BANTENRAYA.COM – Berikut cerita asli film horor KKN Di Desa Penari yang ditulis SimpleMan versi sudut pandang Nur part 1.
Baru-baru ini film KKN Di Desa Penari ramai diperbincangkan di berbagai media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan Facebook.
Pasalnya, KKN Di Desa Penari menjadi film yang sudah ditonton satu juta lebih penonton sejak perdana penayangannya.
Baca Juga: Selain KKN di Desa Penari, Ini 4 Rekomendasi Film Terbaru untuk Mengisi Libur Lebaran
KKN Di Desa Penari memiliki genre film horor, dan diambil dari kisah nyata.
Sebelum dibuat film, cerita KKN Di Desa Penari pertama kali dibagikan oleh akun Twitter @SimpleM81378523 pada Juli 2019 lalu.
Akun @SimpleM81378523 menulis cerita KKN Di Desa Penari dalam dua versi, yaitu dari sudut pandang Widya dan dari sudut pandang Nur.
Baca Juga: Disokong BRI, Sepatu Ulat Sutra Samia Produk Malang Tembus ke Mancanegara
Namun dalam artikel ini akan menyajikan cerita asli KKN Di Desa Penari versi sudut pandang Nur yang ditulis @SimpleM81378523.
KKN Di Desa Penari menceritakan kisah enam mahasiswa yang sedang melakukan tugas pengabdian masyarakat di salah satu desa.
Namun, ternyata desa tersebut bukanlah desa biasa. Dua dari enam mahasiswa tersebut pun harus kehilangan nyawa.
Baca Juga: Susi Pudjiastuti Geram Lihat Pantai Pangandaran Penuh Sampah di Libur Lebaran: SAYA TENGGELAMKAN!
Nur Story (20 Juli 2019)
Nur segera merapikan tempat tidurnya, hidup merantau demi menyelesaikan pendidikanya di universitas yang sudah menjadi impianya sejak kecil kini tinggal menunggu bulan demi bulan.
hanya tinggal menyelesaikan tugas terakhirnya, salah satunya, adalah tugas pengabdian pada masyarakat orang lebih mengenalnya dengan KKN (Kuliah kerja nyata).
Baca Juga: UTBK SBMPTN 2022 Digelar 17 sampai 23 Mei; Silakan Cek Jadwalnya
Malam ini, Ayu, teman sefakultasnya, baru saja membicarakan tentang rencananya, bahwa, ia, sudah memiliki tempat yang cocok untuk pelaksanaan KKN mereka, dan Nur akan ikut dalam observasi pengenalan pada desa tersebut.
di’sela Nur mempersiapkan keberangkatanya malam ini, ia teringat harus segera memberitahu temanya yang lain tentang observasi ini, karena ia tahu, bahwa KKN program mereka, harus di selesaikan bersama-sama. janji, sebagai sahabat yang harus lulus bersama-sama.
Baca Juga: Niat Puasa Ayyamul Bidl, Ini Keutamaan dan Waktunya Menurut Imam Nawawi Banten
“Wid, nang ndi?” (Wid, dimana?)
“nang omah Nur, yo opo, wes oleh nggon KKN’e” (di rumah Nur, gimana, sudah dapat tempat KKN-nya)
“engkok bengi Wid aku budal karo Ayu, doaken yo” (nanti malam Wid, aku berangkat sama Ayu, doakan ya)
Baca Juga: Cara Download MP3 dan MP4 dari YouTube Gratis Pakai Y2mate, Tinggal Klik
“nggih. semoga di acc ya”
“Aamiin” balas Ayu, mematikan telpon
Balas Nur mematikan telpon*
Detik-demi detik berputar, tanpa terasa malam telah tiba, Nur melihat sebuah mobil kijang mendekat.
Baca Juga: Kapan Hari Bulu Tangkis Sedunia? BWF Sudah Susun Serangkaian Acara
Dari dalam, keluar sahabatnya Ayu, di belakangnya, ada sosok lelaki.
mungkin itu adalah mas Ilham, kakak Ayu. pikir Nur dalam hati.
“Ayo. budal” kata Ayu, menggandeng Nur agar segera masuk ke dalam mobil.
mas Ilham membawakan barang Nur, kemudian mobil pun mulai berangkat.
