BANTENRAYA.COM – Seputar film yang menarik dikupas dan perlu dingatkan dari peristiwa berdarah-darah ialaha tentang G30S PKI yang dimana kejadian tersebut merupakan tetang penghiatan para petinggi Perwira dan Jendarl lantaran dikabing hitamkan oleh organisasI Komunis yang sering kita kenal sebagai (PKI).
Film tersebut dibuat untuk diingatkan kepada kita bahwa para pejuang berusaha pahaya untuk bangsa ini hingga sekarang.
Seperti diketahui bahwa flim G30S PKI itu ditulis oleh Arifin C. Noer, serta diproduseri oleh G. Dwipayana.
Baca Juga: Diduga Digelapkan, Belasan KPM di Kabupaten Lebak Tak Menerima Bantuan PKH
Maka tidak heran, jika hingga saat ini film itu masih tetap diputar kembali diakhir bulan September.
Film tersebut mengisahkan kejadian penculikan dan pembunuhan 7 Pahlawan Revolusi, pada 30 September malam, atau 1 Oktober dini hari pada tahun 1965.
Terdapat sejumlah fakta menarik untuk disimak, di balik film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI.
Dikutip Bantenraya.com dari berbagai sumber 5 Fakta Film Menarik Spesial G30S PKI
1. Biaya produksi fantastis di masanya
Film yang semula akan berjudul “Sejarah Orde Baru” ini dalam proses produksinya menelan biaya yang fantastis, untuk pembuatan sebuah film di masa itu.
Baca Juga: Digelar Tertutup! 15 Pejabat Pemkot Serang Jalani Tes Wawancara Uji Kompetensi: Kita Ingin……
Dibuat selama hampir dua tahun, film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI, mendapat kucuran pembiayaan sebesar Rp800 juta, yang bersumber dari pemerintah.
2. Terdapat Sekuel
Berangkat dari pernyataan Soeharto bahwa cerita film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI belum selesai, dibuatlah dua sekuelnya oleh Perusahaan Produksi Film Negara (PPFN), yakni film Operasi Trisula (1987) dan Djakarta 1966 (1988).
Baca Juga: Tidak Hanya Daliman, Ternyata 5 Pemilik Lahan SMKN 6 Kota Serang Lain juga Belum Dibayar
Operasi Trisula menceritakan tentang pemberantasan G30S dan anggota PKI di Blitar, Jawa Timur.
Sementara Djakarta 1966 menceritakan peristiwa jelang penandatanganan Supersemar pada 11 Maret 1966. Dikisahkan, Soekarno memberikan wewenang pada Soeharto untuk mengambil tindakan apapun yang “dianggap perlu”.
3. jadi tontonan wajib hingga sekarang
Baca Juga: Pj Gubernur Minta KAHMI Ikut Pecahkan Masalah di Provinsi Banten: Ketemu dengan Saya!
Film yang ditayangkan pertama kali pada 1984 ini pernah jadi tontonan wajib setiap tanggal 30 September.
Selain diputar di layar lebar, film ini juga wajib diputar oleh TVRI dan stasiun swasta yang bermunculan kala itu.
Mulai dari pelajar, Pegawai Negeri Sipil, dan perusahaan daerah diwajibkan menonton film ini.
Karena menjadi tontonan wajib, film berdurasi 4 jam 30 menit ini pernah dinobatkan menjadi film yang paling banyak diputar hingga sekarang
Namun ditahun 1998 September film tersebut dihentikan setelah Soeharto lengser.
Menteri Penerangan kala itu, Yunus Yosfiah mengatakan bahwa film tersebut, termasuk film Janur Kuning dan Serangan Fajar, bernuansa pengkultusan tokoh dan tidak sesuai dengan dinamika reformasi.
Baca Juga: Hujan Lebat Mengguyur, Kantor Perumdam Tirta Berkah Pandeglang Terendam Banjir
4. Penuh adegan kekerasan
Film ini diwarnai banyak adegan kekerasan, darah, tangisan, dan jeritan. Adegan sadis dan penuh darah mulai terlihat saat Jenderal Ahmad Yani ditembak oleh pasukan Tjakrabirawa.
Nuansa pilu begitu dalam saat tubuh mungil Ade Irma Suryani tertembak di bagian punggungnya hingga meneteskan darah.
Baca Juga: Link Nonton Drakor Love in Contract Sub Indo: Drama Cinta Segitiga Park Min Young
Terdapat pula adegan penyiksaan oleh pasukan PKI dan Gerwani kepada jenderal yang diculik hidup-hidup.
Adegan lain yang membuat merinding adalah saat putri D.I. Panjaitan berteriak histeris mengetahui sang ayah diculik, dan hanya menyisakan ceceran darah di lantai. Ia lalu membasuh wajahnya dengan darah ayahnya.
Adegan saat istri M.T.Haryono cepat-cepat mengepel darah milik suaminya yang ada di lantai, agar tidak diketahui oleh anak-anaknya, juga sangat menyayat hati.
Baca Juga: Kadin Kabupaten Pandeglang Kawal Investasi, Siap Datangkan Investor Besar
5. Syuting penculikan selalu saat malam Jumat
Secara tidak disadari, syuting adegan penculikan para jenderal selalu berlangsung di malam Jumat. Konon, hal tersebut sesuai dengan kejadian sebenarnya.***


















