM – Berikut 6 amalan yang dianjurkan oleh para ulama selama Idul Adha yang dilengkapi dengan dalilnya.
Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah atau 2024 masehi tinggal dalam hitungan minggu.
Seluruh umat Islam di seluruh dunia termasuk di Indonesia akan merayakan Hari Raya Idul Adha tahun.
Baca Juga: Pengakuan Linda Soal Hubungannya dengan Vina Tak Sedekat di Film: Aku Tidak Tahu Rumahnya di Mana
Bila merujuk pada tahun masehi, perayaan Idul Adha bertepatan pada, Senin 17 Juni 2024.
Hari Raya Idul Adha banyak amalan saleh yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh setiap umat Islam.
Dikutip Jatim.nu.or.id, berikut ini enam amalan yang dianjurkan ulama selama Idul Adha:
Pertama, mengumandangkan takbir di masjid-masjid, mushala dan rumah-rumah pada malam hari raya.
Dimulai dari terbenamnya matahari sampai imam naik ke mimbar untuk berkhutbah pada hari raya Idul Adha dan sampai hari terakhir tanggal 13 Dzulhijjah pada hari tasyriq.
Karenanya, pada malam tersebut dianjurkan mengagungkan, memuliakan dan menghidupkannnya. Anjuran ini sebagaimana terdapat dalam kitab Raudlatut Thalibin:
Baca Juga: Kumpulan Pantun Tema Idul Adha 2024 Jenaka yang Cocok Jadi Status WhatsApp
فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ
Artinya: Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.
Sebagian ulama ahli fiqih ada yang memberi keterangan tentang beribadah di malam hari raya, yaitu dengan melaksanakan sholat maghrib, isya hingga sholat subuh berjemaah.
Kedua, mandi untuk shalat id sebelum berangkat ke masjid. Hal ini boleh dilakukan mulai pertengahan malam, sebelum waktu subuh, dan yang lebih utama adalah sesudah waktu subuh.
Baca Juga: Jalan Rusak Tak Kunjung Diperbaiki, Wakil Walikota Cilegon Sanuji Akan Evaluasi Pejabat di DPUTR
Dikarenakan tujuan dari mandi adalah membersihkan anggota badan dari bau yang tidak sedap, dan membuat badan menjadi segar bugar. Maka mandi sebelum waktu berangkat adalah yang paling baik.
Berbeda jika mandinya setelah pertengahan malam maka kemungkinan bau badan akan kembali lagi, begitu juga kebugaran badan.
يُسَنُّ الْغُسْلُ لِلْعِيدَيْنِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ الْفَجْرِ قَطْعًا، وَكَذَا قَبْلَهُ، ويختص بالنصف الثاني من الليل
Baca Juga: Ada Pajero Sport, Bapenda Buka Suara Soal Kendaraan Dinas Pemprov Banten yang Dinyatakan Hilang
Artinya: Disunahkan mandi untuk shalat id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, ata pertengahan malam.
Kesunahan mandi adalah untuk semua kaum muslimin, laki-laki maupun perempuan, baik yang akan akan berangkat melaksanakan shalat ied maupun bagi perempuan yang sedang udzur syar’i sehingga tidak bisa melaksanakan shalat id.
Ketiga, disunahkan memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau-bau yang tidak enak. Hal itu untuk memperoleh keutamaan hari raya.
Baca Juga: Bakal Calon Walikota Serang Subadri Ushuludin Dapat Restu DPP PPP, Diminta Segera Bentuk Koalisi
Pada hakikatnya hal-hal tersebut boleh dilakukan kapan saja, ketika dalam kondisi yang memungkinkan, dan tidak harus menunggu datangnya hari raya.
Misalnya saja sepekan sekali saat hendak melaksanakan sholat Jumat.
Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab terdapat keterangan mengenai amalan sunah ini:
والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب
Artinya: Disunahkan pada hari raya id membersihkan anggota badan dengn memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak. Karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunahkan juga memakai wangi-wangian.
Keempat, memakai pakaian yang paling baik lagi bersih dan suci jika memilikinya. Jika tidak ada, maka cukup memakai pakaian yang bersih dan suci.
Akan tetapi sebagian ulama mengatakan bahwa yang paling utama adalah memakai pakaian yang putih dan mengenakan serban.
Baca Juga: Start Lebih Awal, Kawasan Pertanian Terpadu Kota Cilegon Tertinggal dari Kabupaten Tangerang
Berkaitan dengan memakai pakaian putih, ini diperuntukkan bagi kaum laki-laki yang hendak mengikuti jamaah shalat id maupun yang tidak mengikutinya.
Semisal satpam atau seseorang yang bertugas menjaga keamanan lingkungan, anjurannya ini tidak terkhususkan bagi yang hendak berangkat shalat saja, melainkan kepada semuanya.
Sedangkan untuk kaum perempuan, cukuplah memakai pakaian yang sederhana atau pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari.
Baca Juga: Ditinggal Kabur Pengembang, 108 Perumahan Belum Serahkan PSU ke Pemkot Serang
Sebab, berdandan dan berpakaian secara berlebihan hukumnya makruh. Begitu juga menggunakan wangi-wangian secara berlebihan.