“adoh gak Yu” (jauh tidak yu) tanya Nur,
“paling 4 sampe 6 jam, tergantung, ngebut ora” (paling 4 sampai 6 jam, tergantung ngebut ndak)
“sing jelas, desa’ne apik, tak jamin, masih alami. pokok’e cocok gawe proker sing kene susun wingi” (yang jelas, desanya bagus, tak jamin, masih alami, pokoknya cocok buat proker yang kita susun kemarin)
Baca Juga: Puasa Sunah Syawal Bisa Menjadi Makruh dan Haram, Begini Alasannya
Ayu terlihat begitu antusias, sementara Nur, ia merasa tidak nyaman.
Banyak hal yang membuat Nur bimbang, salah satunya, tentang lokasi dan sebagainya.
Sejujurnya, ini kali pertama Nur, pergi ke arah etan (Timur) sebagai, perempuan yang lahir di daerah kulon (barat) ia sudah seringkali mendengar rumor tentang arah etan, salah satunya, kemistisanya
Baca Juga: Jadwal Tayang dan Harga Tiket Nonton KKN Di Desa Penari di Kota Jakarta 2022
Mistis bukan hal yang baru bagi Nur, bahkan ia sudah kenyang dengan berbagai pengalaman akan hal itu.
Saat menempuh pendidikanya sebagai santriwati, mengabaikan perasaan tidak bisa di lakukan secara kebetulan semata.
Dan malam ini, belum pernah Nur merasa setidak’enak ini.
Benar saja, perasaan tidak enak itu terus bertambah seiring mobil terus melaju.
Salah satu pertanda buruk itu adalah ketika, sebelum memasuki kota J, dimana tujuannya kota B, Nur melihat kakek-kakek yang meminta uang di persimpangan, ia seakan melihat Nur. Tatapanya, prihatin.
Bukan hanya itu saja, si kakek, menggelengkan kepalanya, seolah memberikan tanda pada Nur yang ada didalam mobil, untuk mengurungkan niatnya.
Namun, Nur, tidak bisa mengambil spekulasi apapun, ada temanya yang lain, yang menunggu kabar baik dari observasi hari ini.
hujan tiba-tiba turun, tanpa terasa, 4 jam lebih perjalanan ini ditempuh. Mobil berhenti di sebuah tempat rest area yang sepi, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan, Nur, melihat hutan gelap, yang memanggil-manggil namanya.
Baca Juga: Susi Pudjiastuti Geram Lihat Pantai Pangandaran Penuh Sampah di Libur Lebaran: SAYA TENGGELAMKAN!
“Hutan. desa ini ada di dalam hutan” kata mas Ilham.
Nur tidak berkomentar, ia hanya berdiri di samping mobil yang berhenti di tepi jalan hutan ini. sebuah hutan yang sudah di kenal oleh semua orang jawatimur.
Hutan D****, tidak beberapa lama, nyala lampu dan suara motor terdengar. mas Ilham, melambaikan tanganya.
Baca Juga: Panjatkan Doa Ini Agar Semua Amalan di Bulan Ramadhan Diterima Allah SWT
“iku wong deso’ne, melbu’ne kudu numpak motor, gak isok numpak mobil soale” (itu orang desanya, masuknya harus naik motor, mobil tidak bisa masuk soalnya)
Nur dan Ayu, mengangguk, pertanda ia mengerti.
Tanpa berpikir panjang, Nur sudah duduk di jok belakang, dan mereka berangkat
memasuki jalan setapak, dengan tanah tidak rata, membuat Nur harus memegang kuat- jaket bapak yang memboncengnya.
Baca Juga: Artis Indonesia Agnez Mo jadi Kapten Los Angeles FC
Tanah masih lembab, di tambah embun fajar sudah terlihat disana-sini, malu-malu memenuhi pepohonan rimbun.
Nur, melihat sesosok, wanita.
Ia sedang menari di atas batu kilatan matanya tajam, dengan paras elok nan cantik, si Wanita, tersenyum menyambut tamu yang sudah ia tunggu.
Melihatnya dari balik jalan lain, Nur mendapati, si wanita sudah hilang, tanpa jejak.
Ia tahu, dirinya sudah disambut dengan entah apa itu.
Memasuki desa, mas Ilham berpeluk kangen dengan seorang pria yang mungkin seumuran dengan ayahnya di rumah.
Pria itu ramah, dan murah senyum, menyambut tangannya.
Nur mendengar si pria memperkenalkan diri.
