BANTENRAYA.COM – Berikut ini adalah syarat sah agar ibadah sholat Jumat bisa diterima yang wajinb diketahui.
Umat muslim yang telah memiliki kewajiban melaksanakan Sholat Jumat harus tahu apa saja yang menjadi sah dan tidaknya ibadah tersebut.
Pengetahuan ini penting agar sholat Jumat yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat dan diterima sebagai ibadah.
Dikutip oleh Bantenraya.com dari berbagai sumber, sholat Jumat memiliki beberapa ketentuan atau syarat keabsahan yang harus dipenuhi.
Sekiranya tidak terpenuhi, maka sholat Jumat dihukumi tidak sah. Berikut ini adalah syarat-syarat sah pelaksanaan sholat Jumat:
1. Shalat Jumat dan kedua khutbahnya dilakukan di waktu Dzuhur.
Hal ini berdasarkan hadits: أَنَّ النَّبِيَّكَانَ يُصَلِّي الْجُمُعَةَ حِيْنَ تَمِيْلُ الشَّمْسُ Artinya: Sesungguhnya Nabi SAW melakukan Salat Jumat saat matahari condong ke barat (waktu zuhur.red). (HR Al-Bukhari dari sahabat Anas).
Maka tidak sah melakukan sholat Jumat atau khutbahnya diluar waktu Zuhur. Bila waktu Ashar telah tiba dan jamaah belum bertakbiratul ihram, maka mereka wajib bertakbiratul ihram dengan niat Zuhur.
Apabila ditengah-tengah melakukan sholat Jumat, waktu sholat Dzuhur habis, maka wajib menyempurnakan sholat Jumat menjadi Salat Zhuhur tanpa perlu memperbaharui niat.
Syekh Habib Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri mengatakan: فَلَوْضَاقَ الْوَقْتُ أَحْرَمُوْا بِالظُّهْرِ وَلَوْ خَرَجَ الْوَقْتُ وَهُمْ فِيْهَا أَتَمُّوْا ظُهْراً وُجُوْباً بِلَا تَجْدِيْدِ نِيَّةٍ
Baca Juga: Katalog Promo JSM Superindo 27-29 Januari 2023, Obral Minyak Goreng dan Daging Ayam Broiler Murah
Artinya: Apabila waktu sholat Dzuhur menyempit, maka wajib melakukan takbiratul ihram dengan niat sholat Dzuhur.
Apabila waktu sholat Dzuuhur selesai, sementara jamaah berada di dalam ritual Salat Jumat, maka mereka wajib menyempurnakannya menjadi Salat Zhuhur tanpa mengulangi niat. (Syekh Habib Muhammad bin Ahmad al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis, halaman: 236)
2. Dilaksanakan di Area Pemukiman Warga
Baca Juga: Spoiler One Piece Chapter 1073, Lucci Kelimpungan Hadapi Stussy hingga Weevil Ditangkap Ryokugyu
Sholat Jumat wajib dilakukan di tempat pemukiman warga, sekiranya tidak diperbolehkan melakukan rukhsah sholat Jama Qashar di dalamnya bagi musafir.
Tempat pelaksanaan sholat Jumat tidak disyaratkan berupa bangunan atau masjid. Boleh dilakukan di lapangan dengan catatan masih dalam batas pemukiman warga.
Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali mengatakan: وَلَا يُشْتَرَطُ أَنْ يُعْقَدَ الْجُمُعَةُ فِي رُكْنٍ أَوْ مَسْجِدٍ بَلْ يَجُوْزُ فِي الصَّحْرَاءِ إِذَا كاَنَ مَعْدُوْداً مِنْ خِطَّةِ الْبَلَدِ فَإِنْ بَعُدَ عَنِ الْبَلَدِ بِحَيْثُ يَتَرَخَّصُ الْمُسَافِرُ إِذَا انْتَهَى إِلَيْهِ لَمْ تَنْعَقِدْ اَلْجُمُعَةُفِيْهَا
Baca Juga: Kader Berkarya Tak Boleh Pindah Partai Sampai Pileg Pilpres, Wakil Ketua Berkarya Banten Kesal
Artinya: Salat Jumat tidak disyaratkan dilakukan di surau atau masjid, bahkan boleh di tanah lapang apabila masih tergolong bagian daerah pemukiman warga. Bila jauh dari daerah pemukiman warga, sekira musafir dapat mengambil rukhshah di tempat tersebut, maka Salat Jumat tidak sah dilaksanakan di tempat tersebut. (Al-Ghazali, Al-Wasith, juz.2, halaman:263, [Kairo: Dar al-Salam], cetakan ketiga tahun 2012).
Baca Juga: Super Bigmatch Piala FA 2023, Prediksi Manchester City Melawan Arsenal, Duel Final Kepagian!
