BANTENRAYA.COM – Minyak goreng dengan merk Minyakita masih dijual di atas harga eceran tertinggi (HET) di Pasar Sampay, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak.
Berdasarkan pantauan di lokasi, Minyakita kemasan pouch dijual oleh pengecer di harga Rp18 ribu perliter.
Sedangkan kemasan botol dijual di harga Rp17 ribu perliter. Perbedaan harga itu terjadi karena takaran yang berbeda, Minyakita kemasan botol hanya berisi sekitar 900 mililiter, atau tidak sesuai dengan informasi yang terdapat pada kemasan, yakni satu liter.
Baca Juga: PT KSI Santuni 100 Anak Yatim dan Disabilitas, Ajak Terus Karyawan Semangat Bekerja
Di sisi lain, sejumlah konsumen mengaku sudah tidak mempercayai produk minyakita. Para konsumen lebih memilih minyak goreng curah.
“Saya atau pengecer lain jual Rp17 ribu untuk kemasan botol. Isinya tidak sesuai, cuma 900 ml. Kalau yang pouch Rp 18 ribu karena isinya full satu liter. Dijualnya agak susah, pembeli kayaknya milih ke minyak curah,” kata salah seorang pedagang Uun, saat ditemui di pasar Tradisional Sampay, Minggu, 16 Maret 2025.
Uun mengungkapkan, alasan dirinya menjual minyakita tang isinya tidak sesuai kemasan lantaran untuk menghabiskan sisa stok yang sebelumnya sudah ia punya.
Baca Juga: MAN CMBBS Gelar Baksos Lentera di Kampung Parigi, Ajak Siswa Peduli Terhadap Sesama
Tak hanya dirinya, Uun juga menyebut, sebagian besar pedagang di kawasan Pasar Tradisional Sampai juga masih menjual minyakkita botol yang tidak sesuai dengan takarannya.
“Ada yang jual ada yang engga, tapi kebanyakan masih banyak yang jual. Produknya itu stok kita sebelumnya yang masih sisa,” ungkapnya.
Kendati begitu, Uun menyebut bahwa beredarnya minyakita tidak sesuai takaran dengan harga yang sangat tinggi merugikan terhadap para pedagang.
Baca Juga: Peduli Kesehatan Masyarakat, Bupati Pandeglang Jenguk Penderita TBC dan Kelumpuhan di Pulosari
Ia juga mengaku dicurangi oleh para produsen minyakita.
Menurutnya, hal tersebut mengakibatkan minat konsumen terhadap minyakita berkurang drastis, belum lagi munculnya pertanyaan-pertanyaan sinis dari para calon konsumen.
“Seolah-olah pedagang yang salah, padahal sama-sama korban juga kan. Udah mah mahal ukurannya kurang lagi, saya merasa dirugikan. Ujung-ujungnya konsumen gak ada yang mau beli,” ucapnya.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Qunutan Warga Link Cibeber Timur, Budaya Kebersamaan dan Ritual Bersyukur
Uun berharap, pemerintah bisa segera menyelesaikan segala persoalan dari produk minyakita.
Selain menstabilkan harga, ia meminta kepada pemerintah untuk mencari jalan keluar agar minyakita yang beredar sudah sesuai takaran, termasuk bisa mengembalikan kepercayaan konsumen.
“Ya mudah- mudahan aja minyakkita bisa diturunkan harganya biar ngejualnya bisa sesuai dengan bandrolnya,” harapannya.
Baca Juga: Bukan Sekedar Hobi, Dimyati Natakusumah Ungkap Filosofi Catur dalam Dunia Kepemimpinan
Di sisi lain, sejumlah konsumen yang dijumpai di Pasar Sampay mengaku kapok membeli produk minyakita. Para konsumen mengaku lebih memilih minyak goreng curah pasca tingginya harga dan isu beredarnya minyakita yang tak sesuai takaran.
“Memang biasanya saya selalu beli minyakita botol. Tapi pas ada isu dikurangi takarannya saya coba sendiri di rumah. Ternyata di Lebak juga sama, takarannya kurang. Sudah saya bandingkan bahkan dengan yang kemasan pouch, ya jelas beda takarannya,” kata salah satu pembeli, Mumun.
Mumun mengaku saat ini ia beralih ke minyak goreng curah. Ia juga bisa menjamin bahwa minyak goreng curah selalu memiliki takaran yang pas, belum lagi memiliki harga yang jauh lebih murah.
“Semenjak awal-awal harga minyakita naik, jadi lebah sering pakai minyak curah. Yang jelas harganya murah pasti. Apalagi semenjak ada takaran minyakita yang kurang, pikir-pikir lagi deh nanti kalau mau beli. Kalau memang benar-benar sudah gak ada mending yang mahal sekalian,” tandasnya.***