“Kulo, Prabu” (saya Prabu)
“Sepurane Ham, aku eroh, kene wes kenal suwe, tapi deso iki gak tau loh gawe kegiatan KKN” (saya minta maaf ham, aku tahu, kita sudah kenal lama, tapi desa ini tidak pernah di pakai kegiatan KKN)
suasana saat itu, tegang.
“GAK ISOK HAM” kata pak Prabu menekan mas Ilham dengan ekspresi tak terduga.
“Ngeten loh pak, ngapunten, kulo nyuwun tolong, kulo bakal jogo sikap ten mriki, mboten neko-neko, tolong pak” (begini loh pak, maaf, saya minta tolong, saya akan menjaga sikan disini)
(Saya tidak akan aneh-aneh. tolong pak) ucap Ayu, matanya berlinangan air mata, ia tidak pernah melihat Ayu sengotot ini, mimik wajah pak Prabu yang sebelumnya mengeras, kini melunak.
Baca Juga: Seba Baduy Dibuka Sore Ini dan Akan Dihadiri 100 Orang
“tolong lah mas” kata mas Ilham, “dibantu, adikku,”
“Piro sing KKN dek?” (berapa yang KKN nanti dek?) dengan bersemangat Ayu menjawab.
“6 pak”
Hari itu berakhir, dengan persetujuan Pak Prabu dan tentu saja, masyarakat sekitar, sebelum meninggalkan tempat itu, Ayu dan Nur berkeliling memeriksa desa sebentar.
Baca Juga: Seba Baduy Dibuka Sore Ini dan Akan Dihadiri 100 Orang
Di sana ia sudah tahu proker apa saja yang akan menjadi wacana mereka, salah satunya kamar mandi dengan air sumur.
Ia tahu, masyarakat mendapatkan akses air hanya dari sungai, jadi terfkirkan mungkin sumur lebih efisien.
Di tengah mereka merundingkan berbagai proker kelak, Nur, terdiam melihat sebuah batu yang di tutup oleh kain merah.
Baca Juga: 11 Gejala dan Cara Menurunkan Risiko Akibat Hepatitis Akut Pada Anak
Di bawahnya, ada sesajian lengkap dengan bau kemenyan.
Di atasnya, berdiri sosok hitam, dengan mata picing, menyala merah.
Meski hari siang bolong, Nur bisa melihat, kulitnya yang ditutup oleh bulu, serta tanduk kerbau.
Mata mereka saling melihat satu sama lain, sebelum Nur mengatakan pada Ayu, bahwa mereka harus pulang.
Baca Juga: BAWASLU RI Buka Pendaftaran Calon Timsel Bawaslu untuk 25 Provinsi
“Lapo to Nur, kok gopoh men” (kenapa sih Nur, kok kamu buru buru pergi)
“Kasihan mas Ilham, wes ngenteni” ucap Nur.
“Yo wes, ayok” Ayu menimpali.
Mereka pun segera naik motor.
Sebelum keluar dari desa itu, sosok yang Nur lihat, apalagi bila bukan Genderuwo.
Baca Juga: Covid-19 Mereda , Met Gala Lebih Meriah di Tahun 2022
“Nur, jak’en Bima, yo, ambek Widya, engkok ambek kenalanku, kating” (Nur, ajak si Bima, sama Widya, sama kenalanku kating) ucap Ayu didalam mobil.
“Bima, lapo ngejak cah kui” (ngapain sih ngajak Bima)
“Ben rame, kan wes kenal suwe” (biar rame, kan sudah kenal lama) sahut Ayu
Baca Juga: Seba Baduy Dibuka Sore Ini dan Akan Dihadiri 100 Orang
“Kok gak awakmu sing ngejak to” (kenapa bukan kamu saja yang ngajak) timpal Nur.
“Kan awakmu biyen sak pondok’an, wes luwih suwe kenal” (kan kalian pernah satu pondok, jadi sudah kenal lebih lama) “pokok’e jak en arek iku yo” (pokoknya ajak anak itu ya)
“Yo wes, iyo” Nur pun mengalah.
Baca Juga: Jadwal one way dan ganjil genap Jumat 6 Mei 2022 di Tol Kalikangkung, Tol Cikampek, Tol Halim
“Tak telpone Widya, ben cepet di gawekno Proposal’e mumpung pihak kampus gurung ngerilis daftar KKN’e, gawat kalau pihak kampus wes ngerilis yo, mumpung wes oleh enggon KKN dewe” (biar Widya tak telpon, biar cepat di buatkan proposalnya)
(Mumpung kampus belum buat daftar KKN nya, bisa gawat kalau sampai kampus udah buat daftarnya, mumpung kita sudah punya tempat KKN nya)
Pelan, mobil itu pun meninggalkan jalanan hutan itu.