3. Rakaat pertama Jumat harus dilaksanakan secara berjemaah
Minimal pelaksanaan jamaah sholat Jumat adalah dalam rakaat pertama, sehingga apabila dalam rakaat kedua jamaah Salat Jumat niat mufaraqah (berpisah dari imam) dan menyempurnakan sholat Jumatnya sendiri-sendiri, maka Salat Jumat dinyatakan sah.
4. Jamaah sholat Jumat adalah orang-orang yang wajib menjalankannya
Jamaah sholat Jumat yang mengesahkan adalah penduduk yang bermukim di daerah tempat pelaksanaan sholat Jumat.
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Edisi Rajab yang Singkat dan Padat: Memuliakan Bulan Haram
Sementara jumlah standar jamaah Salat Jumat adalah 40 orang menghitung imam menurut pendapat kuat dalam Mazhab Syafi’i.
Menurut pendapat lain cukup dilakukan 12 orang, versi lain ada yang mencukupkan 4 orang.
Al-Jamal al-Habsyi sebagaimana dikutip Syekh Abu Bakr bin Syatha mengatakan:
قَالَ الْجَمَلُ الْحَبْشِيُّ فَاِذَا عَلِمَ الْعَامِيُّ أَنْ يُقَلِّدَ بِقَلْبِهِ مَنْ يَقُوْلُ مِنْ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ بِإِقَامَتِهَا بِأَرْبَعَةٍ أَوْ بِاثْنَيْ عَشَرَ فَلَا بَأْسَ بِذَلِكَ إِذْ لَا عُسْرَ فِيْهِ
Baca Juga: Link Nonton Anime Hyouken no Majutsushi ga Sekai wo Suberu Episode 4 Sub Indo lengkap dengan Spoiler
Artinya: Berkata Syekh al-Jamal al-Habsyi; Bila orang awam mengetahui didalam hatinya bertaklid kepada ulama dari Mahzab Syafi’i yang mencukupkan pelaksanaan Salat Jumat dengan 4 atau 12 orang, maka hal tersebut tidak masalah, karena tidak ada kesulitan dalam hal tersebut. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Jam’u al-Risalatain, halaman:18).
Tidak termasuk jamaah yang mengesahkan sholat Jumat yaitu orang yang tidak bermukim di daerah pelaksanaan sholat Jumat, musafir dan perempuan, meskipun mereka sah melakukan sholat Jumat.
5. Tidak didahului atau berbarengan dengan Salat Jumat lain dalam satu desa
Dalam satu daerah, sholat Jumat hanya boleh dilakukan satu kali. Oleh karenanya, bila terdapat dua sholat Jumat dalam satu desa.
Baca Juga: Babak 8 Besar Liga 3 Banten Tanpa Penonton, 150 Polisi Siap Amankan Stadion Krakatau Steel
Maka yang sah adalah sholat Jumat yang pertama kali melakukan takbiratul ihram, sedangkan jumatan kedua tidak sah. Dan apabila takbiratul ihramnya bersamaan, maka kedua sholat Jumat tersebut tidak sah.
Hal ini bila tidak ada kebutuhan yang menuntut untuk dilaksanakan dua kali. Bila terdapat hajat, seperti kedua tempat pelaksanaan terlampau jauh.
Sulitnya mengumpulkan jamaah Jumat dalam satu tempat karena kapasitas tempat tidak memadai, ketegangan antar kelompok dan lain sebagainya, maka kedua Salat Jumat tersebut sah, baik yang pertama maupun yang terakhir.
Baca Juga: Aris Nugraha Kembali Beri Spoiler Preman Pensiun 8, Pasukan dari Tukang Ojek Pengkolan Siap Gabung
Syekh Abu Bakr bin Syatha’ mengatakan: وَالْحَاصِلُ أَنَّ عُسْرَ اجْتِمَاعِهِمْ اَلْمُجَوِّزَ لِلتَّعَدُّدِ إِمَّا لِضَيْقِ الْمَكَانِ اَوْ لِقِتَالٍ بَيْنَهُمْ اَوْ لِبُعْدِ أَطْرَافِ الْمَحَلِّ بِالشَّرْطِ
Artinya: Kesimpulannya, sulitnya mengumpulkan jamaah Jumat yang memperbolehkan berbilangannya pelaksanaan Jumat adakalanya karena faktor sempitnya tempat, pertikaian diantara penduduk daerah atau jauhnya tempat sesuai dengan syaratnya. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Jam’u al-Risalatain, halaman: 4).
6. Didahului kedua khutbah
Sebelum Salat Jumat dilakukan, terlebih dahulu harus dilaksanakan dua khutbah. Hal ini berdasarkan hadits Nabi: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْطُبُ قَائِمًا ثُمَّ يَجْلِسُ ثُمَّ يَقُومُ فَيَخْطُبُ قَائِمًا
Artinya: Rasulullah SAW berkhutbah dengan berdiri kemudian duduk, kemudian berdiri lagi melanjutkan khutbahnya. (HR. Muslim). ***