BANTENRAYA.COM – Perang Rusia dengan Ukraina masih berlangsung hingga sekarang.
Akibat perang Rusia dan Ukraina tersebut, terjadi 3 perubahan yang menonjol terutama adanya pergeseran geopolitik seismik yang telah terjadi secara paralel.
Dampak dari perang Rusia dan Ukraina tersebut diantaranya adanya perlambatan ekonomi dunia akibat tekanan inflasi yang meningkat dan krisis biaya hidup.
Baca Juga: Viral di Twitter, Ini Cara dan Link Tes Usia Mental yang Banyak Dicari dan jadi Trending
Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diprediksi semakin melambat ketimbang pada tahun 2021.
Pertumbuhan akan jauh lebih lemah dari yang diharapkan di hampir semua negara dan Eropa yang paling terpukul.
Sebab mereka karena sangat rentan terhadap konflik di Eropa Timur karena impor energi dan arus pengungsi.
Baca Juga: Series Code Helix Sampai Berapa Episode? Simak Jadwal Tayang dan Link Nonton Bukan LK21 atau Rebahin
Sekadar informasi, hasil bumi terutama gas alam Rusia banyak mengalir ke Eropa dengan besaran 167,7 miliar meter kubik pada tahun 2020.
Jumlah ini setara 37,5 persen total impor gas alam Eropa. Negara-negara di seluruh dunia sedang dilanda oleh harga komoditas yang lebih tinggi.
Hal ini menambah tekanan inflasi dan memangkas marjin keuntungan karena biaya bahan baku yang makin mahal.
Baca Juga: Diduga Terobos Perlintasan Rel Kereta di Bintaro, Sopir Ojol Tewas Tertabrak Kereta
Jika marjin keuntungan perusahaan terus tertekan, akibatnya bisa berdampak pada pengangguran yang bertumbuh dan kesempatan kerja yang lebih sedikit.
Ketika pengangguran bertambah namun harga energi terus melambung, maka dunia makin dekat dengan stagflasi.
Konflik tersebut telah menghancurkan harapan untuk segera mengakhiri kenaikan inflasi dan kendala pasokan karena pandemi Covid-19.
Baca Juga: Rini S Bon Bon Tutup Usia, Ini Upaya yang Dilakukannya untuk Sembuh dari Diabetes
Kenaikan suku bunga jadi jurus pamungkas bagi bank sentral di berbagai belahan dunia.
Namun taruhannya menjadi besar karena harga energi yang tetap tinggi, sedangkan di sisi lain pertumbuhan ekonomi kian melambat.
Jika tidak hati-hati roda ekonomi bisa jadi macet, sektor teknologi dan transportasi bisa dikatakan jadi korban kenaikan suku bunga.
Baca Juga: Cara Menggunakan dan Link Tes Usia Mental Viral di Twitter Cukup Jawab Ya atau Tidak
Perusahaan yang syarat suntikan modal mulai melakukan efisiensi. Sebab aliran modal diperkirakan tidak lagi selancar dahulu akibat kenaikan suku bunga.
Kembali ke persoalan perubahan geopolitik seismik yang semakin kacau dan harga pangan, energi yang melambung tinggi serta masalah rantai pasokan yang terus memburuk.
Dikutip Bantenraya.com dari sumber akun Michael Yorke medium.com fenomena tersebut menyiratkan bahwa inflasi masih akan tinggi.
Diperkirakan masalah rantai pasokan dan tekanan harga mulai dirasakan hingga tahun 2023.
Termasuk dampak dari kenaikan suku bunga untuk melawan laju inflasi tercepat dalam 40 tahun di Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat.
Dua nerga tersebut Rusia dan Ukraina adalah sektor penting pemasokan pasar internasional, mereka menyumbang sekitar 30 persen dari ekspor gandum global, 20 persen jagung.
Baca Juga: Humor Idul Adha Ala Gus Dur, Jawab Permasalahan dengan Guyonan Santai dan Ringan
Begitu juga dengan pupuk mineral dan gas alam serta minyak mentah dunia.
Rusia adalah produsen gas alam terbesar kedua di dunia dengan kontribusi mencapai 16,6 persen produksi gas alam pada tahun 2020.
Rusia juga adalah negara nomor empat eksportir terbesar minyak mentah di dunia dengan pangsa pasar 11,4 persen terhadap total pasokan minyak.
Baca Juga: Ide Masakan Menggunakan Daging Kurban Simpel dengan Bumbu Seadanya
Selain itu, Rusia adalah eksportir batu bara terbesar nomor tiga dunia setelah Indonesia dan Australia.
Harga komoditas energi dan pangan tersebut meningkat tajam setelah konflik Rusia dan Ukraina pecah. ***