Baca Juga: Momen Bintang Bollywood Shah Rukh Khan Lebaran dengan Jutaan Fans di Depan Rumahnya
Nur dan Ayu, kembali ke kotanya, mempersiapkan semua, sebelum mereka nanti kembali.
Siang itu, Nur melihat Widya dan Ayu di hari pembekalan sebelum keberangkatan KKN mereka.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya 2 orang yang akan bergabung dalam kelompok KKN mereka pun muncul, namanya adalah Wahyu dan Anton.
Mereka pun membicarakan semua proker dan menentukan
jadwal keberangkatan.
Semua anak sudah setuju, termasuk Widya, yang hampir sepanjang hari terus menceritakan, bahwa ibunya memiliki firasat yang buruk pada tempat KKN mereka.
Nur hanya diam dan mendengar, karena di dalam dirinya, ia merasakan hal yang sama.
Malam keberangkatan, Nur, Widya, Ayu, Bima, Wahyu dan Anton, sudah berkumpul, perjalanan dilanjutkan dengan mobil elf yang sudah mereka sewa untuk mengantarkan mereka ke pemberhentian dimana nanti mereka akan dijemput oleh warga desa.
Nur masih bisa melihat temanya, Widya, memasang wajah tidak nyaman.
Hanya sebuah harap, yang Nur panjatkan, bahwa mereka berangkat dengan utuh dan semoga, pulang dengan utuh juga.
Tetapi, tidak ada yang tahu, doa seperti apa yang akan diijabah oleh Tuhan.
Gerimis mulai turun, sepanjang perjalanan, Nur hanya melihat ke jalanan yang lengang.
Baca Juga: Jadwal Masuk Sekolah TK, SD dan SMP di Kabupaten Pandeglang diundur hingga Kamis 12 Mei 2022
Tepat di pemberhentian lampu merah, seseorang menggebrak kaca mobil Elf’nya.
Nur begitu terkejut sampai tersentak mundur.
Dari dalam mobil, Nur melihat pengemis tua itu, ia terus menggebrak mobil, membuat semua yg ada didalam mobil kebingungan, termasuk si sopir yang berteriak agar lelaki tua itu berhenti sembari melemparkan recehan, dari bibirnya.
Baca Juga: Pantai Anyer Macet Parah, Ternyata Ini Biang Keroknya
Nur melihat ia berucap “Ojok budal ndok” (jangan berangkat nak)
Suaranya terdengar familiar, seperti suara wanita tua.
Sampailah mereka di tempat pemberhentian.
Setelah menunggu, terlihat rentetan cahaya motor mendekat dari seberang jalan setapak, Nur mengatakanya.
Baca Juga: Delapan Ciri Orang yang Mendapatkan Hidayah dari Allah, Apakah Anda Termasuk?
“Iku wong deso sing nyusul rek” (itu orang dari desanya yang jemput kita)
Tanpa membuang waktu, mereka pun melanjutkan perjalan.
Jalanan setapak, dengan lumpur karena gerimis, pohon besar dan gelap, dengan kabut disana-sini, terlihat di sepanjang perjalanan.
Baca Juga: Nonton Film KKN di Desa Penari di Bioskop dari Berbagai Kota, Lengkap dengan Jadwal dan Jam Tayang
Hanya terdengar suara motor berderu, tanpa ada suara binatang malam.
Namun semua berubah ketika tiba-tiba, dari jauh, terdengar suara gamelan.
Suaranya sayup-sayup jauh, namun, semakin lama semakin terdengar jelas.
Nur mengamati tempat itu, aroma bunga melati tercium menyengat di hidungnya.
Baca Juga: Rekomendasi Film Dewasa Indonesia, Siapkan Tisu karena Banyak Adegan Panas!
Masih mencari, dari mana suara itu terdengar, tepat di antara rerumputan di samping jalan setapak.
Terlihat, seorang wanita menunduk
Ia menunduk, kemudian melihat Nur, diikuti dengan lenggak-lenggok lehernya, serta ayunan gerakan tangan dan lenganya, yang bergerak seirama dengan suara gamelan, Nur melihat wanita itu menari.
