BANTENRAYA.COM – Harga beras medium di Kabupaten Pandeglang masih tinggi di kisaran Rp 16.000 per kilogram.
Salah seorang pemilik agen beras di Pasar Tradisional Badak Pandeglang Maulidul Basit menerangkan, kenaikan harga beras sebetulnya sudah terjadi sejak 2 bulan lalu.
Namun, mencapai puncaknya terjadi 2 hari pasca penyelenggaraan Pemilu 2024. Harga beras semakin tak terkendali.
Baca Juga: Tata Cara Pelaksanaan Sholat Tarawih 11 Rakaat untuk Ramadhan 2024, Singkat dan Mudah Dipahami
Saat ini, dirinya menjual beras medium dikisaran harga Rp 390 ribu per karung 25 kilogram.
Jika dibandingkan dengan harga normal sebelum mengalami kenaikan, ia mengaku menjual beras di kisaran harga Rp 11-12 ribu per kilogram dan Rp 300 ribu per karung 25 kilogram.
“Naiknya memang berangsur ya, dari beberapa bulan ini sekitar Rp 4 ribu. Sempat lama di harga Rp 13 ribu, sekarang baru Rp 16 ribu. Selama saya dagang ini rekor tertinggi,” katanya, Kamis 22 Februari 2024.
Baca Juga: Harga Beras Naik Gila-gilaan Belakangan Ini, Distan Kabupaten Lebak Salahkan Cuaca
Naiknya harga beras di Pasar Badak Pandeglang ditengarai akibat berlangsung fenomena El-Nino beberapa waktu lalu.
Hal tersebut kemudian diperparah dengan mandeknya suplai beras yang berasal dari Bulog.
Basit sendiri merupakan salah satu pedagang yang harusnya mendapatkan suplai beras dari Bulog. Namun, sejak lima bulan terakhir, ia mengaku hanya menerima 5 kali kiriman beras Bulog.
Baca Juga: Tak Penuhi Target 2023, Beban PAD Diskan Kabupaten Pandeglang Meningkat di 2024
“Saya juga punya jatah sebetulnya. Jatahnya itu harusnya satu minggu sekali, tapi 5 bulan kebelakang saya cuma dapat 5 kali kiriman,” tuturnya.
“Kurang tahu juga penyebab ya. Padahal beras Bulog itu yang sebetulnya bisa nolong konsumen,” terangnya.
“Tapi memang saya juga dengar kalau terlambatnya kiriman Bulog itu akibat pemilu ya, ditahan dulu. Saya baca di berita sih gitu,” tambahnya.
Baca Juga: 4 Amalan di Malam Nisfu Syaban Ini Jangan Sampai Terlewatkan, Penuh Berkah dan Rahmat Allah SWT
Kenaikan harga beras yang mencapai Rp 16 ribu dianggap Basit sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Padahal, beras sendiri merupakan kebutuhan paling pokok dari masyarakat.
Tak hanya dirasakan konsumen, kenaikan tersebut juga turut menurunkan jumlah penjualan beras di kiosnya.
Biasanya ketika harga normal, Basit bisa menjual 2-3 ton beras dalam kurun waktu satu minggu, namun saat ini jumlah beras yang ia bisa jual dalam seminggu hanya di kisaran satu ton.
“Kadang kita juga segan menjualnya ke pembeli. Kita suka bingung cara kasih tahu kalau harga naik bagaimana?,” ungkapnya.
“Akibatnya ya pembeli ngurangin jumlah pembelian. Biasanya beli satu karung, sekarang paling setengah karung, atau diecer kiloan,” keluhnya.
Penjual beras lainnya di area Pasar Badak Pandeglang Enjum juga menjual dengan harga yang sama yakni Rp 16 ribu.
Tak jauh berbeda dengan Basit, kenaikan tersebut mengakibatkan penjualan beras miliknya juga ikut berkurang.
Enjum menerangkan, sebetulnya beras dari Bulog sudah sempat turun ke beberapa pedagang pada Selasa, 20 Februari 2024.
Namun hal tersebut nampaknya masih belum bisa menekan harga beras medium yang biasa dijual oleh pedagang.
“Kemarin sempet ada beras Bulog sebenarnya dateng pas Selasa sore kemarin. Tapi memang harga beras yang biasamah masih Rp 16 ribu. Beras Bulog juga gak semua pedagang dapat sih,” tandasnya. (aldi) ***
Caption :
Maulidul Basit sedang merapihkan dagangan berasnya, Kamis (22/2).(Aldi Setiawan/Banten Raya)