BANTENRAYA.COM– Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak jemaah haji Indonesia untuk memaknai arti lempar jumroh.
Menurutnya, lempar jumroh bukan sekadar ritual melempar batu, melainkan simbol penting dalam membersihkan diri dari sifat-sifat buruk.
“Ini bukan sekadar lempar batu. Ini bentuk perlawanan terhadap setan, termasuk setan yang bersemayam di dalam diri kita seperti nafsu, amarah, dan sifat-sifat tercela,” kata Nasaruddin, dikutip bantenraya.com dari laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia kemenag,go.id, Minggu, 8 Juni 2025.
Nasruddin menjelaskan, lempar jumroh mengandung nilai spiritual yang sangat dalam. Dalam setiap batu yang dilempar, kata dia, terdapat niat untuk membuang kebiasaan buruk yang selama ini menodai hati dan perilaku.
“Jangan bawa pulang sifat pelit, suka memfitnah, berbohong, atau menyakiti orang lain. Lempar dan tinggalkan semua di sini. Ini saatnya kita kembali pada fitrah,” katanya.
Menag juga mengajak jemaah untuk memanfaatkan sisa waktu di tanah suci untuk memperbanyak ibadah dan memperkuat tekad menjadi pribadi yang lebih baik setibanya di tanah air.
“Kalau pulang dari sini (Makkah,-red) hanya membawa gelar haji tapi hatinya belum bersih, itu sayang. Yang paling penting adalah jiwa yang lebih jernih dan hati yang penuh syukur,” pesannya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan Jemaah, Harun, menyampaikan pentingnya para jemaah untuk mematuhi jadwal resmi pelaksanaan lempar jumroh yang ditetapkan oleh Pemerintah Arab Saudi, yakni pada pukul 07.00 sampai 10.00 waktu setempat.
“Kalau lewat dari jam itu, jemaah bisa bertemu gelombang dari negara lain. Itu bisa berisiko karena kepadatan bertambah,” ujarnya.
Harun juga mengingatkan agar jemaah yang sedang tidak fit, terutama lansia, tidak memaksakan diri dan bisa memanfaatkan opsi badal (perwakilan) untuk menjamin keselamatan.
“Keselamatan itu bagian dari ibadah juga. Jangan paksakan fisik kalau memang tidak memungkinkan. Gunakan badal agar tetap aman dan sah,” pungkasnya.***