BANTENRAYA.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten melaporkan, kondisi perekonomian Banten sepanjang tahun 2024 terpantau lesu dibandingkan dengan tahun 2023.
Indikasi tersebut dilihat dari catatan inflasi sejak bulan Januari sampai Desember 2024 sebesar 1,88 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023 sebesar 3,06 persen.
Kepala BPS Provinsi Banten Faizal Anwar mengatakan, berdasarkan target inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 2,5 plus minus 1 persen angka inflasi tersebut masih berada dalam tingkat yang sudah sesuai.
“Bahwa apa yang kami ketahui, ini masuk dalam target yang disesuaikan oleh pemerintah,” kata Faizal dalam siaran resmi di Jalan Syeh Nawawi Al Bantani Kavling H 1 – 2 KP3B, Kota Serang, Kamis 2 Januari 2025.
Lanjut Faizal, adapun penyumbang inflasi selama tahun 2024 paling tinggi ialah emas perhiasan sebesar 0,27 persen, kopi bubuk 0,22 persen, dilanjut dengan sigaret kretek nasi dengan lauk dan minyak goreng. Dia menyebut, komoditas tersebut bukan merupakan jenis yang difokuskan olej Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Baca Juga: Puncak Arus Balik Penerbangan Liburan Nataru Diprediksi pada 4 Januari 2025
“Ini tidak menjadi upaya komoditas yang dikendalikan oleh TPID pada komoditas yang mengalami inflasi, sementara pada makanan yang telah berhasil memberikan deflasi ada pada cabai beras, bensin dan tomat,” jelas Faizal.
Selain itu, catatan deflasi sepanjang tahun 2024 terjadi sebanyak lima kali dalam satu tahun, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2023 yang hanya mengalami deflasi sebanyak 1 kali.
Secara bulanan, Banten mengalami inflasi sebesar 0,50 persen pada bulan Desember 2024. Yang berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya ialah terjadi pada sektor transportasi, yang justru tidak memiliki andil terhadap inflasi atau 0 persen.
“Hal yang menarik pada Desember yang biasanya inflasi paling tidak transportasi selalu memberikan andil, karena saat itu peningkatan mobilitas angkutan darat dan lain sebagainya. karena ada kebijakan yang dilakukan pemerintah ini menahan pada transportasi,” papar Faizal.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Banten Akhmadi menyampaikan, kondisi tersebut disebabkan oleh kepercayaan masyarakat yang belum sepenuhnya yakin dengan kondisi perekonomian kedepan. Oleh sebab itu, masyarakat lebih banyak menahan daya beli.
Baca Juga: Sudah Menyeberang Tahun, Honor Guru Madrasah di Cilegon Dipastikan Tak Cair?
“Dampak pertumbuhan ekonomi Banten 4,93 persen dibawah proyeksi 5 persen kalau di dominasi belanja emas, artinya masyarakat belum sepenuhnya percaya terhadap kondisi ekonomi, karena emas ini salah satu instrumen investasi yang terbilang cukup aman,” tuturnya.
Meski demikian, jika melihat data inflasi secara bulanan, Akhmadi meyakini masyarakat sudah mulai optimis dan mengalokasikan uang untuk kebutuhan sehari-hari.
“masyarakat mulai bangkit optimis tentang ekonomi kedepan, masyarakat mulai membelanjakan pendapatan baik untuk kebutuhan sehari-hari. Namun karena kondisi ekonomi belum pulih benar, secara perlahan masyarakat mulai pecaya dan mulai belanja,” kata Akhmadi.(***)