BANTENRAYA.COM – Berdasarkan data pada Agustus 2022 sebanyak 1.525 anak di Kota Cilegon berpotensi memiliki ukuran badan kerdil mirip kurcaci.
Hal itu, karena 1.525 anak tersebut mengalami stunting atau gagal tumbuh tinggi badan, sehingga nantinya pertumbuhan anak tidak maksimal.
Bahkan, akan berpotensi parah menjadi kerdil mirip kurcaci jika tidak ditangani dengan baik.
Baca Juga: SDN Labuan 7 Sukses Gelar Puncak Tema 6 Bertema Cita-citaku
Sebenarnya, 1.525 anak yang berpotensi kerdil seperti kurcaci tersebut sudah menurun dibandingkan data pada Agustus 2021 sebanyak 2.006.
Artinya ada sebanyak 481 anak yang berhasil ditangani dan tidak akan mengalami kerdil seperti ukuran kurcaci.
Berdasarkan data yang disampaikan, Wakil Walikota Cilegon Sanuji Pentamarta pada acara zoom meeting dengan Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Jumat 3 Februari 2022, data stunting di Kota Cilegon semakin menurun dibandingkan dari 2021 ke 2022.
Berdasarkan data, jumlah stunting berpotensi kerdil berukuran kurcaci di Kota Cilegon pada Februari 2022 mencapai 2.041 atau 9,21 persen turun di Agustus 2021 menjadi 2.006 atau 7,05 persen.
Angka tersebut terus mengalami penurunan di tahun 2022, yakni pada Februari sebanyak 1.576 atau sekitar 5,40 persen dan pada Agustus berhasil masuk di angka 3,70 persen atau sebanyak 1.525 kasus.
“Alhamdulillah, angka stunting di Kota Cilegon terus mengalami penurunan. Pada awal 2021 masih berada di 9,21 persen dan 2022 sudah 3,7 persen,”
Baca Juga: KPK Pamer Pejabat Kena OTT Selama Tahun 2022, Warganet Pertanyakan Posisi Harun Masiku
Untuk bisa mempercepat pengentasan kemiskinan dan stunting, papar Sanuji, Pemkot Cilegon memiliki sejumlah program pencegahan dan percepatan penurunan stunting.
Program itu sosialisasi tumbang, pelatihan Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGM), pemberian (Makanan Pendukung-Air Susu Ibu) MP-ASI, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita dan ibu hamil, penyediaan timbangan dan penyuluhan stunting.
“Masih terus melakukan percepatan dengan program yang terus kami lakukan,” jelasnya.
Baca Juga: Data Stunting Kota Serang Tidak Sinkron dengan Pusat
Ada juga, imbuh Sanuji, program imunisasi balita, proposal food delivery 9 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), penimbangan di bulan Februari dan pemberian vitamin A.
“Ada juga program Dapur Asik (Atasi Stunting dengan Kolaborasi), pelatihan TPK (Tim Pendamping Keluarga), pelayanan KB (Keluarga Berencana), pembentukan bapak asuh anak stunting, Pembentukan TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) tingkat kelurahan, kecamatan dan kota,” tambahnya.
Sementara itu, Menkopmk RI Muhadjir Effendy mengatakan, berdasarkan hasil laporan dari kepala daerah secara umum mengalami penurunan angka stunting. Namun, masih ada daerah yang kemiskinan ekstrim naik dan hal itu akan memicu meningkatkan kembali angka stunting.
“Artinya kami juga punya upaya bagaimana pemberdayaan harus terus digelontorkan, penambahan alat dan dukungan fasilitas juga akan ditambah. Ini sebagaimana yang menjadi perintah Jokowi, jika angka stunting harus mampu diturunkan dan dituntaskan,” ucapnya.
Konsep kepala daerah, jelas Muhadjir, yang sudah berhasil akan menjadi percontohan daerah lainnya. Sebab, jika di lihat di kabupaten kota di Provinsi Banten berhasil menurunkan. Disisi lain, Muhadjir meminta agar bupati/walikota bisa segera melakukan koordinasi dengan Menkopmk RI terkait kebutuhan dalam menjalankan program percepatan penanggulangan kemiskinan dan stunting.
“Hasilnya cukup menggembirakan. Saya berharap, bisa terus mempercepat target capaian, sehingga bisa menjadi model percontohan dalam penuntasan angka kemiskinan dan penanggulangan stunting,” pungkasnya. (***)