BANTENRAYA.COM – Rangkaian kegiatan Seren Taun Kasepuhan Cisungsang dimulai dengan Sarasehan Pengetahuan dan Teknologi Tradisional yang digelar di Ajeng Kasepuhan.
Kegiatan Seren Taun Kasepuhan Cisungsang yang diprakarsai oleh Kemitraan ini, menghadirkan dua narasumber, yakni Sucia Lisdamara Yulmanda Taufik dari Dewan Pemuda Adat Nusantara Region Jawa dan Juhendi, pendiri Aren Lab.
Dalam sesi awal, Sucia memberikan pengantar mengenai apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan teknologi tradisional.
BACA JUGA: Ditanya Soal Kepastian Honorer Menjadi PPPK Paruh Waktu, Robinsar: Masih Rapat Internal Dulu
Ia menjelaskan secara garis besar jenis-jenis yang ada di Kasepuhan, sekaligus manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat.
Kegiatan Seren Taun Cisungsang
Sementara itu, Juhendi membawa peserta lebih dekat pada kenyataan sehari-hari dengan menampilkan contoh nyata penerapan pengetahuan dan teknologi tradisional di Kasepuhan Cisungsang.
Antusiasme peserta mulai terlihat ketika sesi tanya jawab dibuka. Para siswa SMA, guru, hingga sesepuh kasepuhan terlibat aktif mengajukan pertanyaan. Suasana semakin hangat saat kegiatan berlanjut ke sesi diskusi kelompok.
BACA JUGA: Budi Rustandi Perintahkan Satpol PP Tutup Tempat Hiburan Karaoke di Pasar Induk Rau
Para peserta dibagi menjadi enam kelompok kecil, dan disetiap kelompok hadir seorang sesepuh yang mendampingi sebagai narasumber.
Melalui diskusi ini, para siswa didorong untuk menggali informasi langsung dari orang tua adat mengenai pengetahuan dan teknologi tradisional yang masih hidup di tengah masyarakat.
Diskusi berlangsung hidup dan penuh semangat. Para siswa tampak aktif bertanya, mendengarkan, sekaligus mencatat penjelasan dari para sesepuh.
BACA JUGA: Monash University Indonesia Buka Program S1 Mulai 2026, Simak Biaya dan Syarat Daftarnya
Setelah sesi ini berakhir, masing-masing kelompok mengirimkan perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusi di hadapan peserta lain. Kegiatan kemudian ditutup dengan sesi refleksi yang memberikan kesan mendalam bagi semua pihak.
Dalam penutupannya, Sucia menyampaikan bahwa menjaga, merawat, dan melestarikan pengetahuan serta teknologi tradisional membuat kehidupan menjadi lebih baik tanpa harus merusak alam.
Ia mengingatkan bahwa tradisi bukan hanya sekadar cerita dari masa lalu, melainkan kekayaan, ciri khas, dan identitas yang akan selalu relevan dari generasi ke generasi.
BACA JUGA: Honda Banten Ajak Konsumen Setia Seru-seruan di Momen Harpelnas 2025
Sementara itu, Juhendi menambahkan bahwa masyarakat adat sejatinya bukan sekadar pelaku tradisi, melainkan perpustakaan hidup yang menyimpan kekayaan pengetahuan.
Menurutnya, praktik pengetahuan dan teknologi tradisional menjadi kunci untuk memahami hubungan harmonis antara manusia dengan alam, serta manusia dengan leluhurnya. ***