Baca Juga: Ribuan Warga Padatai Panati Bagedur, Kendaraan Mengular 3 Kilo Meter
Menari di tengah malam, di tengah, kegalapan hutan yang sunyi senyap.
Gerakannya begitu anggun.
Meski motor terus bergerak, Nur bisa melihat ia menari dengan sangat mempesona, seakan-akan ia bertunjuk untuk sebuah panggung yang tidak bisa Nur lihat.
Siapa yang menari di malam buta seperti ini?
Nur terdiam dalam kengerian yang ia rasakan sendirian.
Baca Juga: Jadwal Tayang Film KKN Di Desa Penari Uncut, di Bioskop Kota Serang, Lengkap dengan Harga Tiket
Ketika motor berhenti dan sampailah di desa, Nur tidak mengatakan apapun, ia melihat pak Prabu menyambut mereka, saat pak Prabu mempersilahkan mereka ke tempat peristirahatan mereka selama di desa ini, Widya tiba-tiba mengatakanya.
“Pak, kok Deso’ne pelosok men yo”
(Pak, kok desanya jauh sekali ya)
“Pelosok yo opo to mbak, wong tekan dalam gede mek 30 menit loh” (pelosok darimana sih mbak, orang dari jalan raya hanya 30 menit)
Baca Juga: Selain KKN di Desa Penari, Ini 4 Rekomendasi Film Terbaru untuk Mengisi Libur Lebaran
Nur hanya melihat saja, ia tidak mau mengatakan apapun, termasuk wajah Ayu yg memerah entah karena malu atau apa.
Mungkin, Ayu merasa Widya sudah melakukan hal yang tidak sopan, sebagai tamu, Widya memang seharusnya tidak mengatakan itu.
Di tengah perdebadan antara Widya dan Ayu, tiba2 dari balik pohon jauh, sosok hitam dengan mata merah tengah mengintai mereka.
Baca Juga: Link Nonton Pretty Little Liars Season 2 Episode 9 Versi Indonesia Lengkap dengan Jadwal Tayang
Sialnya, hanya Nur yang melihat
Akhirnya, perdebadan itu selesai, Nur meninggalkan sosok itu, yang masih mengintip dari balik pohon.
Ia masuk ke sebuah rumah milik salah satu warga yang tidak berkeberatan, untuk mereka tinggali selama menjalankan tugas KKN mereka, disana rupanya perdebadan Widya dan Ayu berlanjut.
“Koen iku kok ngeyel seh, wes dikandani, gak sampe setengah jam iku mau” (kamu kok keras kepala, sudah dikasih tau, tadi gak sampai setengah jam)
Baca Juga: Tsamara Amany Tebak Real Madrid Menang dari Manchester City, Raja Juli Antoni: Rujukan Togel Nih
Nur masih melihat, alih-alih menengahi, Nur lebih kepikiran dengan hal lain, salah satunya, genderuwo itu, untuk apa ia mengintainya.
Namun, tetiba, Widya mengatakan sesuatu yang membuat Nur tidak bisa mengabaikanya.
“Awakmu mau krungu ta gak, onok suoro gamelan nang tengah alas mau?” (kamu tadi dengar atau tidak, ada suara gamelan di tengah hutan tadi?!)
Namun ucapan Widya di tanggapi Ayu dengan nada mengejek. “halah, palingan yo onok acara nang deso tetangga, opo maneh” (halah, paling tadi kebetulan ada yang mengadakan acara di desa tetangga, apalagi).
Baca Juga: Tsamara Amany Tebak Real Madrid Menang dari Manchester City, Raja Juli Antoni: Rujukan Togel Nih
Nur, yang mendengar itu bereaksi pada Ayu.
“Yu, gak onok loh deso maneh nang kene)
“Jare wong biyen, nek krungu suoro gamelan, iku pertanda elek” (kata orang dulu, bila mendengar suara gamelan, itu artinya sebuah pertanda buruk)
Malam itu, berakhir, meski perdebatan masih terus berlanjut di batin mereka masing-masing.
Baca Juga: 5 Film Adegan Panas dari Indonesia, No Sensor dan Volume Suara Harap Dikecilkan!
Pertanda apa yang sudah menunggu
“Yu, aku kepingin ngomong, wong loro ae, isok kan” (Yu, aku ingin ngomong, sebentar, bisa kan?)
