BANTENRAYA.COM – Sepekan menjelang bulan Ramadhan, warga Serang berburu baju lebaran Idul Fitri 1445 Hijriah di Pasar Induk Rau atau PIR Kota Serang.
Warga Serang berburu baju lebaran Idul Fitri lebih awal untuk menghindari lonjakan harga. Alasan lain karena untuk menghindari desakan antar warga saat belanja menjelang Lebaran Idul Fitri di PIR.
Pantauan Bantenraya.com, Minggu 3 Maret 2024 siang sekitar pukul 12.00 WIB, pengunjung PIR tampak ramai dibanding hari-hari biasa.
Salah seorang warga Lingkungan Sampang, Kelurahan Terumbu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Rohma mengatakan, belanja baju lebaran lebih awal karena harganya belum mahal.
“Pertama karena harganya masih terjangkau, belum begitu mahal. Biasanya kalau mau lebaran harganya bisa tiga kali lipat,” ujar Rohma, kepada Bantenraya.com.
Rohma menuturkan, alasan lain berburu baju lebaran lebih awal, karena kondisi PIR masih lenggang pengunjung.
“Iya soalnya biasanya kalau awal-awal sepi nggak ramai. Biasa kalau puasa ramai,” ucap dia.
Rohma menjelaskan, berbelanja baju lebaran sebelum puasa relatif lebih santai dibanding saat bulan Ramadhan.
Baca Juga: Kolam Ikan Jebol Usai Hujan Deras, Lima Rumah di Lebak Ambruk Oleh Longsor
“Nggak capek kan kalau bulan puasa capek minumnya susah kalau puasa. Kalau sekarang mah kalau capek bisa minum, kalau pusing makan baso,” tutur ibu yang didampingi dua orang anak dan suaminya.
Rohma mengungkapkan, pakaian lebaran yang dibeli memprioritaskan untuk anak-anaknya terlebih dahulu.
“Ini buat anak-anak dulu. Nyicil dulu anaknya banyak,” ungkap Rohma.
Rohma mengaku pakaian yang dibelinya baru beberapa potong saja.
“Baru dua doang. Baju anak-anak. Yang namanya cowok apa aja. Sama aja cowok mah nggak ada trend,” tutur dia.
Serupa dikatakan Nurcahya. Menurut ibu asal Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, ini sengaja belanja baju lebaran di awal karena harganya masih relatif terjangkau.
“Awal kan ini masih jauh tuh. Puasanya aja belum. Bulan puasa suka ramai padat. Terus harganya mahal. Kalau sekarang agak bisa terjangkau. Sekarang masih standar,” ungkap Nurcahya, kepada Banten Raya.
Nurcahya mengaku belum belanja banyak, karena melihat keuangan kantongnya, sementara kebutuhan belanjanya masih banyak.
“Baru baju anak-anak. Berapa ya. Tadi beli baju bapaknya sama sarung,” ucap dia.
Nurcahya menjelaskan, sengaja belanja baju lebaran lebih awal karena jarak dari PIR lumanyan jauh.
“Saya kan dari Baros. Jadi selagi ada uang saya buruin. Terus kalau puasa mah capek haus lapar,” katanya.
Salah seorang pedagang pakaian di Blok B PIR Kota Serang Adel mengatakan, pengunjung di PIR sepekan menjelang puasa Ramadhan mengalami peningkatan, bila dibanding akhir pekan biasa.
“Kalau sampai ratusan nggak sampai. Paling 30 potong. Tapi dibandingkan hari biasa ada perbedaan. Kalau Sabtu Minggu mah ada aja. Kalau hari biasa paling 15 kadang 20 paling banyak. Alhamdulillah daripada bulan-bulan kemarin sepi banget,” kata Adel, kepada Banten Raya.
Adel menuturkan, tokonya menjual aneka celana khusus perempuan yang harganya terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah.
“Paling yang obralan tiga potong Rp 100 ribu. Yang harganya terjangkau. Celana doang. Serba Rp 35 ribu. Ada yang mahal juga. Tapi yang lebih cepat yang serba Rp 35 ribu,” tutur dia.
Serupa dikatakan pedagang baju pakaian lainnya di PIR Kota Serang, Nurdin. Menurut Nurdin, dibandingkan hari biasa sepekan menjelang Ramadhan mengalami perbedaan pengunjung. Hanya saja kata dia, daya beli masyarakat tahun ini sedikit mengalami penurunan, karena pendapatan masyarakat ikut menurun.
Baca Juga: Punya Nilai Seni yang Eksotik, Kerajinan Lebak Banyak Dilirik WNA di Internasional Furniture Expo
“Kalau dibandingkan hari biasa sudah pasti ada perbedaan, cuma daya beli dibandingkan tahun-tahun dulu mah jauh. Kurang. Biasanya dia beliin anaknya satu orang 3-4 stel sekarang satu stel aja susah,” ujar Nurdin, kepada Banten Raya.
Nurdin menjelaskan, penurunan daya beli konsumen membeli baju lebaran karena pendapatan masyarakat berkurang, karena banyak yang diPHK. Selain itu, harga pakaian tahun ini mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
“Ada kemungkinan dari segi pendapatannya masyarakat sudah dipastikan berkurang. Ada yang nggak ada sama sekali kalau saya dengar informasi ada yang di PHK segala macam. Lagi pula sekarang itu apapun yang dibeli naik harganya. Jadi tidak berimbang yang dipilih masyarakat dengan pendapatannya. Pendapatan kecil harga-harga pada mahal. Sehingga mengurangi belanja. Harus membagi. Yang dipentingkan yang utama bahan pokok. Sedangkan bahan pokok sekarang mahal,” jelas dia.
Nurdin mengakui pendapatannya mengalami peningkatan bila dibanding dengan hari-hari biasa.
“Dibandingkan hari biasa ada perbedaan sekitar 70 orang. Kalau hari biasa kadang seminggu gak ada laku satu juga,” ungkap dia.
Nurdin berharap Lebaran Idul Fitri tahun ini konsumen meningkat berkali-kali lipat. “Iya harapnya banyak pembeli di bulan Ramadh
an tahun ini,” tutup dia. (***)