BANTENRAYA.COM – Dinas Kesehatan atau Dinkes Kota Cilegon saat ini masih memiliki tugas besar yang belum terselesaikan yaitu masalah Buang Air Besar Semabaranga atau BABS dan Demam Berdarah Dengue atau DBD.
Masalah besar Dinkes Kota Cilegon disampaikan saat Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Aula Kantor Kecamatan Jombang, Kamis, 16 Februari 2023
Pada kegiatan PHBS di Kecamatan Jombang juga dihadiri Ketua Tim Penggerak Program Pemberdayaan Keluarga atau TP PKK Kota Cilegon sekaligus istri Walikota CIlegon Helldy Agustian yakni Hany Seviatri.
Kepala Dinkes Kota Cilegon Ratih Purnamasari mengatakan, Sosialisasi PHBS dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang maksimal.
Dalam merubah perilaku masyarakat sendiri Dinkes Kota Cilegon mengalami tantangan yang tak mudah.
Baca Juga: Zakat Fitrah di Lebak Sudah Ditetapkan Rp35 Ribu Per Jiwa
”Kita perlu memberi informasi PHBS. Perilaku agak sulit dirubah, kita tugasnya hanya memberi pengetahuan dalam PHBS ini,” kata Ratih kepada awak media.
Ratih menggambarkan sulitnya merubah perilaku untuk memeriksa jentik nyamuk yang ada di rumah masing-masing warga Kota Cilegon.
Padahal, pemeriksaan jentik nyamuk secara rutin menjadi langkah nyata menekan angka DBD.
”Di rumah kita harus rajin memeriksa jenti, manfaatnya kita tidak terkena demam berdarah. Tahun kemarin ada beberapa yang meninggal dunia, bahkan kasusnya naik tajam dibandingkan 2021 tapi saya lupa datanya, ini kan sebenarnya bisa dicegah dengan perilaku,” kata perempuan yang juga dokter gigi ini.
Ratih juga menyoroti penggunaan jamban sehat.
Adanya warga yang masih BABS karena tidak memunyai jamban di rumahnya, sedikit demi sedikit dirubah perilakunya.
”Saat ini masih ada sekitar 1.900 rumah yang tidak memiliki jamban. Tapi kita dorong agar tidak BABS, bisa sharing ke tetangga,” ujarnya.
Baca Juga: Heboh Kurir Paket Tergeletak di Pinggir Jalan Kembangan Jakbar, Saat Diperiksa Warga Ternyata…….
Seperti kasus DBD dan BABS, kata Ratih, menjasi pekerjaan rumah Dinkes Cilegon yang belum terselesaikan.
Selain itu, pihaknya juga tetap memerhatikan kasus lain seperti pencegahan stunting.
”Dengan perilaku seperti pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, pemeriksaan ke posyandu secara rutin, itu kan bisa mencegah stunting. Kita dorong perilaku masyarakat ini agar berubah,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat pada Dinkes Kota Cilegon Rully Kusumawardani mengatakan, masyarakat diminta menerapkan 10 indikator PHBS.
10 indikator PHBS diantaranya, Persalinan yang ditolong oleh tenaga Kesehatan, Pemberian ASI eksklusif, Menimbang bayi dan balita secara berkala, Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, Menggunakan air bersih, Menggunakan jamban sehat, Memberantas jentik nyamuk, Konsumsi buah dan sayur, Melakukan aktivitas fisik setiap hari dan Tidak merokok di dalam rumah.
“Dengen pnecegahan-pencegahan ini harapan kami baik penyakit menular maupun tidak menular bisa ditekan. Karena ujungnya juga kan biaya kesehatan ditanggung pemerintah, kalau kasus penyakit tidak begitu banyak kan anggaran pemerintah bisa diganti untuk kegiatan produktif seperti pemberdayaan ekonomi dan sebagainya,” katanya.
Baca Juga: Heboh Kurir Paket Tergeletak di Pinggir Jalan Kembangan Jakbar, Saat Diperiksa Warga Ternyata…….
Rully mengatakan, sehat itu tidak mahal, mencegah penyakit tidak memerlukan biaya tinggi dengan PHBS tersebut.
Namun, dalam pencegahan penyakit tidak bisa dilakukan sendiri melainkan seluruh elemen masyarakat.
”Melalui kader-kader ini bisa menggerakan masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat. Banyak penyakit yang bisa dicegah atau tidak terjadi jika PHBS diterapkan seperti diare, DBD, itu bisa dicegah kalau semuanya bersih,” tegasnya.***