BANTENRAYA.COM – Pakar ekonomi Rhenald Kasali memprediksi jika sejumlah kota besar di dunia, termasuk di Indonesia akan mengalami demographic winter atau musim dingin demografi yang gelap dan beku.
Dimana, sebagian kota-kota besar penduduk semakin menua, di gang, penjaga toko, bandara hampir sebagian besar yang bekerja itu orang tua.
Lalu akan semakin jarang orang hamil, sehingga rumah sakit bersalin harus pindah dan merger, tempat main anak-anak semakin berkurang, suara bayi akan berkurang dan sekolah juga banyak tutup.
Sementara, generasi kedua dan ketiga atau kaum muda akan ada di pinggiran kota besar,
Baca Juga: Ternyata 5 Kebiasaan Sepele ini Bisa Bikin KamuTerlihat Cepat Tua, Simak di sini!
Transisi demografi tersebut sudah terjadi di beberapa negara dimana kota besarnya sudah tidak lagi ada kaum muda, seperti Italia, Korea, Singapura dan Jepang.
Itu terjadi karena peradaban modern ternyata penduduknya mengutamakan pendapatan dan karir, sehingga anak dianggap distraksi atau gangguan.
Hal tersebut, penyakit masyarakat modern, sehingga masa depan suatu bangsa tidak bisa bertahan.
Disisi lain, tingkat Fertility Rate atau tingkat kesuburan semakin berkurang atau dibawah 2 persen. Itu bukan karena wanita tidak lagi subur, melainkan tidak lagi mau hamil dan memiliki anak.
Bahkan, kota besar tersebut sudah dibawah 1 persen fertility rate nya.
Tidak hanya di dunia, di Indonesia juga mengalami hal yang sama, jika beberapa kota besar dan provinsi fertility rate sudah dibawah satu persen pada 2023.
Baca Juga: PT Prakarsa Alam Segar Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA hingga S1, Cek Persyaratanya di Sini
Dikutip BantenRaya.Com dari Youtue Rhenald Kasali pada Senin 6 Februari 2023, Pakar Ekonomi Rhenald Kasali menjelaskan, jika kota besar di Jakarta, Bandung, Bekasi, Bogor, Medan, Palembang, Semarang, Solo, Surabaya dan Makassar sudah dibawah 2 persen fertility rate.
Artinya, satu keluarga hanya rata-rata memiliki 1 anak. Hal itu tidak berbanding lurus dengan jumlah populasi sebelumnya dan jumlah penduduk akan semakin berkurang.
“Jakarta Barat 1,70 , Jakarta Selatan 1,81, Jakarta timur 1,92, Jakarta Pusat 1,92, Jakarta Utara 1,85, Sekitar Jakarta Bogor 2,06, Bandung 1,91, Bekasi 1,92, lalu juga Medan 1,85 dan Palembang 1,84, lalu Semarang dan solo sudah 1,81 dan Surabaya 1,82 dan Makassar 1,92 persen,” katanya.
“Dalam waktu yang tidak terlalu lama SD akan di merger rumah sakit bersalin juga harus pindah di daerah penyanggah, yang bekerja hanya orang tua dan anak semakin minim,” katanya.
Sementara secara data provinsi yang sudah mendekati 2 persen yakni, kata Rhenald, Banten 2,17, Jawa Barat 2,15 dan Jawa tengah 2,06, dan yang dibawah yaitu Jakarta 1,92, Jawa Timur 1,91, Bali 1,95.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mendapatkan G-Spot Wanita? Begini Kata dr. Boyke
“Jakarta 1,92, Jawa Timur 1,91, Bali 1,95 itu sudah di bawah, lalu Banten 2,17, Jawa Barat 2,15 dan Jawa tengah 2,06 mendekati dan ini menandakan tangisan anak semakin susah. Sementara yang masih diatas dan mendekati Kalimantan barat 2,45, Sulawesi Selatan 2,38,” imbuhnya.
Berikut bahayanya jika demografic winter terjadi menurut Rhenald Kasali:
1. Akan terjadi kekurangan SDM, jika mencari asisten rumah tangga berada di kantong kemiskinan dan itu harus memberikan uang lebih besar.
2. Kekurangan investor dan pelaku wirausaha muda,
3. Krisis dana pensiun
4. Jumlah orang tua semakin banyak
5. Memikirkan Otomatisasi dn itu mengalami demografi winter, terutama robot untuk menservis orang tua, dan itu di airport itu yang bekerja nenek-nenek, rata-rata semua orang tua.
6. Jumlah konsumen berkurang, ini tidak dicari eksportir dan garmen kita, coba ke eropa selain kota modern anda akan menemukan kota tua dan disana penduduknya sudah jarang sekali
7. Market untuk kaum kaya di dunia mengalami penurunan.
8. Sekolah dan rumah sakit berkurang ditutup suara bayi juga berkurang
9. Instabilitas politik karena jumlah imigran semakin meningkat dan terjadi perubahan biaya.
Baca Juga: HMI Cabang Pandeglang Dorong Kader Miliki Nilai Manfaat untuk Masyarakat
10. Terjadi kesalahan policy atau kebijakan, toko dan mal di perkotaan menurunnya daya beli dan terjadi transisi demografi penduduk mengalami fertility rate yang turun ada dikantong kota menengah kebawah. *