BANTENRAYA.COM – Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (HIMPASILING UI) mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk segera memperbarui data potensi sektor kelautan dan perikanan nasional yang disampaikan dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025 yang dilaksanakan pada 10-11 Oktober di JCC Senayan, Jakarta.
Dalam forum tersebut yang dihadiri HIMPASILING UI tersebut, data yang ditampilkan berasal dari sumber KKP (2023) dan Collaborative Monitoring, Modeling, and Information Analysis (CoMMIA) (2023).
HIMPASILING UI menilai, walaupun data tersebut masih relevan secara umum, namun perubahan signifikan pada produksi, ekspor, dan kondisi ekosistem laut Indonesia pada tahun 2024-2025 menuntut adanya pembaruan agar informasi yang disampaikan kepada publik dan mitra internasional lebih akurat dan kontekstual.
BACA JUGA: Timnas Indonesia Wajib Menang Lawan Irak Demi Jaga Peluang Lolos Piala Dunia
Keterangan dari HIMPASILING UI
Ketua HIMPASILING UI, Aldi Agus Setiawan, menegaskan bahwa data merupakan sebuah fondasi utama dalam pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy).
“Forum internasional seperti IISF harus menjadi ruang diplomasi data yang akurat. Menggunakan data tahun 2023 tanpa pembaruan dapat menimbulkan kesenjangan informasi, terutama ketika sektor kelautan dan perikanan Indonesia telah mencatat peningkatan signifikan sepanjang 2024 hingga 2025,” ujar Aldi di Jakarta pada Jumat, 10 Oktober 2025.
Selain itu menurut HIMPASILING UI, sejumlah indikator kunci mengalami perubahan positif dalam dua tahun terakhir.
Antara lain produksi budidaya perikanan meningkat menjadi 6,37 juta ton pada 2024, naik 13,6% dari tahun sebelumnya. Kedua, nilai ekspor produk perikanan mencapai USD 5,95 miliar dengan surplus perdagangan meningkat 9,1%.
Ketiga, pemanfaatan lahan budidaya baru sekitar 6% dari total potensi 17,91 juta hektare. Keempat, upaya konservasi laut diperluas dengan target 97,5 juta hektare kawasan konservasi pada 2045.
“Angka-angka ini menunjukkan bahwa ekosistem data kelautan kita dinamis. Tanpa pembaruan, publik internasional berisiko melihat potensi maritim Indonesia secara parsial,” tambahnya.
HIMPASILING UI juga mengusulkan agar KKP memperkuat kolaborasi dengan BRIN, BIG, LIPI, dan universitas dalam pembaruan data kelautan nasional, khususnya melalui pendekatan open data dan citizen science.
BACA JUGA: Monitoring MBG di SD Negeri 1 Sempu, Kadindikbud Kota Serang Ahmad Nuri: Sekali-kali ke Dapurnya
Pendekatan ini diharapkan dapat mempercepat penyajian data yang akurat, partisipatif, dan dapat diverifikasi oleh publik ilmiah.
“Kami mendorong KKP untuk mengintegrasikan hasil riset akademik ke dalam sistem statistik kelautan nasional. Kolaborasi dengan perguruan tinggi akan mempercepat pembaruan data, memperkuat kepercayaan publik, dan meningkatkan posisi Indonesia dalam diplomasi maritim global,” ungkap Aldi.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi 12 juta ton perikanan tangkap berkelanjutan dan 188 juta ton CO₂ ekuivalen dari karbon biru, negara Indonesia memegang peran strategis dalam transisi ekonomi biru global. Namun, HIMPASILING UI menilai bahwa kredibilitas data menjadi kunci utama agar potensi tersebut dapat diakui dan dimanfaatkan secara berkelanjutan.
“IISF adalah sebuah etalase komitmen keberlanjutan Indonesia. Sudah seharusnya data yang ditampilkan merupakan hasil pembaruan terakhir agar dunia melihat perkembangan sektor kelautan kita secara utuh dan terkini,” tutupnya. ***