BANTENRAYA.COM – Pakar Komunikasi Indonesia Alex Sobur mengatakan, saat ini Indonesia membutuhkan jurnalisme empati, bukan jurnalisme pemuas pasar
Jurnalisme empati menitikberatkan pada empati yang mendalam kepada pembaca, bukan hanya mengejar selera pasar dan menjadi pemuas pasar.
Jurnalisme empati menekankan pada jurnalisme yang berempati pada penderitaan orang.
Alex Sobur yang merupakan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fikom Unisba dan Anggota Dewan Pakar Aspikom Jawa Barat menulis soal pentingnya jurnalisme empati ini sebagaimana dikutip Bantenraya.com dari Pikiran-Rakyat.com, Rabu, 9 Februari 2022.
Alex Sobur menulis, Jakob Oetama, salah satu pendiri surat kabar KOMPAS, dalam berbagai kesempatan selalu menyebut perlunya jurnalis memiliki kepekaan.
Baca Juga: Perjuangan Tirto Adhi Soerjo Sebagai Bapak Pers Nasional, Pendiri Koran Pertama
Katanya lagi, ”…yang seharusnya dimiliki oleh seorang jurnalis adalah kepekaan terhadap masalah kemanusiaan, hati yang hangat, solidaritas, keibaan (belas kasih, compassion), kerisauan, rasa ingin tahu, dan pengabdian.”
Kepekaan macam itu tampaknya kian dituntut pada saat masyarakat dan bangsa kita tengah dirundung berbagai derita bencana, juga merebaknya kembali pandemi Covid-19.
Jurnalisme yang perlu dikembangkan pada saat ini adalah jurnalisme yang berempati pada penderitaan orang, baik yang berasal dari struktur sosial maupun yang bersifat individual.
Dalam The Elements of Journalism (2001), Tom Rosenstiel dan Bill Kovach mengingatkan, jurnalisme adalah panggilan kemasyarakatan yang mulia, dan mereka yang mempraktikkannya punya kewajiban yang lebih mendalam kepada pembaca dan pemirsa mereka dibandingkan permintaan pasar. (Pikiran-Rakyat.com / Tim PRMN)