BANTENRAYA.COM – Angka kematian bayi atau AKB dan angka kematian ibu atau AKI di Kota Serang meroket tajam.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan atau Dinkes Kota Serang tercatat AKB dan AKI selama 7 tahun terakhir meningkat drastis.
Meroketnya AKB dan AKI terungkap dalam acara lokakarya penyusunan rencana aksi peran para pihak dalam percepatan penurunan AKI-AKB di Kota Serang di Ruang Rapat Bank Jabar Banten, Kota Serang, Selasa 9 Januari 2024.
Kepala Dinkes Kota Serang Ahmad Hasanuddin mengatakan, angka kematian ibu di Kota Serang mengalami peningkatan selama 7 tahun terakhir.
Baca Juga: Jelang Piala Asia 2023, Dzenan Radoncic Kembali Jadi Asisten Pelatih Timnas Indonesia
“Dari tahun 2017 kematian ibu itu 14 orang, 2018 19 orang, 2019 21 orang, 2020 17 orang, 2021 17 orang, 2022 20 orang, dan 2023 21 orang,” kata Ahmad Hasanuddin, kepada Banten Raya.
Angka kematian bayi dari tahun 2017-2023 trennya terus meningkat, bahkan mengalami lonjakan hampir dua kali lipat di tahun 2022-2023.
“Untuk kematian bayi tahun 2017 27 bayi, 2018 24 bayi, 2019 27 bayi, 2020 29 bayi, 2021 13 bayi, 2022 32 bayi, dan 2023 63 bayi. Itu kematian yang ada di Kota Serang baik ibu dan juga bayi,” ucap dia.
Ahmad Hasanuddin menjelaskan, faktor melonjaknya angka kematian bayi, pertama faktor kesehatan.
“Penyebab kematiannya adalah kebanyakan bayi berat lahir rendah atau disebut BBLR,” jelasnya.
Faktor kematian bayi yang disebabkan oleh BBLR menyumbang cukup tinggi yakni 26 kasus kematian bayi.
“Berapa BBLR itu hampir 26 kematian yang disebabkan oleh BBLR. Selebihnya karena gagal pernapasan, selebihnya juga aspesia. Jadi itu faktor-faktor yang paling banyak. Aspisia gagal nafas,” ungkap Ahmad Hasanuddin.
Untuk faktor penyebab kematian ibu terkadang salah satunya karena lambat dirujuk dari fasilitas kesehatan atau faskes pertama.
“Bisa jadi mengambil keputusan dari keluarganya untuk dirujuk, atau dioperasi barangkali lambat. Bisa jadi salah satu penyumbang kematian ibu,” tutur dia.
Melonjaknya angka kematian ibu dan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya.
“Pendidikan bisa jadi, kemudian anak yang ke berapa juga bisa jadi,” katanya.
Ahmad Hasanuddin mengatakan, usia angka kematian ibu tergolong masih usia produktif.
“Ibunya umur 20-35 tahun itu ada 15 yang meninggal. Kemudian Yang lebih dari 30 tahun itu 6 yang meninggal dunia,” sebut dia.
Ahmad Hasanuddin menjelaskan, usia angka kematian ibu terbanyak di usia remaja.
“Tapi alhamdulillah pendidikan SD itu cuma 4 orang yang meninggal. SMP 7 orang, SMA 7 orang dan perguruan tinggi 3 orang. Jadi memang, jadi semakin tinggi mungkin lebih mengerti,” jelas Ahmad Hasanuddin.
Untuk usia angka kematian bayi mayoritas masih balita.
“Usia bayi. Ada yang baru meninggal, ada yang baru melahirkan,” ucap Ahmad Hasanuddin.
Ahmad Hasanuddin menyebutkan, dari enam kecamatan, angka kematian bayi terbanyak di Kecamatan Kasemen, yang tersebar di 16 Puskesmas se Kota Serang.
“Yang meninggal di mana saja saya sampaikan pertama angka kematian bayi di Puskesmas Kilasah ini 9, Banten Girang 5, Unyur 5, Curug 5, Banjar Agung 5, Kasemen 5, Pancor 5, Cipocok 5, Rau 4, Kalodran 4, Serkot 3, Taktakan 3, Walantaka 2, Sawah Luhur 1, Singandaru 1, dan Ciracas 1. Jadi paling banyak di Kecamatan Kasemen,” beber Ahmad Hasanuddin. ***