BANTENRAYA.COM – Walikota Cilegon, Robinsar, menegaskan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon terbuka terhadap kritik dan masukan.
Namun perlu digaris bawahi, Pemkot Cilegon terbuka terhadap masukan dan kritik selama disampaikan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Hal tersebut dikatakan Robinsar saat berdialog dengan para mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Cilegon (IMC) di Ruang Rapat Asda, pada Selasa, 4 Maret 2023.
Baca Juga: Gampang Kok! Resep Membuat Burayot, Kue yang Diminta Aisyah Saat Sedang Ngidam di Preman Pensiun 9
“Kami membutuhkan pengawasan dari mahasiswa agar kebijakan yang kami buat tetap berada pada jalurnya dalam upaya mensejahterakan masyarakat,” kata Robinsar, dikutip dari Cilegon.go.id.
Pada kesempatan tersebut juga turut didampingi Wakil Walikota Cilegon, Fajar Hadi Prabowo, dan Sekretaris Daerah Kota Cilegon, Maman Mauludin.
Diketahui sebelumnya, IMC sebelumnya telah melakukan unjuk rasa dan menitipkan delapan tuntutan kepada Pemkot Cilegon.
Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Menurun, Toko Pakaian Anak Muda di Kota Serang Minusone Hadapi Tantangan Berat
Robinsar menyatakan bahwa seluruhnya akan ditindaklanjuti. Walaupun, ia menyoroti beberapa poin yang perlu disesuaikan kembali.
“Kami sepakat dengan tuntutan mahasiswa, tetapi ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi karena berada di luar ranah kewenangan kami,” jelasnya.
“Pada prinsipnya, kami setuju dengan kehadiran mahasiswa sebagai bagian dari pengawasan demokrasi. Kita memiliki tujuan yang sama untuk membangun Kota Cilegon, meskipun berada di posisi yang berbeda,” tambahnya.
Sejalan dengannya, Wakil Walikota Fajar mengusulkan agar dialog semacam ini diselenggarakan dan dijadwalkan secara rutin.
“Saya pikir pertemuan seperti ini perlu diadakan setiap satu atau dua bulan sekali. Kita bisa berdiskusi bersama mengenai isu-isu yang diangkat mahasiswa,” kata Fajar.
Sementara itu, Ketua DPD Gerakan Mahasiswa Al-Khairiyah (GEMA AK), Supardi, mengungkapkan rasa gembiranya atas kesempatan berdialog langsung dengan pimpinan daerah Cilegon.
Baca Juga: Warga Malingping Jadi Korban TPPO dan Dijadikan ART di Irak, 6 Tahun Tak Bisa Pulang ke Indonesia
“Kami senang dapat diterima. Sudah lama rasanya mahasiswa tidak diajak berdiskusi langsung dua atah dengan pemimpin kami,” ucapnya.
“Kami berharap setiap tuntutan dan aspirasi kami bisa dibahas secara terbuka,” tukasnya.***