“Karena, tidak seluruh usulan akan direalisasikan. Prioritas akan diberikan kepada wilayah yang memiliki sentra produksi padi besar,” tuturnya.
“Karena pertama, dibangunnya JUT kan pasti harus ada sentra padi. Janganlah kita bangun JUT yang gak ada sentra padi. Bukan JUT itu namanya,” terangnya.
“Jadi jangan sampai negara mengeluarkan cost, tapi gak signifikan terhadap nilai manfaatnya. Tidak produktif,” imbuhnya.
Terkait spesifikasi teknis, Agus menjelaskan bahwa JUT hanya akan dibangun di lokasi yang sudah memiliki badan jalan.
“Yang pasti punya badan jalan. Bukan yang tiba-tiba ngebuka. Gak boleh, jadi harus ada badan jalan awalnya,” tandasnya.
Sementara, lanjut Agus, untuk lebar jalan juga akan disesuaikan agar bisa mendukung mobilitas angkutan hasil pertanian, seperti gabah atau pupuk. Menurut Agus, kapasitas jalan minimal harus mampu dilalui kendaraan roda tiga (R3).
“Minimal R3 lah. Kan R3 bisa dipake angkut gabah, pupuk, hasil panen. Ya paling tidak 2-3 meter lebar. Kalau di atas itu nanti malah bisa berubah fungsi,” pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur Banten Andra Soni menyampaikan bahwa program JUT merupakan bagian dari Program Bangun Jalan Desa Sejahtera (Bang Andra) yang di rancang khusus untuk memperbaiki dan membangun jalan di wilayah desa, terutama yang menghubungkan lahan pertanian dan pusat produksi.
Jalan ini, kata dia, di fokuskan untuk mendukung aktivitas pertanian, memperlancar mobilitas alat dan hasil panen, serta mengoptimalkan distribusi hasil pertanian ke pasar.
“Luas hamparan sawah yang membentang itu menjadi pasokan lumbung pangan nasional, sehingga harus dijaga dan dioptimalkan,” katanya.
“Ini adalah sebagai bentuk bahwa pemerintah hadir untuk memberikan solusi terhadap keluhan para petani. Sesuai dengan apa yang telah kami canangkan agar terjadi konektivitas antar wilayah dan sumber pangan daerah,” imbuhnya. ***
















