BANTEN RAYA,COM – Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN), Adib Miftahul, menilai bahwa peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November seharusnya tidak berhenti pada seremoni atau rutinitas formal belaka. Menurutnya, yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat dan para pemimpin memahami dan menerapkan nilai kepahlawanan dalam konteks masa kini.
“Bangsa kita ini suka dengan hal-hal seremonial, memperingati hari ini, hari itu. Itu tidak salah, tapi yang jauh lebih penting adalah memahami konteks dari apa yang diperingati khususunya hari Pahlawan,” kata Adib.
Adib menjelaskan, semangat pahlawan pada masa perjuangan dulu adalah melawan penjajahan secara nyata. Namun, di era modern, bentuk penjajahan itu telah berubah dan kini justru muncul dari dalam diri maupun institusi.
“Kalau dulu penjajahnya bangsa lain, sekarang tantangan kita adalah melawan penjajahan dari internal, dari diri sendiri, dari sistem birokrasi, dan dari organisasi yang korup dan baru bisa disebut pahlawan,” tegasnya.
Menurut Adib, bagi aparatur negara dan birokrasi, bentuk perjuangan hari ini adalah bekerja dengan sebaik-baiknya dan memberi manfaat bagi masyarakat.
BACA JUGA : GRATIS! 11 Link Twibbon Hari Pahlawan 2025, Desain Paling Keren dan Populer
“Mereka itu pelayan rakyat. Diberi fasilitas, tunjangan, dan jabatan untuk menyejahterakan masyarakat. Kalau mereka benar-benar bekerja untuk rakyat, itulah pahlawan,” katanya.
“Tapi, kalau yang dilakukan hanya mengenyangkan diri, kelompok, atau memperkuat kekuasaan pribadi, maka mereka bukan pahlawan, tapi penghianat. Karena uang yang mereka nikmati itu berasal dari rakyat,” tambah Adib.
Lebih jauh, Adib juga menyinggung peran masyarakat sipil. Ia menyebut, pahlawan di kalangan masyarakat adalah mereka yang berani bersuara dan melakukan advokasi untuk kepentingan publik.
“Mereka yang membela rakyat banyak tanpa pamrih, itu pahlawan. Tapi kalau ada yang justru membela oligarki, berkolaborasi dengan kekuasaan yang busuk, dan menikmati keuntungan dengan cara tidak benar, maka itu juga bentuk pengkhianatan,” ujarnya.
Adib menegaskan, Hari Pahlawan semestinya menjadi ajang refleksi, bukan seremonial yang sekadar menggugurkan kewajiban.
BACA JUGA : Kumpulan Link Twibbon Hari Pahlawan 2025, Desain Keren dan Cocok Dibagikan ke Media Sosial
“Jangan sampai kita terlihat besar karena seremoninya, tapi miskin makna dalam penerapannya. Yang harus dilakukan hari ini adalah meneladani nilai perjuangan, bekerja dengan jujur, berani melawan ketidakadilan, dan memberi manfaat bagi rakyat,” pungkasnya. (***)


















