BANTENRAYA.COM – Dzikir Ratib Al-Haddad adalah sebuah wirid atau bacaan yang diamalkan secara rutin oleh Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad.
Wirid Ratib Al-Haddad cukup populer dan sering diamalkan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini.
Pengamalan Ratib Al-Haddad dapat dikerjakan secara mandiri atau perorangan dan dapat dikerjakan secara berjamaah.
Lantas, pertanyaannya pesan apa saja yang penting bagi para pengamal Ratib Al-Haddad?
Dikutip Bantenraya.com dari laman islam.nu.or.id seputar 3 pesan penting bagi pengamal Ratib Al-Haddad.
Baca Juga: RICUH! Pembongkaran Rumah Warga Sukadana 1 Kota Serang Memanas
Pengamalan dzikir Ratib Al-Haddad diajak untuk membiasakan diri berdzikir untuk mengingat Allah SWT dalam berbagai kondisi yang sedang dialami. Dengan mengingat-Nya, ketenangan hati dan pikiran dapat diraih, Allah SWT berfirman;
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Dzikir yang dilakukan secara terus menerus pada akhirnya dapat membuahkan ketenangan hati dan pikiran yang sering disebut Thariqah atau jalan menuju Allah SWT.
Adapun 3 pesan penting yang dapat dijadikan pedoman bagi para pengamal dzikir Ratib Al-Haddad, di antaranya;
Baca Juga: Kualifikasi Piala Asia Putri 2026, Timnas Indonesia Bentrok dengan Pakistan di Tangerang
1. Meluruskan Niat
Apabila seseorang ingin menjadikan ratib ini sebagai jalan menuju Allah SWT, maka ia harus memperbaiki dan meluruskan niatnya. Pasalnya, baik atau buruknya amal selalu merujuk pada niat yang dipanjatkan.
Jangankan urusan dzikir, sekadar makan dan minum, sang penyusun ratib telah menyarankan untuk berniat melaksanakan perintah Allah SWT, tepatnya mengumpulkan kekuatan untuk bekal taat kepada-Nya, menjadikannya sebab untuk bersyukur kepada-Nya atau niat-niat yang dibolehkan oleh agama. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah: 172)
Baca Juga: BRI Gondol 15 Penghargaan di Ajang FinanceAsia 2025
2. Menyucikan Diri
Menurut Habib Abdullah Al-Haddad, bagi seseorang yang menjadikan Ratib Al-Haddad sebagai thariqah menuju Allah SWT, maka langkah yang tepat setelah niat adalah menyucikan diri.
Hal ini dapat ditempuh dengan tobat nasuha atau tobat yang sebenarnya.
Salah satu ciri tobat nasuha adalah penyesalan atas dosa yang telah diperbuat serta tekad kuat untuk tidak mengulanginya sepanjang hayat
Baca Juga: Irna Narulita Diangkat sebagai Komisaris Utama ITDC
3. Menghiasi Diri Dengan Amal Shaleh
Para pengamal Ratib Al-Haddad harus tetap menjaga amal saleh.
Terutama shalat 5 waktu secara berjamaah dengan segala kesempurnaan syarat, rukun dan adabnya.
Penekanan adab dalam shalat, menurut habib Abdullah Al-Haddad adalah khusyu. Karena inti ibadah adalah hadirnya hati bersama Allah SWT.
Pada intinya, Ratib Al-Haddad adalah wirid rutin yang dapat diamalkan oleh setiap muslim dengan tujuan utama mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Baca Juga: Mahasiswa FKIP Belajar Sejarah di Museum Kepresidenan
Saat seorang muslim sudah dekat, maka bukan hal mustahil jika Allah-lah yang ‘membereskan’ segala apa yang dia butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan menjadikan majlis ratib sebagai ladang mengais rezeki. ***