BANTENRAYA.COM- Langkah Muhammad Addin Imtiyas di tanah suci tahun ini tak hanya membawa semangat seorang anak muda menunaikan rukun Islam kelima. Di balik kepergiannya ke Makkah, tersimpan kisah kehilangan, cinta keluarga, dan janji yang ingin ia tuntaskan untuk sang ibunda tercinta.
Dikutip daei laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) kemenag.go.id, Addin, remaja 18 tahun asal Provinsi Aceh, tercatat sebagai jemaah haji termuda di daerahnya tahun ini. Ia tak pernah menyangka bisa berhaji di usia semuda itu, apalagi bukan karena mendaftar sejak dini—melainkan menggantikan ibunya yang wafat sebelum sempat berangkat.
“Seharusnya Ibu yang mendampingi Ayah. Tapi Allah berkehendak lain,” kara Addin.
Addin mengatakan, sang ibunda meninggal dunia satu setengah tahun lalu, padahal sudah menanti keberangkatan sejak mendaftar pada 2012. Sejak kecil, kata dia, berhaji adalah cita-cita yang ibunda genggam erat.
“Salah satu motivasi Ibu untuk sembuh waktu itu adalah bisa haji bareng Ayah tahun ini,” katanya.
Baca Juga: 157 Desa di Kabupaten Serang Mulai Bentuk Kopdes Merah Putih
Kesedihan Addin semakin dalam saat menyaksikan banyak pasangan suami istri berhaji bersama di tanah suci. Ia tak kuasa menahan tangis karena membayangkan ibunya seharusnya ada di sana.
Sang ayah, Mahrizal Idris, membenarkan bahwa anaknya begitu dekat dengan almarhumah.
“Addin itu ke mana-mana sama ibunya. Sekolah pun diantar, dijemput. Dia seperti penjaga ibunya,” ungkapnya.
Rencana awalnya, adik Addin yang ditawari menggantikan sang ibu. Tapi karena masih berusia 16 tahun, syarat pelimpahan porsi tak bisa dipenuhi. Maka Addin lah yang akhirnya mendampingi sang ayah.
“Persiapan dokumen dan fisik dia sangat cukup, alhamdulillah. Sekitar enam bulan kami siapkan,” kata Mahrizal. (***)