BANTENRAYA.COM – Jenderal Hoegeng Iman Santoso merupakan Kapolri ke-5 pada 1968 hingga 1971.
Sosok Hoegeng Iman Santoso ini dikenal sebagai Kapolri yang dikenal jujur semasa bertugas di Korps Bhayangkara.
Hoegeng Iman Santoso lahir pada tanggal 14 Oktober 1921 di Pekalongan, Jawa Tengah.
Baca Juga: Bursa Efek Indonesia Hapus Kode Broker Mulai 6 Desember 2021
Nama Hoegeng sendiri berasal dari kata ‘bugel’ yang artinya gemuk karena saat kecil dahulu badannya besar.
Keinginannya menjadi polisi terpicu karena melihat teman ayahnya yang kala itu menjadi kepala kepolisian di kampung halamannya.
Hoegeng Iman Santoso merupakan pribadi sangat rajin dalam belajar dari sekolah dasar hingga menengah atas.
Baca Juga: 4 Rekomdasi Film Bertema Guru Penuh Inspiratif untuk Memperingati Hari Guru Nasional
Hoegeng Iman Santoso melanjutkan pendidikannya di Algemene Middelbare School (AMS). Di sana ia bertemu dengan seniornya Burhanuddin Harahap dan yang lainnya.
Hoegeng tak sampai berkuliah di Algemene Middelbare School karena saat itu Jepang datang dan menutup universitasnya.
Kemudian Hoegeng Iman Santoso mendaftar kursus polisi di Pekalongan dan diterima. Namun, Ia harus kecewa saat ia mengetahui bahwa pangkatnya akan lebih rendah di kepolisian.
Baca Juga: Kalahkan 6.000 Peserta, Jurus Silat Kaserangan Raih Juara Umum Even Tingkat Internasional
Dari tahun 1942 hingga 1960, ia telah mengikuti banyak pendidikan kepolisisan. Bahkan Heogeng juga pernah latihan bersama tentara Nippon.
Sebelum menjadi kapolri, Hoegeng Iman Santoso diangkat menjadi sekretaris kabinet ke-2 pada masa kepresidenan Soekarno.
Pada tanggal 9 Mei 1968, barulah ia diangkat menjadi Kapolri ke-5 pada masa presiden Soeharto, sampai tahun 1971.
Baca Juga: Siklon Tropis Paddy Telah Punah, Angin Kencang Diperkirakan akan Melemah
Hoegeng Iman Santoso tutup usia pada 14 Juli tahun 2004. Namun, namanya dikenal sampai sekarang sebagai pejabat yang jujur, sederhana, dan anti korupsi.
Namanya juga pernah di singgung Presiden ke-4 RI KH Abdurahman Wahib atau akrab di sapa Gus Dur pada 2006 lalu.
Saat itu Gusdur menyebut di Indonesia hanya ada tiga polisi yang baik. Kala itu, Gus Dur melontarkan lelucon di sela menyinggung pemberantasan korupsi pada masa itu.
Baca Juga: Peluang Ekonomi Digital Indonesia Masih Terbuka Lebar, Didorong oleh Adopsi dan Inovasi teknologi
Tiga polisi itu adalah mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Kedua, patung polisi dan ketiga adalah polisi tidur.
Dikutip Bantenraya.com dari channel YouTube Najwa Shihab, yang berjudul Belajar dari Hoegeng. Istri Hoegeng Iman Santoso yakni Merry Hoegeng memebrikan kesaksian terkait sosok sang jenderal.
“Tugas polisi hanya menolong, tidak boleh terima apa-apa,” ungkapnya.
Baca Juga: Simak! Pengumuman Pelaksanaan SKB CPNS di Lingkungan Pemkab Pandeglang Tahun 2021
Kemudian anak kedua dari almarhum Hoegeng juga bercerita bahwa, walaupun bintang empat, seorang polisi harus turun kejalan jika terjadi masalah. ***