“Ngomong opo Nur?” (ngomong apa Nur) tanya Ayu,
Nur dan Ayu pergi ke pawon (dapur), wajah Nur, masih tegang, ia masih ingat, matanya tidak mungkin salah, ia melihat makhluk itu.
“Yu, aku takon, awakmu gak ngerasa aneh tah gok deso iki, awakmu jek iling, kok iso-isone pak Prabu sampek ngelarang keras, kene KKN nang kene. Opo awakmu gak curiga blas tah”
Baca Juga: SUDAH TAYANG! Jadwal Bioskop Film Doctor Strange in The Multiverse Of Madness di Cilegon Hari Ini
(Yu, aku mau tanya, kamu gak ngerasa aneh’kah di desa ini, kamu ingat, kok bisa-bisanya pak Prabu sampai, melarang keras, kita KKN disini, apa kamu gak curiga)
“Opo seh maksudmu ngomong ngunu?!” (apa sih maksudmu ngomong kaya gitu?!) ucap Ayu ketus.
“Bekne, pak Prabu nduwe alasan, lapo ngelarang awak dewe KKN nang kene” (mungkin, pak Prabu punya alasan, kenapa melarang kita KKN disini)
Baca Juga: WAJIB TAHU! Berikut Niat dan Keutamaan Puasa Syawal, Pahalanya Seperti Puasa Setahun Penuh
“Nek awakmu ngomong ngene, soale perkoro Widya mau, ra masuk akal Nur, awakmu melu observasi nang kene kan ambek aku, opo onok sing aneh? gak kan.
Wes talah, mek pirang minggu tok ae loh” (kalau kamu ngomong begini karena perkara Widya tadi, gak masuk akal Nur kamu sendiri ikut aku observasi disini kan, apa ada yang aneh? gak kan, sudahlah, cuma beberapa minggu aja loh)
Ayu pergi, meninggalkan Nur.
Sementara Nur, tidak mungkin menceritakan apa yang ia lihat, Ayu bahkan tidak percaya dengan hal yang ghaib.
Baca Juga: 10 Link Twibbon Hari Bidan Sedunia 2022, Gratis dan Cocok Dipasang di Media Sosial
Nur pun mengalah lagi.
“Nur” Widya memanggil.
Nur pun menatap wajahnya yang sayu, tampak ia baru saja menangis, tidak aneh memang, siapa yang tidak akan menangis bila merasakan hal yang bahkan tidak masuk diakal seperti itu.
“Isok gak, aku jalok tulung” (bisa aku minta tolong) ucap Widya.
Baca Juga: 10 Link Twibbon Hari Bidan Sedunia 2022, Gratis dan Cocok Dipasang di Media Sosial
“Tolong, ojok ceritakno yo, soal aku krungu gamelan mau, gak enak ambek warga kampung, kene kan tamu nang kene” (tolong jangan ceritakan ya, soal tadi, soal aku dengar gamelan, aku gak enak kalau sampai kedengaran warga desa, kita kan tamu disini)
Nur hanya mengangguk.
Namun, sebelum Widya beranjak dari tempatnya, Nur tiba-tiba mengatakanya.
Baca Juga: MUDAH DIHAFAL! Begini Bacaan Niat Puasa Syawal, Lengkap Lafaz Arab, Latin, dan Terjemahannya
“Wid, asline aku mau yo krungu suara iku mau, malah, aku ndelok onok penari’ne nang pinggir tulangan mau” (Wid, sebenarnya, aku juga mendengar suara gamelan itu, malah, aku melihat ada yang menari disana).
Widya yang mendengar itu dari Ayu, seakan tidak percaya, mereka terdiam cukup lama, bingung harus bereaksi seperti apa.
“Wes, Nur, jogo awak dewe-dewe yo, insyallah, gak bakal onok kejadian opo-opo nek kene hormat lan junjung unggah-ungguh selama nang kene”.
Baca Juga: Real Madrid Hancurkan Manchester City, Tsamara Amany ‘Bungkam’ Cuitan Raja Juli Antoni
(Sudah Nur, jaga diri baik-baik, ya, insyallah, gak bakal terjadi apa-apa, kalau kita hormat dan menjunjung sopan santun selama tinggal di tempat ini”.
Ucapan Widya setidaknya membuat Nur sedikit lebih legah, namun, Nur tidak menceritakan tentang sosok hitam yang mengintai mereka.
Itulah cerita asli KKN Di Desa Penari yang ditulis SimpleMan versi sudut pandang Nur part 1.***