BANTENRAYA.COM – Kabar duka datang dari pasca laga Arema FC vs Persebaya yang kini ramai disebut sebagai tragedi Kanjuruhan.
Dalam tragedi Kanjuruhan tersebut ratusan orang meninggal dunia akibat kericuhan yang terjadi pasca laga yang digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sbatu 1 Oktober 2022 malam.
Masyarakt pun kini menyoroti penggunaan gas air mata yang mereka nilai sebagai penyebab utama kericuhan dalam tragedi Kanjuruhan.
Baca Juga: 10 Ucapan Selamat Hari Batik Nasional 2022, Bagikan di Grup Keluarga atau Caption Media Sosial
“Penembakan gas air mata salah satu penyebab puluhan jiwa tewas di stadion kanjuruhan. STOP KOMPETISI ATAS DASAR KEMANUSIAAN!,” tulis @akmalmarhali pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Sementara itu, akun Twitter @t10nugroho mengamininya meminta seluruh masyarakat untuk mendokan para korban.
“Banyak korban (kebanyakan terkena gas air mata) yang tidak bisa mendapatkan penanganan saat ini, kita doakan bersama ya guys,” ujarnya.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan, berdasarkan laporan yang masuk terdapat 127 orang yang meninggal.
“Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri,” katanya dikutip Bantenraya.com dari Antaranews, Minggu, 2 Oktober 2022.
Ia menuturkan, dari jumlah tersebut sebagian besar meninggal saat mengalami perawatan di rumah sakit dan hanya 34 orang yang meninggal saat di Stadion Kanjuruhan.
“Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan,” tutur Nico Afinta.
Ia mengungkapkan, laga antara Arema FC dan Persebaya sejatinya berjalan dengan lancar selama pertandingan berlangsung.
Kericuhan mulai terjadi setelah sejumlah suporter Arema FC turun ke lapangan untuk memburu pemain dan ofisial tim.
Baca Juga: Kondisi Terkini Lesti Kejora Setelah jadi Korban KDRT, Rizky Billar Masih di Hati?
Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain.
“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen,” ujarnya. ***