BANTENRAYA.COM – Bagi generasi muda, khususnya mahasiswa, mengatur keuangan sering kali jadi tantangan besar.
Apalagi di tengah maraknya fenomena Fear of Missing Out (FOMO), dorongan untuk mengikuti tren dan gaya hidup teman sebaya kerap membuat pengeluaran membengkak.
Komika sekaligus penulis buku Raditya Dika membagikan sejumlah tips mengelola keuangan agar mahasiswa tidak terjebak pada kebiasaan konsumtif.
Menurut Raditya, langkah pertama adalah mengubah pola pikir. Banyak orang, katanya, terjebak dalam self-serving bias atau kecenderungan menyalahkan faktor luar atas kondisi keuangan pribadi.
Baca Juga: 3 Tips Harmonis Tinggal Serumah dengan Mertua atau Orang Tua, Nomor 1 Paling Penting
“Kalau kita selalu merasa salahnya ada di luar diri kita, kita nggak akan pernah bisa berkembang. Padahal, kalau mau jujur, kita bisa berpikir, ‘Pemasukan saya segini, berarti berapa yang harus disisihkan?’” kata Raditya, dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 8 September 2025.
Raditya juga menekankan pentingnya memahami opportunity cost. Kata dia, setiap keputusan keuangan selalu memiliki konsekuensi. Uang Rp50 ribu yang dipakai untuk belanja hal yang tidak mendesak sebenarnya bisa ditabung untuk masa depan.
“Saya pribadi kalau ingin beli barang, sering saya ‘bawa tidur’ dulu. Besoknya biasanya keinginan itu hilang dan akhirnya tidak jadi beli,” ucap Raditya.
Baca Juga: 5 Tips Sukses Wawancara Kerja Bikin Makin Percaya Diri, Dijamin User Auto Senang!
Raditya menerangkan, tips berikutnya adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Menurutnya, kebutuhan adalah hal yang bila tidak dipenuhi akan mengganggu kehidupan, sedangkan keinginan sering kali hanya didorong rasa ingin memiliki.
Untuk menjaga disiplin, ia dan istrinya mengaku terbiasa mencatat seluruh pengeluaran rumah tangga.
“Setiap tanggal 28, istri saya kirim laporan pengeluaran. Jadi kita tahu posisi keuangan dan bisa membuat rencana, termasuk untuk pensiun,” ungkapnya.
Baca Juga: Biar AMOLED Awet, 7 Tips Ampuh Mencegah Burn-in Ponsel Agar Tetap Tajam dan Bebas Bayangan Permanen
Selain itu, Raditya juga mengingatkan generasi muda agar menyiapkan dana darurat dan memiliki asuransi kesehatan sebelum mulai berinvestasi.
Ia juga menekankan bahwa investasi tidak selalu berarti menaruh uang di instrumen keuangan, tetapi bisa berupa peningkatan keterampilan diri.
“Investasi di skill itu penting. Misalnya ikut pelatihan, belajar komunikasi, atau keterampilan yang relevan dengan pekerjaan,” tuturnya.***