BANTENRAYA.COM – Pemilihan Umum (Pemilu) yang berlangsung pada Rabu, 14 Februari 2024, diwarnai oleh sejumlah dugaan kecurangan yang mencuat ke permukaan.
Dugaan tersebut terutama berpusat pada video yang menampilkan hasil perhitungan suara di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan tersebar luas di berbagai platform media sosial.
Meskipun dugaan kecurangan tersebut secara dominan terkait dengan pasangan nomor 2, namun, apakah kita seharusnya mempercayainya?
Baca Juga: Di Era Moderen ini Warga Banten Melek Digital, Pengguna QRIS Capai 2,44 Juta User
Inilah yang menjadi pertanyaan banyak orang pada Kamis, 15 Februari 2024.
Bagaimana pandangan para pihak jika dugaan tersebut terbukti benar, dan apa yang akan dilakukan jika ternyata tidak ada kecurangan?
Menanggapi beredarnya banyak video pendek terkait isu ini, @voltcyber, seorang pakar IT yang diambil dari Akun Instagram, memberikan pandangannya.
Sebagai contoh, Akun X @ShamsiAli2 membagikan dugaan kecurangan dalam Pemilu 2024.
Namun, kita juga perlu menyadari bahwa petugas KPPS mengunggah data hasil perhitungan suara secara manual sebelum data otomatis diunggah ke KPU.
Data yang diunggah manual ini hanya merupakan perhitungan sementara, sementara entri suara harus dilakukan secara manual.
Baca Juga: Pedas Nagih, 6 Tempat Makan Ayam Geprek di Pandeglang ini Wajib Kalian Kunjungi Lur
Situasi ini menjadi penyebab kekhawatiran banyak orang.
Di sisi lain, kita juga mengetahui bahwa sistem hitungan cepat sedang mengumpulkan data secara global, yang membuat server terasa berat dan lambat.
Bahkan, nomor urut 3 dan nomor urut 1 juga memiliki perhitungan yang tidak masuk akal, yang menunjukkan bahwa sistem KPU sedang mengalami kesalahan.
“Karena semakin banyaknya keluhan tentang ketidaksesuaian data antara foto C1 dan hasil entri data di situs KPU, saya akan menjelaskan di sini,” katanya.
Aplikasi Sirekap sering mengalami kesalahan sistem dalam pemindaian visual.
Di mana saat memindai hasil foto C1 untuk diunggah, data yang terbaca pada Sirekap menunjukkan hasil yang berbeda, seperti yang terlihat pada slide kedua dan ketiga.
Baca Juga: Sejarah Gunung Pulosari, Benarkah Pernah Dikunjungi Sunan Gunung Jati dan Putranya Hasanuddin?
Ini bukanlah indikasi kecurangan, melainkan kesalahan sistem dalam pemindaian visual aplikasi Sirekap.
Sehingga, hasil entri data pada perolehan suara di situs KPU didasarkan pada perbandingan entri data aplikasi Sirekap.
Semoga penjelasan ini dapat menjawab semua pertanyaan terkait perbedaan hasil suara antara C1 dan perolehan suara di situs KPU.***