BANTENRAYA.COM – Mantan Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sekaligus bakal Calon Gubernur Banten, Airin Rachmi Diany mengaku tak mempermasalahkan soal koalisi besar yang mengusung pasangan bakal calon Gubernur Banten, Andra Soni dan Dimyati Natakusumah.
Hal tersebut Airin sampaikan setelah dirinya mengikuti acara Adu Gagasan dan Visi Calon Pemimpin Calon Gubernur Banten yang digelar oleh Universitas Mathla’ul Anwar (Unma) Banten pada Rabu, 17 Juli 2024.
Politisi Partai Golkar tersebut juga menilai bahwa yang saat ini sedang terjadi merupakan hal yang wajar dalam sebuah kontestasi politik.
Baca Juga: Banyak Lulusan Baru, Permohonan Kartu Kuning di Pandeglang Melonjak
“Tidak apa-apa, namanya juga demokrasi ya itu hal yang biasa dan kontestasi juga masih panjang,” kata Airin di penghujung acara.
Airin juga menuturkan, masih banyak hal yang mungkin saja bisa terjadi sebelum penetapan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Gubernur Banten 2024.
“Tahapan untuk pendaftaran akan dilakukan di tanggal 27-29 Agustus. Doakan, Allah kasih yg terbaik. Pada intinya kan politik itu dinamis, dan banyak berdasarkan pengalaman nanti yg udah fix dan pasti itu di tanggal 22 September. 22 September adalah penetapan pasangan calon,” ujarnya.
Baca Juga: Dapat Rekomendasi PAN, Helldy Ungkap Berderet Pencapaian Ditengah Badai Covid 19
Sementara itu, terkait teka-teki sosok yang akan mendampingi Airin serta sikap Golkar terhadap partai lain yang belum terangkul oleh koalisi Andra-Dimyati hingga saat ini masih belum terungkap.
Bahkan ketika ditanya wartawan, dirinya menjawab dengan candaan.
“Untuk pasangan nanti kita tunggu, yuk sama kamu aja yuk,” jawab Airin.
Baca Juga: Lebih Muda dari Kobbie Mainoo, Intip Profil Leny Yoro Bek Anyar Milik Manchester United
Sementara itu, Dosen Fakultas Hukum dan Sosial Unma Banten, Eko Supriatno menilai bahwa saat ini Airin Rachmi Diany menghadapi tantangan serius setelah koalisi partai-partai politik lain memutuskan untuk meninggalkannya.
Langkah ini dipicu oleh kritik terhadap ketergantungannya yang kuat pada Partai Golkar, sehingga membuat partai-partai lain merasa teralienasi dan tidak terwakili dalam makna koalisi.
Ketergantungan yang besar pada satu partai politik dinilai Eko dapat membuat seorang kandidat kehilangan dukungan dari pihak lain, memperumit upaya untuk membangun konsensus, dan mengelola dinamika politik yang kompleks.
Baca Juga: Disnakertran Kabupaten Serang Minta Calon Tenaga Kerja Minta Dihukum Seberat-Beratnya
Hal ini menjadi pengingat bagi semua politisi akan pentingnya memiliki kemampuan untuk merangkul dan bekerja sama dengan berbagai pihak guna mencapai keberhasilan dalam politik.
“Kasus Airin adalah contoh nyata betapa pentingnya etika politik yang universal dalam proses kandidasi pilkada,” kata Eko.
“Ketika kandidat terlalu terikat pada satu partai politik, hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan koalisi dan pemilih yang berasal dari berbagai latar belakang politik.” sambungnya.
Baca Juga: Angka Kecelakaan di Banten Tinggi, Fasilitas Kesehatan Perlu Ditambah Lagi
Eko melanjutkan bahwa Airin yang sebelumnya meraih dukungan luas dari Partai Golkar, sekarang harus menghadapi tantangan untuk mendiversifikasi basis dukungan politiknya.
Keputusan beberapa partai untuk meninggalkan koalisi merupakan peringatan keras bagi semua politisi bahwa dalam politik lokal, kemampuan untuk membangun jaringan yang inklusif dan mampu merangkul berbagai kepentingan adalah kunci untuk mempertahankan dan memperluas basis dukungan.
“Di tengah perubahan politik yang cepat, kemampuan untuk beradaptasi dan merangkul berbagai elemen masyarakat serta partai politik akan menjadi kunci kesuksesan. Airin Rachmi Diany memiliki potensi untuk memanfaatkan pengalaman dan visinya untuk menghadapi tantangan ini, menciptakan strategi politik yang efektif, dan membangun dukungan yang luas dari seluruh lapisan pemilih di Banten,” tandasnya.***