BANTENRAYA.COM – Perempuan hingga saat ini masih menjadi kelompok masyarakat yang sering mengalami diskriminasi dan bias gender.
Untuk itu, perlu ada edukasi secara terus-menerus agar diskriminasi dan bias gender pada perempuan bisa diminimalisasi atau dihapuskan.
“Saat ini masih banyak perempuan yang mengalami diskriminasi dan bias gender,” ujar Ratu Yasmin Adara Dinanti, Ketua Pelaksana Seminar yang digelar Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMANERA) Universitas Sutomo.
Baca Juga: Apa Menelan Ludah Saat Puasa Bisa Bikin Batal? Simak Penjelasan Hukumnya Sesuai Pandangan Islam
“Sehingga perlu adanya edukasi agar para perempuan merasa bahwa mereka punya potensi yang luar biasa untuk berdaya,” katanya.
Kemudian juga untuk berkarya baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Khususnya bagi para civitas akademika Universitas Sutomo,” ungkapnya.
Hal itu dia sampaikan saat sambutan dalam seminar bertema “UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual: Cukupkah Menjadi Payung Pelindung Bagi Perempuan?” yang digelar di Aula Lt. 2 kampus Universitas Sutomo, Sabtu, 11 Maret 2023.
Ratu Yasmin mengatakan, seminar tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret 2023.
Seminar tersebut dihadiri Dekan FISIP Universitas Sutomo Yusak Farchan, Kemahasiswaan Program Studi Administrasi Negara FISIP Universitas Sutomo Heru Wahyudi.
Lalu narasumber utama sekaligus Koordinator Kajian Gender FISIP Universitas Sutomo Agisthia Lestari, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara Apriyanto.
Kemahasiswaan Prodi Administrasi Negara FISIP Universitas Sutomo Heru Wahyudi mengatakan, dengan adanya seminar ini, HIMANERA semakin menunjukkan eksistensi sebagai organisasi.
Selain itu, ini juga menjadi bagian dari penguatan universitas dalam memberikan edukasi dan sosialisasi terhadap pentingnya kesetaraan gender.
“Kita berharap agar nantinya para mahasiswa menjadi agen dalam menyebarkan informasi dan memberikan edukasi yang tepat dalam pelaksanaan responsif gender,” ujarnya berharap.
Baca Juga: 5 Fakta Mantri Suntik Mati Kades Curuggoong di Serang Banten, Motif Pelaku Jadi Sorotan Publik
Dekan FISIP Universitas Sutomo Yusak Farchan menyampaikan, tema yang diangkat dalam seminar ini sangat relefan dengan fakta di lapangan bahwa semakin banyak kekarasan seksual terhadap perempuan saat ini.
Dia berharap, semoga dengan disahkannya UU No 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual ini bisa menjadi payung pelindung bagi perempuan.
“Para pimpinan sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan insight agar terciptanya kampus yang repsonsif gender,” tuturnya.
Baca Juga: 5 Fakta Mantri Suntik Mati Kades Curuggoong di Serang Banten, Motif Pelaku Jadi Sorotan Publik
“Beliau berharap kajian tentang pemberdayaan perempuan terus dilaksanakan dan memberikan informasi yang mudah diterima oleh masyarakat,” ujar Yusak.
Koordinator Kajian Gender FISIP Universitas Sutomo Agisthia Lestari dalam paparannya soal Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD).
hari tersebut yang diperingati setiap 8 Maret ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada 8 Maret 1977 untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Baca Juga: 5 Fakta Mantri Suntik Mati Kades Curuggoong di Serang Banten, Motif Pelaku Jadi Sorotan Publik
Hari Perempuan Internasional diselenggarakan untuk memberi pengakuan terhadap prestasi perempuan di seluruh dunia dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik serta untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender.
Ini juga bertujuan agar mata dunia menjadi terbuka bahwa kesempatan yang sama saja tidak lagi mencukupi untuk mewujudkan kesetaraan gender.
Agistihia Lestari menuturkan, perempuan membutuhkan dukungan global yang secara aktif mempromosikan mereka di seluruh aspek kehidupan, seperti pendidikan, kesempatan kerja, kesehatan dan juga kepemimpinan.
Baca Juga: H-2 All England 2023, The Minions Mundur karena Alasan Ini
Di saat yang sama, dunia juga diharapkan mendukung penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi, stereotipe, subordinasi, dan beban ganda.
Ketua HIMANERA Apriyanto berharap kegiatan tersebut dapat membangkitkan generasi muda, termasuk para mahasiswa, untuk mengakhiri ketidakadilan gender terhadap perempuan.
Hal itu untuk mewujudkan kesetaraan gender, mendorong kepemimpinan perempuan di berbagai sektor, dan berani melawan kekerasan dan peduli melindungi perempuan dari kekerasan di lingkungan sekitar.
“Termasuk di lingkungan kampus untuk perubahan menuju masa depan Indonesia yang lebih maju,” katanya. *
Dokumentasi HIMANERA Universitas Sutomo