BANTENRAYA.COM – Pemuda atau anak muda adalah kelompok usia yang sering kali belum matang dalam mengelola emosi.
Usia anak muda ini masih rentan, dan mereka mungkin belum memiliki kemampuan untuk memahami dan mengekspresikan emosi secara sehat.
Akibatnya, mereka lebih mudah marah. Berbagai faktor dapat menyebabkan emosi anak muda tidak stabil.
Faktor-faktor tersebut termasuk perubahan hormon, kurang tidur, pola makan yang buruk, gangguan mental, stres, kondisi medis tertentu, kurangnya dukungan sosial, dan penyalahgunaan NAPZA.
Mudah marah pada masa pubertas sering kali dipengaruhi oleh perubahan hormon dan perkembangan fisik yang dapat membuat emosi menjadi tidak stabil.
Selama pubertas, otak mengalami perkembangan pesat yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan dalam mengelola perasaan, sehingga emosi sering kali diekspresikan secara meledak-ledak.
Baca Juga: 8 Gombalan Lucu untuk Hari Pacar Nasional 1 Agustus 2024, Dijamin Ngakak dan Baper
Dalam akun Instagram @nuonline_id, Al-Ghazali menjelaskan bahwa sikap pemarah dapat dikategorikan menjadi dua jenis: pertama, berdasarkan watak bawaan, di mana beberapa orang memiliki kecenderungan alami untuk mudah marah; dan kedua, berdasarkan kebiasaan dan keyakinan, di mana seseorang yang sering melampiaskan amarah atau percaya bahwa amarah adalah hal yang benar, akan lebih sulit mengontrol diri.
Faktor utama yang memengaruhi kemampuan mengontrol emosi adalah perkembangan akal. Semakin berkembang akal seseorang, semakin baik kemampuannya dalam mengontrol emosi.
Dalam kitab Az-Zawajir, Abdullah bin Mas’ud menyebutkan dalam muqaddimah khutbahnya:
وَالشَّبَابُ شُعْبَةٌ مِنَ الْجُنُوْنِ
Yang artinya, “Masa muda adalah bagian dari kegilaan.”
Al-Hafizh Abdurrauf Al-Munawi menjelaskan bahwa masa muda mirip dengan keadaan gila karena kecenderungan untuk kehilangan kendali akal dan lebih terpengaruh oleh kesenangan syahwat dan tindakan merugikan.
Al-Ghazali mengungkapkan bahwa marah adalah penyakit hati dan tanda kurangnya akal. Orang yang lemah lebih mudah emosional dibandingkan mereka yang kuat.
Baca Juga: Tarif Sewa Kios Stadion Maulana Yusuf Ciceri Kota Serang Pedagang Dipatok Rp18 Juta
Dalam kitab Ihya’, Al-Ghazali menyarankan untuk sering membaca kisah-kisah orang bijaksana, pemaaf, dan orang yang mampu menahan emosi dari para Nabi, wali, dan ulama.
Sebaliknya, kisah tentang orang-orang yang mudah marah dan melampiaskan emosi juga dapat memberikan pelajaran.
Dengan mendengar kisah-kisah tersebut, diharapkan anak muda dapat belajar untuk menahan emosi dan memahami bahwa perkembangan akal serta pengendalian diri adalah kunci untuk mengatasi kemarahan.***