BANTENRAYA.COM – Viral di media sosial, seorang petani di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, membuang ratusan kilogram buah tomat hasil panennya.
Ratusan tomat tersebut dibuang ke jurang oleh para petani, lantaran tidak terima hasil panennya hanya dihargai Rp500 perak.
Aksi ini terjadi pada hari Kamis, 27 Juni 2024, dan menarik perhatian banyak orang setelah video kejadian tersebut mulai viral pada 1 Juli 2024.
Baca Juga: Tahun Baru Islam 1446 Hijriah Tanggal Berapa? Apakah Ada Libur Panjang Lagi dengan Cek SKB 3 Menteri
Video yang diunggah oleh akun Instagram @fakta.berita memperlihatkan ratusan kilogram tomat yang berada dalam kotak-kotak besar diturunkan dari mobil colt.
Para petani kemudian dengan sengaja membuang tomat-tomat tersebut ke jurang, sebagai bentuk protes terhadap kondisi pasar.
Aksi membuang tomat ini bukan tanpa sebab. Petani tersebut mengaku kecewa karena harga tomat yang anjlok drastis hingga hanya dihargai Rp500 perak per kilogramnya.
Harga yang sangat rendah ini membuat para petani merasa tidak dihargai dan merugi, meski mereka telah bekerja keras merawat tanaman tomat hingga panen.
Video tersebut dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial dan menuai berbagai komentar dari warganet.
Banyak yang merasa prihatin dengan kondisi para petani dan mempertanyakan kebijakan pasar yang menyebabkan harga tomat turun drastis.
Ada juga yang mengkritik tindakan membuang makanan yang masih layak konsumsi tersebut.
Kondisi ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi para petani di Indonesia, khususnya dalam mengatasi fluktuasi harga hasil pertanian yang sering kali tidak stabil.
Harga yang terlalu rendah tidak hanya merugikan para petani tetapi juga bisa mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat lokal.
Pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan dapat segera turun tangan untuk mencari solusi bagi masalah ini.
Langkah-langkah seperti stabilisasi harga, pemberian subsidi, atau penyerapan hasil pertanian oleh pemerintah bisa menjadi beberapa alternatif untuk membantu para petani.
Kasus ini juga menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan nasib para petani dan memastikan bahwa hasil kerja keras mereka mendapatkan penghargaan yang layak.
Tanpa dukungan yang memadai, petani sebagai tulang punggung ketahanan pangan nasional akan terus menghadapi kesulitan dalam menjalankan usaha mereka.***
 
			 
					


















