BANTENRAYA.COM – Belakangan ini, Kartika Putri mencuat dalam perbincangan publik setelah mengusulkan agar Calon Presiden (Capres) bisa ngaji.
Sebagai seorang aktris dan selebgram, Kartika Putri memperoleh sorotan warganet atas pernyataannya yang menjadi viral.
Kartika Putri terus memantau perkembangan debat Capres dan Cawapres menjelang Pemilu 2024.
Baca Juga: MASIH HANGAT! Link DANA Kaget 24 Januari 2024 Gratis Saldo Rp100 Ribu Tanpa Ribet dan Dijamin Paten
Setelah membuat video live meminta para calon pemimpin ngaji, Kartika Putri tidak merasa puas dengan argumen visi dan misi yang disampaikan oleh pasangan calon (Paslon).
Sebagai seorang muslim, Kartika Putri mengungkapkan keinginannya untuk memilih Capres yang mampu membuktikan kemampuannya dalam ngaji.
Dalam videonya yang beredar luas, ia mengungkapkan, “Jujur, aku ingin mendengar Capres-capres ngaji. Yang suaranya merdu, itulah yang kita pilih.”
Baca Juga: Kelompok 66 KKM UNTIRTA Sosialisasi Stunting dan DBD di Cigeulis, Pandeglang
Menurut Kartika, Capres yang bisa membaca Alquran kemungkinan besar memiliki hati yang lembut, tidak melakukan kezaliman, dan bersikap bijaksana.
“Orang yang sudah biasa membaca Alquran, Insya Allah bijaksana, amanah, hatinya lembut, tidak keras, memikirkan rakyat, takut pada Allah sehingga tidak melakukan kezaliman, dijaga oleh Allah,” ujar Kartika Putri.
Namun, permintaan Kartika Putri tidak hanya mendapat dukungan; sebaliknya, banyak yang menghujat dan tidak mendukung keputusannya.
Dalam video terbarunya, Kartika Putri menyoroti warganet yang memberikan komentar negatif terhadap pandangannya.
Ia menjelaskan bahwa video live pertamanya di-record, dipotong-potong, dan disebarluaskan hingga menjadi viral.
Kartika mengamati bahwa banyak komentar negatif tersebut seakan-akan menunjukkan ketidaknyamanan atau ketidaksukaan terhadap kata “ngaji.”
Baca Juga: Jangan Bingung Lagi! Yuk Mengenal Pasar Modal, Tempat Jual Beli Produk Investasi dan Cara Kerjanya
Dalam penilaiannya, Kartika berpendapat, “Aku baca komen, banyak banget orang yang seakan-akan alergi dengan adanya kata ‘ngaji.'”
Selain itu, Kartika Putri menduga bahwa kemarahan yang muncul dari pendukung paslon mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk ngaji.
Dengan nada bijak, ia berkata, “Saya tahu kenapa pada panas banget, seandainya saya menilai dan berpendapat, kayaknya pendukungnya nggak bisa ngaji, makanya panik gitu.”
Lebih lanjut, Kartika meminta para pendukung paslon untuk tidak mengagung-agungkan calon mereka, karena menurutnya, dosa yang mungkin timbul akibat komentar negatif tersebut akan ditanggung masing-masing individu.
“Tolong, kalo komentar itu, jangan terlalu mengagung-agungkan paslonnya karena dosa mah masing-masing,” tandasnya.***