BANTENRAYA.COM – Netizen beranggapan bahkan mencap Gus Thuba tidak sopan usai rekaman video pertemuan dengan Habib Abdul Qodir viral di media sosial.
Namun, Habib Abdul Qodir mempunyai pandangan lain terhadap Gus Thuba usai viralnya video tersebut.
Menurut keterangan Habib Abdul Qodir, ia mencium tangan Gus Thuba karena senang berjumpa dengan cucu Gus Miek tersebut.
Habib Abdul Qodir Banyuwangi tersebut pun menceritakan bahwa ia mengenal Gus Thuba sejak kecil, mulai saat masih merangkak, main sepeda dan sampai sekarang.
Kemudian, Habib Abdul Qodir mengatakan bahwa penampilan Gus Thuba tidak ia anggap sebagai sombong atau apa yang dikomentari netizen.
Baca Juga: Update Gus Thuba, Sosok yang Tangannya Dicium Habib Abdul Qodir Al Hadad
“Gus Thuba itu anggun, bukan sombong, memang penampilannya begitu,” ujar Habib Abdul Qodir.
Sementara itu, pasca viral persoalan Gus Thuba, netizen banyak mencari asal usul gelar Gus dan siapa yang berhak memakainya.
Dalam berbagai sumber yang bantenraya.com himpun, dalam khazanah Pesantren, gelar Gus digunakan oleh anak-anak Kiai.
Kiai yang dimaksudkan di sini ialah kiai yang mempunyai pondok pesantren, sehingga anak-anak para kiai ini biasa disebut Gus.
Namun, dalam khazanah Jawa, kata Gus asal muasalnya dari mama Agus yang berarti bagus.
Baca Juga: Peserta Aktif BPJS Ketenagakerjaan BPU di Serang Raya Capai 61 Ribu Orang
Karena orang Indonesia suka yang singkat-singkat, maka yang sering dipakai panggilan akhiran, yaitu Gus.
Hal ini sudah menjadi pemahaman lazim bagi para santri di pondok pesantren terutama lebih kenal di pesantren-pesantren.
Di Indonesia, banyak para ulama yang masih tetap mempertahankan namanya dengan sebutan Gus, hal ini kemungkinan untuk menghormati bapak atau kakeknya yang sudah dikenal masyarakat sebagai Kiai.
Misalnya, Gus Dur, Gus Muwafiq, Gus Baha, Gus Miftah, Gus Sholah, hingga Gus Thuba.
Mereka semua merupakan anak dari kiai-kiai gede di Indonesia.
Baca Juga: Cerita Deso Gondo Mayit Lengkap dari SimpleMan, Lebih Seram dari Sewu Dino dan KKN di Desa Penari
Namun, sebelum dipakai oleh kalangan kiai, Gus sendiri ternyata awal munculnya dari kalangan keraton.
Panggilan Gus diperuntukkan sebagai nama panggilan anak-anak keluarga raja, yaitu Raden Bagus yang disingkat Den Bagus.***