BANTENRAYA.COM – Mengikuti jejak sang ayah, Hamdani (49) warga Kampung Neglasari, Desa Kandangsapi, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak kini sukses memasarkan batu alam miliknya.
Tak hanya di pasar lokal di Banten saja, Hamdani bahkan bisa menembus hingga ke pasar mancanegara.
Batu alam milik Hamdani diklaim memiliki kualitas baik untuk bahan bangunan, khususnya rumah.
Baca Juga: KRYD Skala Besar Polres Serang, Sejumlah Remaja Nongkrong Tak Jelas Dibubarkan
“Biasanya saya jual ke lokal ya. Tapi kadang ke luar negeri juga. Ke Qatar, Jepang, sama Amerika. Bahkan baru kemarin saya juga ke Jepang, tapi memang diolah dulu di Jawa,” kata Hamdani pada Minggu, 6 September 2024.
Tidak main-main, rata-rata omzet Hamdani dari bisnis Batu alamnya sendiri bisa mencapai Rp12 juta perminggu.
Untuk bisa memenuhi permintaan pasar, ia turut memperkerjakan 4 orang tetangganya untuk bekerja di tambang batu alam miliknya.
Baca Juga: Masjid di Kronjo Rela Ditutup Pakai Terpal Akibat Debu dari Truk Tanah yang Beroprasi
“Kalau omzet memang naik turun, sebulan itu bisa Rp50 juta, atau kalau bulan kemarin itu sekitar Rp12 juta perminggu, jadi ya Rp48 juta perbulanlah,” ucapnya.
Bisnis batu alam yang ia geluti sendiri, kata Hamdani, merupakan bisnis yang diturunkan oleh sang ayah.
Kini, genap 15 tahun dirinya menggarap bisnis tersebut secara mandiri. Ia sendiri mencari batu alam di atas lahan seluas sekitar satu hektar miliknya.
Karena bertahun-tahun terus digali, untuk mendapatkan batu alam templek dengan kualitas terbaik harus diambil dari kedalaman 10 meter. Untungnya, kini pekerjaannya tersebut ikut dibantu oleh alat berat.
“Kemudian batu-batu itu dipahat dengan alat yang sederhana menjadi kepingan berdiameter 30 cm sampai 60 cm tergantung permintaan,” ungkapnya.
“Di wilayah kita itu satu-satunya di Banten. Karena keunikan dan kualitas, makanya disukai pasar luar negeri,” terangnya.
Baca Juga: ASN dan Honorer Diminta Tidak Ikut Kampanye Melalui Media Sosial
Kendati demikian, Hamdani mengakui bahwa bisnisnya tersebut sering mengalami pasang surut.
Bahkan, di momen-momen tertentu, seperti ramadhan atau idul Fitri, permintaan batu alam miliknya cenderung sedikit.
Masuk akal, karena menurutnya, proyek kontruksi kebanyakan tak berjalan masif di momen seperti itu.
Namun, permintaan akan kembali normal, bahkan cenderung meningkat ketika di hari-hari biasa.
“Kebanyakan sih memang buat proyek rumah gitu. Nah kalo puasa kan pekerja libur, ya walaupun ada saja pasti yang mesan. Tapi ya kita jalani saja,” tandasnya. ***

















