BANTENRAYA.COM – Pemerintah Provinsi Banten membuka peluang besar bagi investasi di sektor pertanian jagung.
Pasalnya, untuk memenuhi kebutuhan jagung yang mencapai 1,5 juta ton per tahun, Banten membutuhkan lahan tanam jagung seluas 500.000 hektare.
Namun, hingga kini lahan tersebut masih menanti keterlibatan pihak swasta untuk dikembangkan secara optimal.
Baca Juga: Pegadaian Raih Penghargaan OJK Financial Literacy Award 2025
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten, Agus M Tauchid, mengatakan bahwa 80 persen pasokan jagung di Banten masih bergantung dari luar daerah, meskipun hampir separuh industri pakan ternak nasional berlokasi di provinsi ini.
Agus mengatakan, sebenarnya ada lahan tanam seluas 500.000 hektare yang bisa ditanami jagung dan akan bisa menutup kebutuhan akan jagung di Provinsi Banten.
Hanya saja, lahan seluas itu tidak bisa digarap sendirian oleh pemerintah daerah.
Baca Juga: PHK Massal di Gudang Garam, Ekonom Soroti Rokok Ilegal Jadi Biang Kerok
“Karena lahan seluas itu jika sepenuhnya dibebankan kepada APBD pasti sangat berat. Makanya lahan seluas 500.000 hektare itu harus dikerjasamakan dengan perusahaan pakan. Kita gandeng swasta. Itu harapannya,” ujar Agus, Senin (8/9/2025).
Agus mengatakan, bila digarap secara maksimal, maka dari 500.000 hektare itu akan menghasilkan 250.000 ton jagung pipil kering. Itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 62 hari atau dua bulan lebih.
Menurunnya, produksi jagung di Banten saat ini masih sangat jauh dari kebutuhan ideal.
Baca Juga: Next Level Warmindo NYC, Jadi Tempat Nongkrong Asik dan Seru di Kota Serang
Selama 10 bulan dari Januari hingga Oktober 2025, produksi jagung pipil kering diperkirakan baru akan mencapai 18.557 ton atau 1.855 ton lebih per bulannya. Padahal, kebutuhan harian jagung di Banten saja mencapai sekitar 4.000 ton.
Bahkan, meski harga jagung pipil kering di pasaran berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp5.500/ kg, suplai lokal tetap belum bisa mencukupi permintaan industri pakan ternak, termasuk petani dalam skala kecil.
Di beberapa daerah penghasil jagung seperti Kabupaten Serang, harga jagung mencapai Rp6.500/ kg, disusul Kota Serang Rp6.400/ kg, dan daerah lain seperti Lebak, Pandeglang, dan Kabupaten Tangerang di kisaran Rp6.000/ kg.
“Memang terjadi kenaikan, tapi masih di angka yang relatif normal,” ucap Agus.
Dalam jangka pendek, Pemprov Banten telah menjalin koordinasi dengan Bulog untuk mengeluarkan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung.
Selain itu, penanaman jagung juga akan kembali digiatkan oleh Pemprov Banten bersama dengan Polda Banten di lahan seluas 750 hektare sebagai langkah awal membangun swasembada jagung.
Baca Juga: Realisasi Pajak Kabupaten Lebak Capai Rp142 M hingga Agustus 2025, Sektor Ini Penyumbang Terbesar
Bila proyek penggarapan 750 hektare lahan jagung ini berhasil, bukan tidak mungkin perluasan lahan akan lebih ditingkatkan lagi ke depan.
“Kecil, memang. Harus kita akui. Tapi itu setidaknya menjadi dorongan yang dilakukan Pemprov bersama stakeholder untuk kita bisa melakukan swasembada pangan. Kita berikan bibitnya kepada petani dengan grade premium, pupuknya, prosesnya kita dampingi sampai penjualannya,” jelasnya. ***

