Dalam kitab Raudlatut Thalibin dijelaskan:
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ مَا يَجِدُهُ مِنَ الثِّيَابِ، وَأَفْضَلُهَا الْبِيضُ، وَيَتَعَمَّمُ. فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا، اسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، وَيَسْتَوِي فِي اسْتِحْبَابِ جَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ، الْقَاعِدُ فِي بَيْتِهِ، وَالْخَارِجُ إِلَى الصَّلَاةِ، هَذَا حُكْمُ الرِّجَالِ. وَأَمَّا النِّسَاءُ، فَيُكْرَهُ لِذَوَاتِ الْجَمَالِ وَالْهَيْئَةِ الْحُضُورُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْعَجَائِزِ، وَيَتَنَظَّفْنَ بِالْمَاءِ، وَلَا يَتَطَيَّبْنَ، وَلَا يَلْبَسْنَ مَا يُشْهِرُهُنَّ مِنَ الثِّيَابِ، بَلْ يَخْرُجْنَ فِي بِذْلَتِهِنَّ.
Artinya: Disunahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukuplah ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.
Baca Juga: Jelang Lovely Runner Episode 16, Byeon Woo Seok Beri Bocoran Ending Drakornya
Sabda Nabi SAW berikut memberi penjelasan tentang memakai pakaian yang paling baik. Bahwa riwayat dari Sahabat Ibnu Abbas RA:
كَانَ يلبس في العيد برد حبرة
Artinya: Rasulullah SAW di hari raya id memakai burda hibarah (pakaian yang indah berasal dari Yaman).
Kelima, ketika berjalan menuju ke masjid atau pun tempat sholat ied hendaklah berjalan kaki karena hal itu lebih utama.
Sedangkan untuk para orang yang telah berumur dan orang yang tidak mampu berjalan, maka boleh saja berangkat dengan menggunakan kendaraan.
Baca Juga: Tinggal Klik, Link DANA Kaget 28 Mei 2024 Tersedia Saldo Gratis Rp100 Ribu Tanpa Top Up dan Transfer
Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW riwayat dari Ibnu Umar:
كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
Artinya: Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat id dengan berjalan kaki, begitu pun ketika pulang tempat shalat id.
Selain itu dianjurkan juga berangkat lebih awal supaya mendapatkan shaf atau barisan depan. Sembari menunggu shalat id dilaksanakan bisa bertakbir secara bersama di masjid dengan jamaah yang telah hadir.
Baca Juga: 10 Istilah Dalam Dunia Fashion, Kamu Suka Tampil dengan Fashion yang Mana?
Imam Nawawi dalam kitabnya Raudlatut Thalibin menerangkan anjuran tersebut:
السُّنَّةُ لِقَاصِدِ الْعِيدِ الْمَشْيُ. فَإِنْ ضَعُفَ لِكِبَرٍ، أَوْ مَرَضٍ، فَلَهُ الرُّكُوبُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْقَوْمِ أَنْ يُبَكِّرُوا إِلَى صَلَاةِ الْعِيدِ إِذَا صَلَّوُا الصُّبْحَ، لِيَأْخُذُوا مَجَالِسَهُمْ وَيَنْتَظ
Keenam, untuk hari raya Idul Adha disunahkan makan setelah selesai melaksanakan sholat ied.
Hal ini berbeda dengan hari raya Idul Fitri disunahkan makan sebelum melaksanakan sholat ied.
Baca Juga: Alasan Pertamina Wajibkan Warga Beli Pertalite dengan Daftar di Mypertamina Mulai 1 Juli 2022
Pada masa Nabi SAW, makanan tersebut berupa kurma yang jumlahnya ganjil, entah itu satu biji, tiga biji ataupun lima biji. Karena makanan pokok orang Arab adalah kurma.
Jika di Indonesia makanan pokok adalah nasi, akan tetapi jika memiliki kurma maka hal itu lebih utama.
Dan jika tidak mendapatinya, maka cukuplah dengan makan nasi atau sesuai dengan makanan pokok daerah tertentu.
عن بريدة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يخرج يوم الفطر حتى يطعم ويوم النحر لا يأكل حتي يرجع
Baca Juga: TERKUAK! Kendaraan Dinas Milik Pemprov Banten yang Hilang Ternyata Dipinjamkan ke Instansi Vertikal
Artinya: Diriwayatkan dari sahabat Buraidah RA, bahwa Nabi SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan pada hari raya Idul Adha sehingga beliau kembali ke rumah.
Diriwayatkan juga dari sahabat Anas RA:
انَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَخْرُجُ يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وترا
Artinya: Rasulullah SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan beberapa kurma yang jumlahnya ganjil.
Baca Juga: 5 Provinsi Uji Coba Beli Pertalite Pakai Aplikasi Mypertamina Mulai 1 Juli 2022
Dengan demikian, anjuran makan pada hari raya Idul Adha adalah setelah selesai melaksanakan shalat id, alangkah lebih baik jika makan kurma sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Akan tetapi jika tidak mendapati kurma, bolehnya makan dengan yang lain, misalnya nasi bagi rakyat Indonesia, disesuaikan dengan makanan pokok daerah tertentu.
Itulah enam amalan yang dianjurkan ulama selama Idul Adha. Semoga penjelasan ini bermanfaat. ***