BANTENRAYA.COM- Sebanyak 13 rumah warga Desa Marga Mulya Dua Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, terdampak bencana pergerakan tanah.
Salah satu rumah rusak parah yakni milik Nia sehingga Nia harus mengungsi ke tempat tinggal saudaranya.
Nia mengatakan, pergerakan tanah terjadi sejak tanggal 25 Desember 2022 dan hingga kini masih dirasakan.
Baca Juga: Profil Vena Melinda yang Diduga Jadi Korban KDRT dari Ferry Irawan, Ternyata Putri Indonesia 1994
“Jadi kalau pergerakan tanah mulai akhir tahun lalu, Cuma rumah saya ambruk kemarin saat hujan terus sama angin kencang,” katanya kepada Banten Raya saat ditemui di lokasi, Senin 9 Januari 2023.
Ia membeberkan, awalnya pergerakan tanah merusak dapur kemudian merambat ke depan rumah hingga menyebabkan rumah ambruk.
“Untungnya sebelum rumah ambruk, warga membuatkan tenda sementara terbuat dari terepal sehingga tidak menimbulkan korban jiwa,” bebernya.
Baca Juga: Tanah dan Bangunan di Pinggir Jalan Kota Serang Bakal Kena Kenaikan PBB 0,5 persen
Nia mengungkapkan, dirinya sudah mengungsi di tenda sementara sejak tanggal 6 Januari 2023 hingga sekarang.
“Saya tinggal di tenda dengan tiga anak serta suami. Yang terdampak ada 13 rumah namun yang paling parah rumah saya,” ungkapnya.
Sama dengan Nia, warga atas nama Toni juga memilih meninggalkan rumah berpindah ke rumah orang tuanya. Ia menjelaskan, pergerakan rumah kerap dirasakan dan meresahkan warga bahkan menyebabkan belasan rumah rusak serta sarana ibadah ambles.
“Saya terpaksa meninggalkan rumah lantaran khawatir rumah ambruk karena kan sudah ada contohnya yaitu rumah milik Nia,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, tembok rumahnya bolong hingga merambat sampai depan rumah.
“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, hanya menyebabkan kerugian yang tidak diperkirakan,” ungkapnya.
Warga lainnya Marni menuturkan, pergerakan tanah di desa Marga Mulya Dua terjadi pada malam tahun baru saat hujan deras terus berlangsung.
“Kalau mulai parahnya itu pas bulan ini, sedikit semakin sedikit retakan semakin besar, bahkan setiap hari suka aja suara retakan terdengar,” tuturnya.
Marni memaparkan, dirinya merasa khawatir bila retakan semakin bertambah parah lantaran sampai sekarang rumah tersebut masih di tempatinya.
“Awalnya kan saya biasa aja, cuman semakin kesini retakan rumah semakin parah, jadi takut tertimpah,” paparnya.
Para korban berharap, agar Pemerintahan Daerah (Pemkab) Lebak merelokasi sejumlah rumah yang terdampak oleh penomena pergerakan tanah.
“Kalau kemarin belum ada bantuan, baru juga ada bantuan dari calon dewan saja, pengennya mah di relokasi, terserah mau dimana saja, kami akan mengikuti kebijakan pemerintah,” harapnya. (sahrul) **