BANTENRAYA.COM – Seiring penurunan suku bunga acuan atau BI Rate, suku bunga kredit perbankan juga menunjukkan tren menurun.
Pada Juli 2025, rata-rata tertimbang suku bunga kredit rupiah turun 7 bps dibanding tahun sebelumnya, terutama pada kredit produktif.
Umumnya, penurunan BI Rate akan diikuti penurunan bunga kredit dengan jeda waktu tertentu, sehingga diperkirakan tren penurunan masih berlanjut sepanjang 2025.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, masih terdapat ruang penurunan suku bunga kredit lebih lanjut, sejalan dengan ekspektasi penurunan suku bunga global di paruh kedua 2025 dan penurunan BI Rate menjadi 5 persen per 20 Agustus 2025.
Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru dari PT Radiant Utama Interinsco Tbk, Posisi Admin Project untuk Lulusan D3
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, kinerja perbankan diproyeksikan tetap stabil meskipun terdapat perlambatan pertumbuhan kredit yang sejalan dengan siklus ekonomi.
“Kredit perbankan tetap tumbuh solid sebesar 7,03 persen secara tahunan, didukung oleh kualitas aset yang tetap baik dengan non performing loan (NPL) terjaga di level 2,28 persen,” kata Dian dalam keterangan resmi yang diterima Bantenraya.com, Senin 25 Agustus 2025.
Pertumbuhan kredit juga masih dibarengi dengan pertumbuhan kredit investasi yang meningkat 12,42 persen secara tahunan, dengan didorong oleh sektor berbasis ekspor pertambangan, perkebunan serta transportasi, industri, dan jasa sosial.
“Pertumbuhan kredit tersebut masih sejalan dengan sektor yang menjadi penopang pertumbuhan di kuartal kedua 2025,” cakap Dian.
Baca Juga: Kebun Garapan Warga Baduy jadi Sasaran Pencurian, Hasil Pertanian Ludes
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 7 persen yoy sehingga turut menjadi salah satu faktor pendorong penguatan likuiditas perbankan.
“Permodalan perbankan juga masih solid dengan CAR yang terjaga tinggi sebesar 25,81 persen pada Juli 2025,” terangnya.
OJK meminta perbankan untuk senantiasa menerapkan strategi yang adaptif dan inovatif dalam menghadapi berbagai perubahan kondisi makroekonomi.
“Hal tersebut bertujuan tidak hanya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan namun juga menggerakkan roda perekonomian dan menjadi pilar penting untuk terus mendukung pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkesinambungan,” tutur Dian.
Baca Juga: Penampilan Melly Mike di Penutupan Pacu Jalur 2025 Pecah, Tampil Bareng Rayyan Aura Farming
Perkembangan positif tersebut mendorong International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global naik menjadi 3 persen pada 2025 dan 3,1 persen pada 2026, dari sebelumnya 2,8 persen dan 3 persen.
“Sejalan dengan itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik juga direvisi meningkat menjadi 4,8 persen pada 2025–2026 dari sebelumnya 4,7 persen,” kata Dian.***