BANTENRAYA.COM – Tidak terasa Ramadhan sudah 11 hari dan empat hari lagi sudah masuk pada fase kunut.
Menandai masuknya fase kunut, maka tradisi membuat ketupat pun akan menyemarakan Ramadan.
Selain menikmati enaknya makan ketupat, ada baiknya kita mengetahui makna dan filosofi ketupat.
Membuat ketupat di hari ke 15 Ramadan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Provinsi Banten khususnya.
Namun dalam adat Jawa, tradisi membuat ketupat dilaksanakan saat lebaran.
Baca Juga: Kaukus Perempuan Parlemen Banten Sambut Baik Pengesahan UU TPKS, Ini Alasannya
Terlepas dimana waktu yang pas membuat ketupat, ini lah makna dan filosofis ketupat.
Dilansir dari tebuireng.online.com, kupatan memiliki arti ngaku lepat, yaitu mengakui kesalahan.
Semua manusia pasti punya kesalahan dan sebaik-baiknya orang adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya.
Selain itu dari seluruh komponennya kupat memiliki arti lagi.
Ketupat dibuat dari janur. Secara filosofis Jawa, janur merupakan kepanjangan dari sejatine nur yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci setelah menlaksanakan ibadah puasa.
Baca Juga: Link Nonton Drakor Soundtrack #1 Episode 4 Sub Indo: Jadwal Tayang dan Sinopsis
Selain itu, juga menurut orang Jawa, Janur memiliki kekuatan magis sebagai tolak bala.
Karena itu banyak juga yang menggantungkan kupat di depan pintu rumah mereka sebagai tawasul agar jauh dari bala.
Aari segi anyaman kupat yang sangat rumit memiliki arti bahwa hidup manusia itu juga penuh dengan liku-liku, pasti ada kesalahan di dalamnya.
Kupat juga memiliki bentuk segi empat yang menggambarkan empat jenis nafsu dunia yaitu al amarah, yakni nafsu emosional; al lawwamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar; supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah; dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri.
Dan orang yang memakan kupat menggambarkan pula telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa.
Baca Juga: Kejari Pandeglang Musnahkan Barang Bukti Tindak Pidana Umum, Puluhan Kilogram Narkoba Diblender
Selanjutnya, isi ketupat yang berbahan beras sebagai bentuk harapan agar kehidupannya dipenuhi dengan kemakmuran.
Selain itu saat kita membelah ketupat, kita akan menjumpai warna putih yang mencerminkan kita memohon maaf atas segala kesalahan dan juga berharap bisa seputih isi kupat tersebut.
Terakhir, dari cara memakan ketupat yaitu dengan sayur cecek dan lain sebagainya, terkhusus biasanya berbahan santen. Santen berarti juga pangapunten, yaitu memohon maaf atas kesalahan.
Dari itu ada istilah “Mangan kupat nganggo santen. Menawi lepat, nyuwun pangapunten (makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan”.
Demikian arti filosofis kupatan, tradisi yang diajarkan Sunan Kalijaga.
Baca Juga: Berantas Mafia Tanah, Kejari Lebak Bentuk Aplikasi Bernama Si Kabayan
Tradisi semcacam itu harus dilakukan dengan sebijak mungkin agar tidak disalahgunakan menuju kesyikiran, tetapi tetap dilestarikan sebagai bagian dari syiar Islam Indonesia yang berciri khas akulturasi budaya. ***



















