BANTENRAYA.COM – Angklung yang menjadi Google Doodle pada peringatan Hari Angklung Sedunia 16 November 2022 merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu.
Banyak jenis bambu yang bisa dijadikan bahan untuk membuat Angklung, diantaranya Bambu Hitam (Awi Wulung) dan Bambu Putih (Awi Temen)
Namun tahukah anda kalau seperangkat Angklung dibuat dari jenis bambu yang berbeda?
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan Panca Oktawirani di Saung Angklung Udjo, Jawa Barat pada 2012, ada empat jenis bambu yang digunakan untuk membuat Angklung.
Baca Juga: Terbukti Miliki Sabu 20 Gram, Eks Hakim Rangkasbitung Divonis 2 Tahun Penjara
Bahannya Bambu Hitam atau Awi Wulung (Gigantochloa atroviolacea), Bambu Gombong (Gigantochloa pseudoarundinacea), Bambu Tali atau Bambu Apus (Gigantochloa Apus), dan Bambu Putih atau Awi Temen/ Awi Ater (Gigantochloa atter).
Tiap-tiap jenis bambu punya fungsi yang berbeda dalam pembuatan Angklung. Bambu Hitam berfungsi untuk tabung suara, Bambu Tali untuk dasar kerangka Angklung, Bambu Gombong dan Bambu Putih sebagai tiang rangka Angklung.
Mengapa Bambu Hitam yang dijadikan bahan membuat tabung Angklung?
Seperti diketahui, Angklung menghasilkan suara atau nada dari susunan tabung-tabung bambu.
Untuk menghasilkan nada terbaik tentu tabung Angklung harus dibuat dengan kualitas bahan terbaik.
Dikutip Bantenraya.com dari berbagai sumber, bambu yang memiliki kualitas terbaik untuk dijadikan tabung Angklung adalah Bambu Hitam.
Hal itu karena tekstur yang dimiliki Bambu Hitam keras dan kuat. Bambu Hitam tidak mudah rapuh saat diproses membentuk tabung Angklung.
Bambu hitam juga dinilai memiliki suara yang sesuai dengan tangga nada Angklung yang dibutuhkan
Baca Juga: Terpaut Beda Usia 25 Tahun, Ini Profil Brigitte Macron Istri Presiden Prancis Emmanuel Macron
Bambu Hitam diketahui tumbuh di dataran tinggi dengan tekstur tanah yang berkapur.
Bambu Hitam terbaik bisa diperoleh dari daerah Jampang Kulon (Sukabumi), Cianjur, dan Kuningan. Yang jelas, Bambu Hitam dapat ditemukan di daerah kering di Jawa Barat.
Untuk dijadikan tabung Angklung, Bambu Hitam dianjurkan berusia 4-6 tahun dari masa tanam. Bambu Hitam berumur kurang dari 4 tahun memiliki bentuk yang terlalu kecil dan lunak sehingga kekuatannya tidak terjamin.
Jika Bambu Hitam berumur lebih dari 6 tahun, cenderung besar dan tebal sehingga menyulitkan proses saat pembentukan Angklung.
Baca Juga: Bupati Irna Dambakan Sekolah Jadi Rumah Kedua yang Nyaman Bagi Anak
Para pengrajin Angklung memiliki cara yang unik dalam memilih Bambu Hitam dengan umur yang pas untuk membuat tabung Angklung.
Pengrajin Angklung akan mengetuk beberapa kali pada salah satu Bambu Hitam yang dipilih. Jika terdengar suara nyaring maka bambu tersebut memiliki usia pas dan siap untuk ditebang.
Pemotongan batang Bambu Hitam juga harus dilakukan dengan jarak sekitar minimal dua jengkal dari akar. Hal itu guna mendapatkan ruas yang tepat sekaligus menjaga kelestarian Bambu Hitam agar bambu bisa kembali tumbuh.
Untuk mendapatkan kualitas terbaik, biasanya Bambu Hitam dipanen pada musim kemarau atau sekitar pertengahan tahun. Itu bertujuan agar jumlah hama dan ngengat yang sangat menyukai zat makanan pada bambu tidak terlalu banyak.
Baca Juga: PT KAI Patok Rel Kereta yang akan Diurug Warga
Agar kualitas bambu yang didapat lebih optimal, pengrajin biasanya menebang Bambu Hitam pada jam 9 pagi sampai jam 3 sore.
Untuk menjadi tabung Angklung berkualitas, Bambu Hitam terlebih dahulu dibiarkan sampai daunnya menguning lalu dibersihkan rantingnya.
Kemudian dilanjutkan dengan pengeringa batang bambu dengan cara diasapi atau dibenamkan kedalam kolam berlumpur. Kemudian, Bambu Hitam dianginkan ditempat teduh selama 4-5 bulan.
Setelah proses pengolahan Bambu Hitam selesai, dilanjut dengan pemotongan bambu yang disesuaikan dengan jenis dan nada yang dibutuhkan pada Angklung.
Baca Juga: Tiga Anak Geng Motor Terancam 5 Tahun Penjara
Kemudian rangka dan perangkat lainnya dibuat agar menjadi satu kesatuan Angklung yang berkualitas baik. ***